"Semuanya, kita nanti akan bertemu di ruangan kantor Calesthane dilantai 5," ucap Rick dari walkie talkie nya.
Setelah itu mereka semua kembali melanjutkan perjalanannya menelusuri perusahaan Calesthane.
Satu jam kemudian...
"Rick masuk Rick!!! Yuan ingin memberitahu sesuatu," ucap Yuan berteriak di walkie talkie.
"Astaga berisik sekali sih Yuan," jawab Calesthane.
"Diam lu!" ujar Yuan.
"Iya ada apa Yuan?" tanya Rick.
"Izin memberitahukan, bahwa kami telah menemukan Shane disini dalam keadaan sehat. Tapi...," ucap Yuan.
"Tapi kenapa kak Yuan? apakah ini berhubungan dengan Ryan!?" tanya Calesthane sedikit khawatir.
"Kau nih asyik Ryan terus!!! aku tak tahu Ryan dimana. Jelas-jelas yang baru kutemukan hanya Shane. Mereka bertiga kepisah katanya sejak ada sebuah ledakan. Kata Shane mereka semua selamat namun berpisah. Terus katanya dia kenapa mereka menghilang selama dua minggu karena mereka menelusuri tempat-tempat lainnya. Mereka hampir menemukan pembunuh misterius nya namun selalu gagal," jawab Yuan.
"Udahlah jangan pada ribut, terus tadi kamu mau bilang apa?" tanya Berlia.
"Amora hilang! tadi pas saya menemukan Shane, terakhir saya mendengar suara teriakannya. Saat berbalik ternyata dia sudah tidak ada," jawab Yuan.
"Ha!? Amora hilang!? ya sudah, kita urus masalah itu nanti saja. Berarti yang belum ditemukan adalah Santoso dan Ryan," jawab Zahra.
"Aku tadi sudah ke ruang 1-10. Tapi gak ketemu Santoso ataupun Ryan, kebanyakan sih hanya percikan darah gitu. Tinggal satu ruangan lagi nih," ucap Calesthane.
"Ya sudah lanjutlah. Aku mau cari Amora dan yang lainnya bersama Shane," jawab Yuan.
Setelah itu mereka semua kembali berjalan terus-menerus mengelilingi perusahaan Calesthane.
Calesthane dan nona Berlia memasuki ruang ke 11. Sebelum masuk, terlebih dahulu mereka menyiapkan senjata. Setelah itu dimulailah petualangan mereka ke dalam ruangan 11.
Calesthane memanfaatkan kabel dan baterai untuk sumber penerangan. Awalnya sih dia membawa senter, namun senternya sempat hilang karena suatu yang mengejutkan.
"Mommy, kok tiba-tiba firasat ku gak enak ya? aku takut terjadi sesuatu," ujar Calesthane.
"Sudahlah kamu jangan berpikir yang buruk-buruk, takdir itu diatur oleh Tuhan," jawab Berlia.
Secara tiba-tiba pintu ruangan yang mereka masuki tertutup sendiri. Firasat Calesthane benar-benar sudah tidak enak sangat.
"Ahhh... mommy, aku udah mulai khawatir akan terjadi sesuatu," ujar Calesthane.
"Sudah kamu tenang ya, ada mommy disini," jawab nona Berlia.
Tiba-tiba dari belakang mereka terdengar suara orang tertawa dengan penuh kebahagiaan. Perlahan-lahan Calesthane dan Berlia menghadap kebelakang. Mereka melihat sesosok orang berjubah hitam.
"Who are you? (Kamu siapa?)," tanya Berlia.
"I am the person you are looking for (Saya orang yang Anda cari)," jawab orang berjubah hitam.
"Are you a woman? (Apakah kamu perempuan?)," tanya Calesthane.
"Why are you disturbing my family life !? (Mengapa Anda mengganggu kehidupan keluarga saya!?)," tanya Berlia.
"I'm starving, so only your family remains. And now I'm happy again ... Ha ... Ha ... Ha (Aku kelaparan, jadi hanya keluargamu yang tersisa. Dan sekarang aku bahagia lagi ... Ha ... Ha ... Ha)," jawab orang berjubah hitam.
