Di lain tempat dan keadaan dimensi yang berbeda dari tempat xiao wei sebelumnya.
"Maaf yang mulia ibu suri tetapi kaisar sama sekali tidak memperdulikan berita mengenai hilangnya permaisuri utama" seorang laki-laki yang kini menunduk hormat kepada perempuan paruh baya dan cantik.
Mendengar jawaban yang di luar dugaan itu membuat dada perempuan paruh baya itu seakan sesak tak terelakan.
"Apa kau bilang?" Teriaknya terkejut tak percaya akan ketidak perdulian dari anaknya untuk pendamping sah atau ratu dari negara ini.
Semetara seorang kasim yang bertugas menyampaikan informasi itu hanya tertunduk dan mengangguk tanda mengiyakan semua informasi yang telah dia berikan tadi.
"Anak itu kini sudah bertindak kelewatan" geram sang ibu suri wajahnya segera berubah dalam detik menjadi sedih menggingat tugas apa yang lebih penting saat ini.
"Kerakan seluruh prajurit, dan temukan yang mulia permaisuri secepatnya" putus ibu ratu kepada salah prajurit pengikut setia ibu suri itu, di jawab anggukn dan segera pergi menghilang dalam pandangan.
"Dimana anak yang sudah bertindak kurang ngajar itu" murka ibu suri yang kini kemarahan nya barada di dalam ubun-ubun.
"Apa dia sedang bemesraan bersama perempuan tidak jelas itu lagi" lanjut ibu suri kesal sekaligus marah ia tak habis fikir akan jalan fikiran anaknya yang terlalu tabu itu.
Semua dayang dan kasim yang ada di sana pun menunduk takut tak berani menatap lantas perempuan yang di sebut oleh ibu suri itu adalah selir kesayangan kaisar, orang yang berperan penting dalam merebut semua kepercayaan serta perhatian dari kaisar lin hanya terpaku padanya.
Dia datang dan bilang kepada kaisar kalau mereka adalah teman masa kecil dan orang yang kaisar cintai dulunya dia adalah selir ming de zi, semua orang di kediaman ibu suri serta kepercayaan permaisuri tahu kalau perempuan itu adalah ular dan sangat licik sebelumnya, hanya kaisar sajalah yang buta dengan kebenaran yang ada dia seakan menutup mata tak ingin perduli.
"Hentikan ucapan yang menghina wanita ku ini ibunda" suara yang tiba-tiba datang spontan membuat semua orang menunduk patuh tak berani untuk menyelah serta membantah.
Tak ada respon sedikit pun dari ibu suri hanya ada tatapan yang sangat kesal dan marah menatap tajam sosok perempuan yang berpenampilan mewah mengalahkan dirinya kini bersembunyi dengan takut di belakang tubuh kaisar meminta pertolongan di karenakan takut akan kemarahan ibu suri yang pasti menyalahkan dia.
"Perempuan ini tidak pantas" desis ibu suri tajam, menatap benci sekaligus kesal akan sosok selir kesayangan anaknya ini, dia tau seperti apa sifat asli dari ular berbisa ini.
"Cukup ibunda, ini bukan lah kesalahan ming'er, tapi menang dialah yang memilih untuk pergi kabur bersama selingkuhan nya" kalimat yang di berikan oleh kaisar lin ini sontak membuat yang lain nya terkejut tak percaya akan ucapan itu.
"Xuan'er apa yang kau katakan nak? Jangan mudah tergoda oleh iblis itu, sehingga kau mengabaikan kepercayaan untuk permaisurimu" ibu suri menggeleng tak percaya akan kalimat ucapan itu, di tahu kalau fengwei bukanlah anak yang seperti itu.
"Jangan pernah tertipu akan rupa polosnya ibunda, zi'er lah yang melihatnya secara langsung dia bahkan mengabaikan ucapan zi'er yang mencoba menghentikan niat nya untuk pergi bersama kekasih gelap nya itu" geram kaisar lin kini grahanya suda mengetak akibat menahan emosi, senyuman miring itu terlihat sekilas di bibir ming saat melihat reaksi suaminya yang tampak kesal dan membenci perempuan jalang itu baginya ini hal yang sangat dia nanti.
