"Calesthane, lo jangan terlalu polos dan baik seperti Ryan dah. Gw benar-benar curiga sama nih orang, udahlah bunuh aja nih pembunuh misterius," jawab Yuan.
"Udah deh gini aja, kita buktikan siapa yang benar dan siapa yang salah. Kita juga tetap berhati-hati dengan diri kita sendiri dan orang-orang disekitar kita. Siapa tahu memang ada musuh dalam selimut," ujar Rick.
"Terus, kapan nih borgol dibuka?" tanya Yuan.
Rick pun membuka borgol Yuan sehingga Yuan dapat bebas bergerak.
"Oh ya, ada yang mau ikut gw nanti malam? gw mau cari keberadaan Ryan," ujar Yuan.
"Aku ikut. Aku harus menemukan suamiku yaitu Ryan," jawab Calesthane.
"Tidak cuma kalian berdua yang ikut, tapi kami semua," jawab Rick.
"Ya sudah mari persiapkan senjata-senjata untuk nanti malam," ajak Alex.
***
Malam hari....
Waktu yang ditunggu-tunggu tiba. Kini Calesthane serta timnya yang berisi Rick, Berlia, Yuan, Alex, Zahra, Amora, dan Elizabeth, bersiap-siap untuk berangkat ke perusahaan nya Calesthane.
Perusahaan Calesthane sudah lama kosong semenjak kejadian dua Minggu yang lalu. Sehingga aura menyeramkan nya akan sangat terasa nanti.
"Semua sudah siap?" tanya Rick.
"Sudah. Aku sudah membawa stok peluru, dan panah. Mungkin aku akan memanah saja dibandingkan menembak," jawab Yuan.
"Aku sudah menyiapkan senapan AK-47 dan senapan Accuracy International AS50," jawab Berlia.
"Aku akan jadi sniper saja. Jadi aku menyiapkan senapan TrackingPoint Guns dan FN FAL," jawab Alex.
"Kalau aku hanya menggunakan pistol Desert Eagle Mark XIX dan pistol Glock 45 GAP," jawab Calesthane sambil menyimpan pistol yang ia bawa dikantong celananya.
"Aku akan menggunakan senapan Rheinmetall MG 3. Tidak apa-apa kan?" tanya Amora.
"Santai aja, yang penting bawa senjata," jawab Rick.
"Aku akan membawa Uzi Submachine gun, M4 Carbine, dan Heckler & Koch HK416," jawab Zahra.
"Terus Rick dan Elizabeth bawa apa?" tanya Yuan.
"Aku membawa semua senjata yang kalian punya. Makanya aku membawa tas ransel yang besar," jawab Rick.
"Terus Elizabeth bawa senjata apa? tunggu Elizabeth kemana?" tanya Yuan.
"Oh iya Elizabeth kemana ya?" tanya Alex.
"Mungkin ke toilet. Eh udah yuk kita duluan aja, nanti dia nyusul paling," ujar Zahra.
"Yuk kita berangkat," jawab Berlia.
Mereka semua menaiki mobilnya masing-masing. Setiap mobil seharusnya terdapat 4 orang, tapi karena Elizabeth tidak terlihat, jadi mobil 1 berisi 4 orang dan mobil 2 berisi 3 orang.
Mobil 1 terdapat: Calesthane, Berlia, Rick, dan Yuan.
Sedangkan mobil 2 terdapat: Zahra, Amora, dan Alex.
Beberapa menit kemudian...
Mereka semua sampai di perusahaan Calesthane yang sudah menjadi horor dan kelam. Suasana disana amatlah gelap dan sepi.
"Astaga, perusahaan ini sangat menyeramkan sekali padahal sebelumnya sangat indah," ujar Yuan.
"Memang kenapa? kamu takut? mendingan gak usah ikut tadi," ejek Amora kepada Yuan.
"Ya kan cuma bilang doang. Saya gak takut begini! saya udah sering! mungkin kamu kali yang takut," ejek Yuan.
"Enggaklah! ih ngeselin dah nih cowok. Malas jadinya," Amora pergi menjauh dari Yuan.
Disisi lain terdapat Rick sedang memberitahu Alex yang akan menjadi sniper.
"Jadi gini, aku akan menghubungi mu melalui walkie talkie. Inikan penglihatan nya sangat bagus jadi kamu bisa menembak dari jarak jauh. Pokoknya sesuai rencana yang tadi ya," ucap Rick.
"Oke, ya sudah ayo kita mulai," jawab Alex.
"Oke kita bagi jadi tiga tim. Tim 1 adalah Calesthane dan Berlia. Tim 2 adalah aku dan Zahra. Tim 3 adalah Yuan dan Amora. Untuk Tim 1 berjalan lurus, tim 2 akan berjalan kearah kiri dan tim 3 berjalan kearah kanan. Mengerti semua!" ujar Rick.
"Mengerti!" jawab Amora.
Mereka semua mulai menjalani misinya masing-masing. Calesthane dan Berlia memasuki dalam kantor. Mereka berdua berjalan perlahan-lahan menuju dalam kantor.