"You're Elizabeth, right? I know you. From your voice and your height. Why are you disturbing my family's calm !? (Anda Elizabeth, kan? Aku tahu kamu. Dari suara dan tinggi badan Anda. Mengapa Anda mengganggu ketenangan keluarga saya!?)," ujar Calesthane sambil menodongkan pistol andalannya kearah orang berjubah hitam.
"Who is Elizabeth? I don't recognize him. Call me death (Siapakah Elizabeth? Saya tidak mengenalinya. Panggil aku kematian)," jawab orang berjubah hitam.
"Calling you death? are you god (Memanggilmu mati? apakah kamu tuhan)," jawab Berlia sedikit merendahkan.
"Shut up! (diam!)," teriak orang berjubah hitam itu.
"I will never be quiet unless you don't disturb my family anymore (Aku tidak akan pernah diam kecuali kamu tidak mengganggu keluargaku lagi)," jawab Calesthane.
"Ohh no, I'll always terrorize your family (Ohh tidak, aku akan selalu meneror keluargamu)," ujar orang berbaju hitam.
"What do you want so that you don't bother my family anymore !? (Apa yang Anda inginkan sehingga Anda tidak mengganggu keluarga saya lagi!?)," tanya Berlia.
"What I want is ...,(Yang saya inginkan adalah ...,)," secara tiba-tiba orang itu melemparkan sebuah botol yang mengeluarkan asap hingga membuat Berlia dan Calesthane batuk.
Namun saat asap itu hilang, orang berjubah hitam juga hilang gak tahu kemana. Calesthane dan Berlia mencari-cari orang berjubah hitam.
"Orang itu mana ya?" tanya Calesthane.
"Coba kita cari kearah cahaya itu saja, siapa tahu itu pintu dia kabur," jawab Berlia.
Setelah itu mereka bertiga berjalan menuju cahaya yang bersinar. Dan ternyata memang terdapat sebuah pintu, namun saat mereka ingin keluar dari sana, Calesthane tersandung oleh suatu barang.
Beruntung Berlia menolong Calesthane dengan cara menarik tangannya sehingga Calesthane tidak jatuh.
"Terimakasih telah menyelamatkanku mom," ucap Calesthane.
"Hati-hati, siapa tahu ini dia," ucap Berlia.
Bersama-sama mereka berdua menodongkan senjata kearah orang yang tergeletak dilantai itu. Berlia memberanikan dirinya untuk melihat siapa orang itu sebenarnya. Saat melihat ternyata itu adalah mayat Lisa, sekretaris kepercayaan Calesthane.
Calesthane benar-benar tidak menyangka bahwa orang yang didekatnya akan mati mengenaskan seperti ini.
"Hmmm... sepertinya mayat ini sudah ada disini terlalu lama. Ngomong-ngomong apakah kamu mengenalinya Calesthane? kok kamu tampak sedih?" tanya Berlia heran.
"Dia adalah Lisa mom, sekretaris andalanku disini. Makanya aku sedih, apakah aku pembawa sial ya?" jawab Calesthane.
"Shuttt... kamu gak boleh bilang begitu, ini hanya semua cobaan dalam hidup mu," jawab Berlia mencoba menenangkan Calesthane.
Kemudian terdengar suara hentakan kaki berjalan menuju arah ruangan mereka. Calesthane dan Berlia kembali menodongkan senjatanya kearah pintu masuk ruangan itu supaya mereka bisa langsung menembak jika ada orang jahat masuk.
Dan ternyata orang itu adalah Ryan. Calesthane dan Berlia sama-sama tercengang melihat adanya Ryan disana.
"Calesthane?" panggil Ryan.
Calesthane menyimpan senjatanya lalu ia memeluk erat Ryan. Calesthane meluapkan semua kerinduannya kepada Ryan.
"Ryan, kenapa kamu menghilang selama dua minggu??? aku sangat mengkhawatirkan mu!!! kenapa kamu tidak memberiku kabar?" ucap Calesthane.
"Sudah kamu jangan sedih lagi ya, aku ada disini menemanimu. Maafkan aku karena sempat menghilang tanpa kabar, ini semua untuk kita," jawab Ryan sambil melepaskan pelukan Calesthane.
Calesthane memerhatikan tangan Ryan yang sedang memegangi kertas yang robek. Iapun bertanya kepada Ryan.
"Itu kertas apa Ryan?" tanya Calesthane.