"Ibu suri aku mohon percalah padaku untuk sekali ini saja, aku tahu kau sangat membenciku dan kau lebih menyayangi kakak fengwei ketimbang aku tapi untuk kali ini demi kebaikan yang mulia aku mengatakan yang sejujurnya" entah sejak kapan kini ming sudah terduduk bersimpuh di bawah kaki ibu suri dan memasang wajah sedih tak sungkan-sungkan meneteskan air mata sedih nya.
"Singkirkan tangan kotor mu itu dari bajuku, serta hapus tiap tetes air mata palsu mu itu karena apa yang kau lakukan saat ini tidak akan mampu memanipulasi kepercayaan ku, kaisar lin dan aku sangat berbeda" mata ibu suri menyipit tegas menatap selir yang bersujut itu dengan tatapan jijik sekaligus benci, karena wanita ini terlalu licik.
"Hentikan ibunda, ayok zi'er aku akan mengantarmu kembali ke kediaman" kaisar lin yang begitu tidak tega melihat wanita yang paling dia cintai ini di perlakukan tidak baik.
Masih dengan wajah yang di buat seiba mungkin dia mengikuti kaisar yang kini menggandeng tubuhnya untuk ikut berdiri.
'Masa bodoh dengan semua kejadian ini cepat atau lambat posisi permaisuri ini juga akan jatuh di tanganku' batin selir ming terkekeh dalam diam tak ada yang menyadari apa isi fikiran nya saat ini.
"Seekor bebek yang baru saja di angkat menjadi angsa kini sudah begitu serakah ingin merangkak menjadi burung phoniex" sindiran halus itu tepat kena sadaran semua yang mendengarnya hanya mampu terdiam membisu, selir yang awalnya itu merasa berjaya kembali terlempar jauh.
"Ibu suri... ibu suri ada berita terbaru mengenai keberadaan permaisuri" dayang setia pengikut inu suri kini memberi tahukan berita mengejutkan ini.
"Apa katamu? Dimana keberadaaan feng'er sekarang" wajah ibu suri kini berseri dan lega serta bahagia, sementara kaisar hanya memasang wajah dingin dan datar saja tak ada ekspresi bahagia sedikitpun, untuk kembali menyambut kehadiran wanita yang selalu saja mencoba melemparkan tubuhnya di ranjang kebesarannya itu untung saja dia tidak pernah tergoda akan rayuan dari permaisuri nya itu.
"Dia baru saja di temukan dan sekarang di bawa ke kediaman nya" balas dayang itu lagi menunduk.
Tanpa berbasa basi lagi mereka segera pergi menuju vapillium kediaman malaerta fengwei.
Wajah selir ming yang awalnya tenang dan berbangga itu sketika berubah menjadi cemas dan pucat.
"Ayo kita ikut ibunda menjenguk permaisuri" ajak kaisar pada selirnya, tapi cekaan di tangan nya membuat kepala lelaki tampan itu tertoleh pelan.
"Kenapa?" Tanya kaisar memasang wajah khawatir.
"Apa kau sedang sakit, wajahmu begitu pucat, aku akan mengantarmu kekediman mu terlebih dahulu" putus kaisar lin kemudian, selir pun tersenyum lembut melihat perhatian kaisar padanya.
Kasim yang mengikuti langkah kedua petinggi dinasti ini hanya mampu terdiam dan menggeleng tak percaya, perempuan yang berada di sisi kaisar saat ini benar-benar adalah seekor rubah yang nyata.
Dia dapat merubah ekspresi wajah itu dalam sekejap, dan kerap sekali permaisuri yang tidak melakukan kesalahan menjadi kabing hitam yang tepat.
Mungkin karena terlalu malas meladenin atau terlalu lemah melihat betapa besarnya rasa cinta kaisar kepada selir yang memukul permaisuri untuk menjauh dan menyerah.
Biar bagaimana pun dirinya tetap salah, meskipun ia tidak melakukan hal itu tapi kaisar tetap menyalahkannya.
Cinta permaisuri ini begitu tulus dan besar untuk kaisar andai saja tidak ada batu penghalang untuk mereka mungkin yang mulia kaisar akan menyadari betapa besarnya rasa cinta permaisuri untuknya.
"Aku sangat berharap permaisuri tidak akan tertindas lagi sekarang" kata kasim itu dengan nada pelan sangat pelan takut terdengar oleh orang lain.