Diwaktu yang tepat, polisi serta ambulance datang ke kantor Calesthane. Salah satu polisi itu adalah Rick.
Rick langsung mencari Calesthane, sampai akhirnya ia bertemu Calesthane yang sedang kebingungan kenapa bisa ada kejadian mengenaskan seperti ini.
"Calesthane," ucap Rick sambil berlari menuju Calesthane.
"Dad," Calesthane memeluk Rick dengan erat.
Setelah itu Rick melepaskan pelukan Calesthane dan mengelus-elus Calesthane.
"Kenapa? apa yang terjadi? kenapa bisa ada kejadian seperti ini?" tanya Rick.
"Ta..ta.. tadi ceritanya para karyawan aku termasuk aku, sedang bekerja seperti biasa. Terus tiba-tiba kami semua dikejutkan seperti ini, aku tidak tahu siapa yang membunuh mereka semua sekejam ini," jawab Calesthane.
Tak lama kemudian Ryan datang dan langsung menemui Calesthane.
"Calesthane, apa yang terjadi?" tanya Ryan.
"Ada pembunuhan disini," jawab Calesthane.
"Oke, kalau begitu kalian pergi keluar ya. Aku mau melakukan penyelidikan meskipun ini diluar tugasku," ujar Ryan.
"Aku mau temani kamu. Aku takut kamu jadi korbannya juga," jawab Calesthane.
"Kamu tenang saja ya. Aku disini gak sendirian, aku bersama Shane dan Santoso disini," jawab Ryan.
"Iya tapi aku mau tetap temani kamu," paksa Calesthane.
"Sudahlah Calesthane, ayo ikuti ucapan Ryan. Ini semua demi kebaikan kita bersama, ayo ikut Daddy," Rick menarik tangan Calesthane pergi dari sana.
"Tapi dad," Calesthane memandangi Ryan.
Tak lama kemudian, muncullah Shane dan Santoso. Mereka bertiga masuk kedalam gudang dan memeriksa apa yang terjadi.
Sesampainya diluar kantor, Berlia menghampiri Calesthane dan memeluknya. Ia takut anaknya juga jadi korban pembunuhan.
"Calesthane, mommy sangat menghawatirkan mu," ucap nona Berlia, memeluk erat Calesthane.
"Iya mom, aku aman disini. Tapi," jawab Calesthane, melepaskan pelukan Berlia.
"Tapi kenapa sayang?" tanya Berlia.
"Tapi Ryan ada didalam dan sedang menyelidiki kasus ini bersama Santoso dan pak Shane. Aku takut terjadi sesuatu dengan dia," jawab Calesthane.
"Kamu tenang saja, gak usah khawatir. Mereka semua orang-orang hebat. Meskipun Santoso bukan Agen Rahasia atau polisi, tapi dia juga hebat dalam memecahkan masalah. Begitu juga dengan Ryan dan Shane. Mereka semua pokoknya orang-orang terbaik. Kita hanya bisa bantu doa supaya mereka selamat dari maut," jawab Berlia.
"Hmmm... iya mom. Aku mau pulang saja, mau menenangkan diri dan pikiran," jawab Calesthane.
"Ya sudah, ayo kita pulang. Rick, jaga dirimu baik-baik ya," ujar nona Berlia.
"Iya, kamu juga jaga diri baik-baik ya," jawab Rick.
Kemudian Calesthane dan Berlia berjalan menuju mobil yang terparkir diseberang jalan. Saat Calesthane dan nona Berlia ingin menyeberang, Elizabeth menghentikan mereka.
"Tunggu bentar," ucap Elizabeth.
"Ada apa Eliza?" tanya Calesthane sambil menghadap ke Elizabeth.
"Aku ingin memberitahumu. Aku tadi tidak sengaja menemukan kertas yang berisi huruf. Aku menemukan huruf C dimayat 1 dan huruf A di mayat Savina. Siapa tahu ini bisa jadi pemecah kasus, ambil ini," jawab Elizabeth, memberikan dua kertas yang berisi huruf A dan C.
"Oke, aku akan menyimpan ini," Calesthane mengambil kertas itu.
Setelah itu Berlia langsung membawa pergi Calesthane dari sana. Mereka pulang kerumah Calesthane.
Beberapa menit kemudian...
Calesthane dan Berlia sampai di kediamannya. Mereka berdua langsung masuk kedalam rumah dengan suasana yang sedih dan sedikit takut.
Saat didalam, disana terlihat ramai sekali orang. Namun bukan kejadian menyeramkan lagi, tapi penyambutan Calesthane datang.
"Kejutan," ucap Zahra sambil menbawa kue.
"Loh kalian disini semua? datang dari kapan?" tanya Calesthane terkejut.