"Ini kertas yang berharga, aku harus menyatukan potongan dari kertas ini. Tapi dimana ya?" jawab Ryan.
"Tunggu, aku juga mempunyai sepotong kertas begitu. Coba ku ambil," Calesthane membuka tas ranselnya dan mencari kertas yang ia maksud.
"Coba kalian gabungkan kertas itu!" perintah Berlia.
Calesthane dan Ryan menyambung kertas yang mereka dapatkan. Saat kertas itu disatukan, disana terangkai kata-kata yaitu PERCERAIAN
"Apa maksudnya ini? perceraian?" tanya Ryan heran.
"Perceraian doang memangnya yang tertulis dikertas itu? coba lihat lagi, siapa tahu ada tulisan kecil," jawab Berlia.
Calesthane dan Ryan kembali membaca tulisan di kertas itu. Dan benar bahwa masih ada serangkai kata lagi.
Rangkaian kata yang mereka temukan bertulis: Aku akan terus meneror keluargamu dan orang-orang terdekatmu jika Calesthane dan Ryan tidak bercerai.... jangan harap kalian bisa lepas dari ku....
"Loh kok begini?" tanya Calesthane.
"Memang apa kata-katanya?" tanya nona Berlia.
"Kata-kata itu berisi "Aku akan terus meneror keluargamu dan orang-orang terdekatmu jika Calesthane dan Ryan tidak bercerai.... jangan harap kalian bisa lepas dari ku...." gimana dong mom?" tanya Calesthane.
"Hmm... sebaiknya kita merundingkan masalah ini dengan yang lain. Ryan, Calesthane ayo kita ke lantai 5. Semua pasti udah menunggu," jawab Berlia.
Mereka bertiga memasukkan pistol dan senjata apinya kedalam tas, setelah itu berjalan pergi keluar dari ruangan 11 menuju lantai 5
Baru dua langkah berjalan, sudah terdengar ada yang mencegatnya. Ryan, Calesthane, dan Berlia langsung menghadap kebelakang dan ternyata itu adalah Santoso.
"Tunggu, kok kalian ingin meninggalkan saya sendiri disini? ayo kita jalan bersama," ucap Santoso.
"Santoso? kamu ada disini?" tanya Calesthane.
"Ya emang aku disini terus bersama Ryan. Tapi tadi Ryan berjalan lebih dulu karena mendengar suara seseorang," jawab Santoso.
"Berarti kita sudah terkumpul, ya sudah aku hubungi yang lain dulu ya," jawab Calesthane.
"Ya sudah cepetan," jawab Santoso.
Calesthane menghubungi yang lainnya menggunakan walkie talkie nya. Iapun memberitahukan bahwa Santoso dan Ryan sudah ditemukan dalam keadaan selamat. Dan akhirnya mereka semua memutuskan untuk bertemu dilantai 5 tepatnya di ruang kerja Calesthane.
Beberapa menit kemudian...
"Puji syukur kita bisa disatukan lagi disini," ucap Rick.
"Hmm... sebenarnya kita juga selamat kok disini," jawab Shane.
"Tapi kalian semua jangan senang dulu, ingat! Amora hilang, kita harus mencari dia," jawab Yuan.
"Sepertinya kak Yuan sudah ada rasa dengan Amora nih, bukti nya perhatian," goda Ryan sambil merangkul Calesthane.
"Iya nih bibit cinta, ya begitulah awalnya berantem lama-kelamaan cinta," jawab Calesthane.
"Apaan sih kalian berdua, saya kan hanya khawatir sebagai seorang teman bukan karena cinta," jawab Yuan.
"Shuttt... sudahlah gak usah berantem terus, oh ya katanya kalian ingin berunding sesuatu karena tulisan di kertas. Emang tulisannya berisi apa?" ucap Rick.
"Tunggu sebentar dad, kertasnya ada di ransel aku. Aku ambil dulu biar kalian semua bisa baca, Ryan tolong ambilkan," jawab Calesthane.
Ryan mengambil kertas yang sudah sobek terus mereka satukan lagi. Calesthane meletakkan kertas itu di meja supaya mereka semua bisa membacanya.
Rick, Shane, Berlia, Yuan, Santoso dan Zahra membaca tulisan yang terdapat dikertas itu, mereka semua terkejut saat membacanya.
