"eemhh...", aku kembali berbaring malas, karena ini hari sabtu aku bisa tidur lagi, pikirku. apalagi suamiku tidak dirumah, masih sedang dinas keluar kota untuk 6 hari dan masih 2 hari lagi ia baru bisa pulang, membuat suasana rumah terasa sepi. namun tak lama aku kembali beranjak dari tempat tidurku dan bergegas ke kamar mandi untuk melepas air seniku. kusingsingkan dasterku karena aku tak memakai CD aku duduk langsung melepas air seniku di toilet. kuraih selang penyemprot air untuk membasuk vaginaku.
"eemhh...", lenguhku ada rasa geli nikmat saat itilku terkena semburan air membuatku terus menyemprotkannya ke itilku.
"uuh... jadi pengen kontol...", bisikku, menyudahinya, mengeringkan vaginaku dan keluar dari kamar mandi.
aku berbaring dengan daster kusingkap sambil tanganku mengelus vaginaku yang tak terbungkus CD, kuusap lembut itilku yang masih terasa geli dan gatal tadi. lubang vaginaku sudah terasa basah. dengan satu tanganku lagi, aku meraih ponselku sambil terus ku usap itilku. jariku membuka nomor contact-ku kudapati nomor pak ferdian.
"ah dia gak mungkin bisa keluar rumah dengan mudah, kan ada anak dan istrinya dirumah...", pikirku, kuurungkan saat untuk menekan tombol panggilan. jariku beralih ke nomor pak reno.
"ah malas ke sana nya...., sendirian lagi...kalo dia kesini kan gak mungkin, bisa-bisa tetangga curiga...", pikirku kuurungkan lagi niatku untuk menghubungi pak reno.
"heemmhh...", dengusku sambil ku letakan ponselku, kupejamkan mataku sambil menikmati elusan tanganku sendiri di itilku, tiba-tiba anganku teringat kejadian 2 lelaki pengantar lemari waktu itu. kuraih ponselku dan kutemukan nama "naryo-lemari" membuat dadaku berdebar-debar teringat kejadian saat 2 lelaki yang mengantar lemari pesanan "memperkosaku",
"ah bukan memperkosa, malah aku pasrah kok waktu itu," pikirku, mungkin lebih tepatnya "mengerjaiku", pikirku lagi.
"eemmhh...", lenguhku dengan jari semakin cepat mengusap itillku sendiri sambil terbayang saat 2 pengantar lemari itu mengerjaiku waktu itu. mataku terpejam dengan nafasku yang semakin memburu.
"uuuh... eeessshhh... pengen kontol...", bisikku dengan vaginaku yang sudah banjir oleh lendirku sendiri. kedua kakiku mengangkang lebar, ingin rasanya ada yang menjejal masuk ke dalam lubang vaginaku yang gatal ini.
"eeeeesssshhhh....", desahku semakin cepat jariku mengusap itilku namun tiba-tiba aku terhenyak menghentikan tanganku.
"ooh... ya ampuun... ke pencet call..!!", pekikku dan terdengar suara halo dari ponselku.
"iya, saya yang waktu itu antar lemari bun.... ", jawab suara dari sana yang membuatku tersadar dengan kegugupanku yang sejak tadi menjawabnya dengan terputus-putus karena aku tak tau harus ngomong apa.
"ya kebetulan saya lagi di dekat komplek bunda, saya ke situ sebentar...", ucap lelaki itu dan terdengar suara ponselnya yang terputus.
-
"aduh...", pikirku dengan rasa gugup atau mungkin panik saat kulihat seorang lelaki keluar dari mobil box yang berhenti dan terparkir di depan gerbang, membawa perkakas, melangkah memasuki halaman rumahku. di hadapan cermin, aku memandang wajahku sendiri seraya ku rapihkan kerudungku, gaun gamisku menutupi tubuhku. aku membuka pintu dan memberikan senyumku yang mungkin terlihat gugup di hadapannya. kupersilahkan masuk dan duduk sementara aku berusaha untuk tetap tenang walau di dadaku berdegup seperti suara genderang.
"eh.. pak naryo... eh tadi.. eh...", ucapku terhenti, tak mungkin aku mengatakan kalo tadi ponselku kepencet tanpa sengaja
"biar saya cek lemarinya bun kalo ada yang rusak, kan masih ada garansi...", jelas pak naryo memandangku, membuatku seperti di telanjangi matanya. aku hanya terdiam dan membairkan pak naryo yang beranjak menuju lemari di ruang tengah. tak lama aku menyusulnya, melihatnya sedang memeriksa gagang pintu dan bawahnya.
"gak apa-apa... ini cuma kurang pelumas jadi bunyi engsel pintunya...", jelas pak naryo
"diminum pak...", ujarku kepadanya dengan perasaan gugupku yang sudah teratasi.
"o iya terima kasih bun...", jawabnya seraya mengangkat gelas di hadapannya.
"kalo gitu saya pamit... bun...", ujarnya lagi membuatku terhenyak, apa ia tak ingat kejadian waktu itu menyetubuhiku bergiliran dan sekarang bersikap seperti tak ada kejadian apa-apa, tanya hatiku.