Nona Berlia menutup pintu rumah lalu ia duduk disampingnya Calesthane.
"Aku dan yang lainnya datang sudah dari 4 hari yang lalu. Hehehehe kita rindu bertemu kamu," jawab Zahra.
"Pantesan tadi ada Santoso. Oh ya ini datang semua nih? dari kamu, Santoso, Amora, semua datang nih?" tanya Calesthane.
"Ada dua lagi, yaitu Alex dan Yuan. Kamu masih ingatkan dengan Alex? teman SMA mu itu loh," jawab Zahra.
"Eh serius? hahahaha tinggal disini aja semuanya, biar ramai," jawab Calesthane.
"Iya dong," jawab Zahra.
Rasa kesedihan Calesthane lama-kelamaan menghilang karena asik mengobrol bersama teman-temannya.
***
Dua Minggu kemudian...
Calesthane tanpa mondar-mandir memikirkan kejadian yang dialaminya selama dua Minggu ini.
Kejadian 1 yang dia alami selama dua minggu ini adalah pembunuhan. Teror pembunuhan semakin kejam. Tetangga dan karyawannya habis dibunuh oleh orang misterius.
Kejadian 2 yang dia alami adalah hilangnya Ryan, Santoso, dan Shane. Mereka bertiga sudah lama tidak kembali ke rumahnya. Tidak cuma itu, setiap Calesthane menerima paket yang berisi lonceng serta cipratan darah didekatnya, pasti selalu saja ada pembunuhan kejam.
Tapi untungnya Zahra, Amora, Alex, Yuan, Calesthane, Berlia, Rick, dan Elizabeth sejauh ini nyawa mereka masih selamat.
"Calesthane, kamu kaya setrikaan aja mondar-mandir mulu dari tadi," ucap Zahra.
"Ih gak lucu Za, ini kita sedang dalam masalah yang serius. Coba lihat semua teman-teman kita, mereka dihabisi nyawanya oleh pembunuh misterius itu. Untung saja kita, delapan orang, masih selamat. Dan yang paling aku khawatirkan lagi adalah kondisi Ryan, Santoso, dan Shane yang tak kunjung pulang," jawab Calesthane.
"Sudahlah Calesthane. Jangan pentingkan mereka semua, yang penting saat ini adalah nyawa kita sendiri. Karena kita juga sedang dalam incaran pembunuh misterius itu," jawab Elizabeth sepontan.
Tiba-tiba...Dor...
Calesthane, Elizabeth, dan Zahra terkejut mendengar suara tembakan dari atas. Mereka bertiga langsung buru-buru bergegas naik keatas.
Saat ditangga, terlihat Amora, Alex, Berlia, dan Rick ingin keatas untuk melihat apa yang terjadi. Mereka bertujuh menaiki tangga lalu mengecek keadaannya.
Ternyata Yuan sedang menembak kearah rumah tetangga Calesthane yang ada didepan rumah Calesthane persis. Rick yang melihat itu langsung memborgol kedua tangan Yuan. Ia pikir Yuan sedang dalam kondisi mabuk karena mengonsumsi minum-minuman alkohol.
Alex menampar wajah Yuan karena ia kesal dengan tindakan Yuan yang menembaki rumah tetangganya.
"Yuan, apaan sih kamu!? ngapain menembak rumah tetangga kita? mereka kan gak ada salah. Kenapa lu lukai? apa jangan-jangan lu kali ya selama ini yang jadi pembunuh misterius itu!? ayo ngaku!" ucap Alex membentak Yuan.
"Dengerin dulu! ini juga, kenapa tanganku diborgol? emang gw mabuk apa," jawab Yuan sedikit kesal.
"Saya akan membuka borgol jika kamu menceritakan mengenai kejadian yang tadi. Kenapa kamu menembaki rumah tetangga!?" ucap Rick.
"Makanya dengerin dulu. Gw itu nembaki rumah depan karena ada sesuatu yang terjadi. Tadi gw lagi ngisi peluru buat nanti malam karena gw mau cari keberadaan Ryan dan lainnya. Eh tapi tiba-tiba ada yang menembak dari sana. Itu berlangsung tiga puluh menit yang lalu. Sebenarnya gw itu curiga sama Elizabeth! kenapa asal Elizabeth hilang, terjadi pembunuhan dan hal semacam ini!?" ujar Yuan.
"Ya saya juga, karena dulu Elizabeth pernah meneror kehidupan ku," jawab Berlia sepontan.
Semua orang yang ada disana menatap tajam kearah Elizabeth. Namun hati kemanusiaan Calesthane menentang perkataan itu semua.
"Sudah kubilang dia itu anak yang baik! bukan jahat!" ucap Calesthane.