"Apaan ini maksudnya? dia mengancam kalian berdua untuk bercerai? sepertinya ini orang suka dengan Ryan atau Calesthane, dan dia ingin merebut salah satu dari kalian supaya bisa mendapatkan seutuhnya dengan cara begini," ucap Zahra sepontan.
"Ya makanya, aku juga heran harus gimana," jawab Calesthane.
"Menurut aku sih kalian jangan cerai, masa hanya karena ini kalian cerai," jawab Yuan.
"Iya aku juga setuju dengan keputusan Yuan," jawab Zahra.
"Lebih baik kalian cerai saja karena itu adalah salah satu jalan supaya kita semua selamat," jawab Santoso.
"Iya, dengan begitu kita semua selamat. Nah kalau sudah begitu kita cari deh siapa dalang dibalik ini, setuju gak?" jawab Shane.
"Ide kalian berdua memang bagus, tapi saya tidak tega harus mengorbankan anak saya," jawab Rick.
"Iya, mereka itukan dipersatukan karena cinta, masa berakhir seperti ini? saya tidak mau," jawab Berlia.
"Ya makanya aku dan Zahra setujunya mereka berdua tidak cerai. Kasihan mereka, ya aku sebagai kakak juga menyayangi adikku sendiri meskipun aku sangat-sangat bajing*n," jawab Yuan.
"Tapi kalau kita tidak cerai, kita semua akan habis satu persatu. Kita hanya menunggu giliran saja, siapa yang akan mati," jawab Calesthane.
"Ya tapi itu semua kan takdir, kalau mati yang bisa dengan cara apa aja, gak cuma begini," jawab Ryan.
"Ryan! kamu jangan terlalu egois! pentingkan keselamatan yang lain juga," bentak Santoso kepada Ryan, sepontan.
"Hmm... kenapa aku dan Ryan tidak cerai kontrak saja?" ucap Calesthane sepontan.
"Ha? cerai kontrak? maksudnya gimana nih? aku sudah sering dengar pernikahan kontrak, tapi kalau cerai kontrak belum," jawab Zahra.
"Iya cerai kontrak. Kalau nikah kontrak kan mereka nikah resmi terus bermesraan didepan orang padahal aslinya saling membenci, nah kita juga begitu. Tapi sebaliknya," jawab Calesthane.
"Ide yang konyol, tapi itu sangat cemerlang. Bagus, aku setuju," jawab Shane.
"Iya aku juga setuju," jawab Zahra.
"Saya setuju," jawab Santoso.
Semua setuju dengan pendapat Calesthane kecuali Ryan. Ryan masih bingung harus setuju atau enggak.
"Jadi gimana Ryan? kita semua udah setuju nih, kalau kamu?" tanya Yuan.
"Hmm... dengan berat hati aku menyatakan bahwa aku setuju," jawab Ryan.
"Ya sudah berarti kalian berdua pulang ke Indonesia untuk mengurus perceraian ini. Oh ya kita harus mencari Amora, ayo kita pergi bersama-sama," ujar Rick.
"Oh iya, ayo ayo," ajak Yuan.
Setelah itu mereka semua pergi bersama-sama mencari Amora didalam perusahaan itu. Namun Amora belum ditemukan oleh mereka.
***
Tiga puluh menit kemudian....
"Kita sudah mencari Amora tapi gak ada, lebih baik sekarang kita pulang saja," ujar Shane.
"Oh tidak! aku tidak setuju! kita harus mencari Amora sekarang! kalau kalian mau pergi duluan, pergi saja dan tinggalkan aku," jawab Yuan.
"Ayo kak Yuan, kita pulang saja dulu sebelum pertengahan malam," ajak Calesthane.
"Udah! saya bilang kalian pergi saja dan tinggalkan saya sendiri disini, saya mau mencari dia," jawab Yuan.
"Udahlah ayo kak Yuan, lebay lu," ucap Ryan.
Refleks, Yuan langsung menonjok Ryan. Namun ia tidak berhasil, walau begitu Yuan berusaha melakukan penyerangan sampai akhirnya dia dilumpuhkan oleh Rick dan Ryan.
Pada saat Yuan dibanting alias di smack down, ia melihat ada sebuah mayat dibawah kolong meja. Yuan langsung berdiri dan segera memberitahu kepada teman-temannya itu.
"Lihat! di kolong meja ada mayat," ujar Yuan.