"oh iya...", sahutku dengan rasa kecewa yang sudah menyelinap di hatiku, entah rasa apa ini... untuk melepasnya berpamitan, aku berdiri sehingga tepat berhadapan dengannya. matanya memendangku dengan tajam, membuatku tertunduk dengan rasa malu teringat kejadian itu. betapa murahannya aku hingga begitu mudah terhanyut dalam birahiku hingga hanya pasrah saat aku digilirnya dulu.
"kalo bunda mau...?", ucapnya dengan suara berwibawa dan membuatku terhenyak dengan ucapannya, tangannya yang perlahan menyentuh tanganku, menggenggam lembut tanganku sehingga membuat wajahku terangkat dan memandangnya dengan dada berdebar-debar.
"seperti dulu.... waktu itu bun...", lembut ucapnya lagi tubuhnya semakin mendekat rapat dan aku hanya diam hingga diam saat ia memeluk tubuhku.
"kalo bunda, mau...", ucapnya menatapku tajam yang meluluhkan hatiku,dada ku berdebar hebat seakan berteriak gembira. betapa murahannya aku.... pikirku, tapi aku menginignkannya !, pekik hatiku.
"aku mau pak naryo....", pekikku di dalam hati dan hanya terdiam pasrah membiarkan ia memelukku dengan wajahnya semakin dekat dan aku menyambut bibirnya yang mengecup bibirku bahkan saat ia melumat bibirku dengan lembut aku menyambutnya dengan membalas melumatnya, kujulurkan lidahku yang dihisapnya semakin membakar birahiku yang ku perturutkan untuk kureguk yang seharusnya tak pantas aku melakukannya karena aku wanita bersuami, yang terhormat, berkerudung dan bergamis namun tak mampu untuk menutup dan menahan birahiku. kubiarkan tangannya yang menjelajahi dan menjamah tubuhku, memeluk dan menjamah bokongku. gaun gamisku terasa terangkat olehnya yang kubiarkan hinga tangannya dapat menyelinap ke dalam selangkanganku.
"ah.. bun.. ?!!!", ucapnya melepas bibirku, aku terdiam saat tangannya mendapati selangkanganku yang tak terbungkus celana dalam. aku hanya tersipu dan membiarkannya mengelus bulu kemaluanku.
"spada... triiiii..... !!! triiiiii.... !!!", terdengar dari luar rumah membuat aku dan pak naryo tersentak, pak naryo mengurunkan niatnya untuk kembali melumat bibirku. aku membenahi kerudungku dan menurunkan gaun gamisku seraya membuka pintu menyambut jeng sasto yang langsung menyeruak masuk ke dalam rumah mendapati pak naryo yang sedang memperbaiki lemari.
"aku mau minjem blender ?, kamu beli lemari lagi tri....", ujarnya saat melihat pak naryo sedang membetulkan lemari, sambil menuju dapur. aku hanya mengiyakan nya saja dari pada harus menjelaskannya akan semakin lama nyrocos dan panjang lebar ngerumpi. apalagi sedang hangat-hangat nya gosip perselingkuhan tetangga di dekatnya. sementara aku merasakan ada yang menetes dan mengalir di pahaku.
aku menutup pintu usai melepas jeng sasto berlalu keluar rumah, aku melangkah masuk ke kamarku dengan dadaku yang kembali berdebar dan hasrat yang terhenti oleh kedatangan jeng sasto tadi. pak naryo sudah di belakangku, mendekap lembut pinggulku, kurasakan tonjolan kontolnya yang mengeras mengganjal di bokongku.
"mengganggu saja ibu itu...", ujarnya, aku hanya tersenyum membiarkannya mencium pipiku
"saya sudah 3 bulan belum pulang kampung, bun...", ujarnya lagi tangannya menngusap lembut di bawah perutku.
"kasian dong istri pak naryo di kampung...", ujarku
"ya kasian saya juga, kayak mau meledak, pusing kepala atas-bawah...he heh...", sergahnya sambil tertawa membuatku merasa lebih relaks. aku memutar tubuhku menghadapnya, memandang wajahnya.
"biar saya ademin pak...", bisiku saat pak naryo baru saja akan kembali memeluk dan menciumku namun aku sudah bersimpuh di hadapannya, tanganku membuka sleting celananya.
kurasa usia pak naryo sudah 35an tahun sementara usiaku masih berkepala 2. beberapa kali ia memuji kecantikanku dan usiaku yang masih muda baginya, mamah muda cetusnya memujiku. sleting celananya sudah terbuka olehku dengan batang kontolnya yang menyembul ku keluarkan dari celana dalamnya.
"emhh...", gumamku, aroma kontol tercium menggairahkanku.
"uuuhhmmhh... ", gumam pak naryo saat aku mencium dan mengulum kepala kontolnya sambil tangan kekarnya membelai kepalaku yang terbungkus kerudung. tanganku menggenggam mengocok perlahan sambil ku masukan semakin dalam kepala kontolnya yang besar ke dalam mulutku. lidahku bergerak membaluri, menyapu, mengusap, menjila kepala kontolnya di dalam mulutku.