"Calesthane, kalau bisa kamu berjalan paling depan karena kamu mengetahui dalam kantor ini," ujar Berlia.
"Oke, kita masuk saja ke ruangan ini dulu," jawab Calesthane.
Mereka berdua memasuki ruangan pertama. Itu adalah ruangan paling terbesar dilantai bawah.
Ditempat Rick...
"Zahra, jalan pintas menuju ruangan itu darimana? kita jangan jalan lurus terus karena takutnya musuh standby disana," ujar Rick.
"Lewat sini saja om. Ini sebenarnya adalah ruangan pribadi Calesthane. Hanya Calesthane yang bisa masuk kedalam ruangan ini, ayo ikuti aku om," jawab Zahra.
Saat ingin memasuki ruang andalan Calesthane, Zahra terlupa bahwa disana ditutupi oleh lemari yang besar.
"Tunggu om, saya lupa bahwa ruangan itu ditutupi oleh lemari besar," ujar Zahra.
"Ya sudah tidak apa-apa. Saya sanggup mendorongnya," jawab Rick.
"Ya sudah ayo om," jawab Zahra.
Zahra dan Rick berjalan menuju ruang rahasia. Mereka berdua sampai disana. Ruangan itu tetap tertutup dengan lemari besar dan sepertinya tidak pernah diutak-atik. Zahra dan Rick bekerjasama mendorong lemari itu tanpa menghasilkan suara sedikitpun.
Mereka pun berhasil. Setelah itu Zahra dan Rick masuk kedalam dan mulai menjelajahi ruangan itu.
Ditempat Yuan...
Terlihat Yuan dan Amora berjalan dengan santuy nya menelusuri seisi kantor Calesthane.
"Kantornya Calesthane besar banget ya, serem juga kalau begini," ujar Yuan.
"Tuh kan gw bilang juga apa, lu itukan emang penakut," jawab Amora.
"Situ kali yang takut. Buktinya dari tadi jalannya dibelakang gw melulu," jawab Yuan.
"Kata siapa, nih gw berani jalan didepan," Amora melewati Yuan dan berjalan didepannya.
Hmmm.... mereka ini memang berantem mulu kerjaannya kalau ketemu. Lama-kelamaan berantem mulu jadi cinta lagi 😂😄
Saat sedang asyik-asyiknya berantem, terdengar suara tembakan keras dari salah satu ruangan. Yuan langsung membekap mulut Amora supaya Amora tidak berisik lagi.
"Shuut kamu diam! sepertinya musuh mulai muncul. Ayo jalan," Yuan melepaskan Amora dari bekapannya.
"Hmm...bau tangannya gak enak banget. Ih jijik aku," ucap Amora.
Setelah itu mereka berdua berjalan bersama menuju suara tembakan dari salah satu ruangan yang mereka lewati. Yuan sudah menyiapkan panah serta anak panahnya untuk memanah musuh. Sedangkan Amora sudah menyiapkan senapannya untuk menembak.
Ditempat Alex...
"Astaga, sudah berapa jauh mereka disana ya? kok belum menghubungi saya? apakah mereka masih dalam jarak dekat!? atau apa? aku hubungi saja ya mereka semua lewat walkie talkie ini, daripada bengong aja," ucap Alex.
Alex mengambil walkie talkie nya lalu menghubungi Rick serta anggota timnya yang lain termasuk Calesthane dan Berlia.
"Benteng masuk benteng masuk," ucap Alex.
"Ya benteng ada apa?" tanya Rick.
"Benteng!!! kalau gak penting jangan berisik lu! gw dan Amora lagi menelusuri ruangan. Tadi kita dengar suara tembakan," jawab Yuan dari walike talkie nya.
"Shutt, sabar dong kak Yuan. Siapa tahu Alex dapat informasi," ucap Calesthane.
"Aku mau bertanya ap...," pembicaraan nya terputus saat Alex melihat wanita yang wajahnya mirip sekali seperti Elizabeth, sedang menyiapkan barang-barang untuk menembak. Namun ia tampak langsung memakai baju berjubah hitam dan memegangi sebuah pisau yang dilumuri darah.
"Benteng! benteng!" panggil Rick.
"Maaf, saya akan memberitahukan informasi bahwa saya melihat wanita sedang memakai baju serba hitam dan sedang menyiapkan barang-barang untuk menembak. Tidak cuma itu, wanita berjubah hitam itu memegangi pisau yang berlumuran darah. 1 lagi, wajah wanita itu mirip Eliz," pada saat Alex ingin menyebut nama Elizabeth, wanita berjubah hitam mendengar nya lalu ia langsung menembak kearah Alex.
Alex pun tergeletak jatuh kelantai dengan tubuh yang berlumuran darah. Rick, Zahra, Calesthane, Berlia, Yuan, dan Amora terkejut mendengar suara teriakan Alex dan suara tembakan keras sekali.
Mereka benar-benar sudah masuk ke wilayah si pembunuh misterius itu.