Chereads / HANYA AKU UNTUK DIA / Chapter 32 - 32 Mobil Royan

Chapter 32 - 32 Mobil Royan

Aku terpaku, terdiam dan

terbungkam, tapi tubuh ini tak urung bergerak mengikuti apa yang seharusnya aku turuti namun tidak aku sukai. Mulailah aku mendekati pintu mobil dan terpaksa masuk__duduk di kursi samping dia.

Jurus diam seribu bahasa dan tubuh mengkaku tanpa gerak aku tampilkan untuknya. Pandangan muka kuarahkan keluar jendela mobil selalu. Aku tahu sekali-sekali dia melirikku. Si Royan itu.

"Inez, calon istriku. Jangan manyun saja, tak nampak kecantikanmu. Lagian betul kata Ayah. Kita akan segera menikah, kita harus saling mengenal dan kudu sering bersama." Sambutnya dengan nada yang menurutku garing.

"Apa kamu mau mampir atau makan mungkin?" tawarnya kepadaku lagi, aku cuma menggeleng pelan.

"Dalam waktu yang dekat kita akan bertunangan, jangan seperti ini! Cobalah lebih legowo dengan takdir kita." Penjelasannya sungguh tak berarti apa-apa, masuk telinga kanan keluar telinga kiri. Aku tetap tak bergeming sedikitpun.

Royan mulai melajukan mobilnya. Aku hanya terdiam sampai kira-kira setengah jam berlalu. Aku baru teringat bahwa aku sama sekali belum melihat HandPhone-ku. Aku sama sekali tak ingat! Harusnya aku menanyakan kabar Arman? Sudah semalam ini pasti sudah banyak kegiatan yang mereka habiskan bersama. Sesaat aku terpaku dan terdiam dikala mulai aku sentuh layar ponselku. Aku cari chat atas nama dia.

Arman mengirim dua chat ke nomorku sejak sore tadi? Sedang aku tak tahu? Bisa jadi terkirim pada saat aku pingsan, betapa berat dan gundah hatiku ketika membaca chatnya sore tadi, dia kata sedang makan bersama dengan menu masakan Ayu. Ayam semur pedas. Lagi ada chat yang kedua, mengatakan Arman diminta Ayu keliling Surabaya sekaligus mencari alamat tempat kerjanya. Tiga hari ke depan sudah mulai aktif. Boncengan yang seperti apa? Mereka sekarang berputar-putar menatap indahnya kota berduaan saja? Sedang aku disini ....

[Maafkan aku baru membalasmu, kepalaku pusing, aku baru terbangun. Iya makan bersama tidak apa-apa, yang penting bukan makan berdua]

Balasku pada chat pertama dengan aku sertai tautannya.

[Banyak yang menyalahgunakan niat baik. Kamu jangan berlama-lama membonceng dia, setelah ketemu alamatnya, segera pulang ya, Sayang]

Balasku pada chat kedua Arman, masih aku sertakan tautan.

Aku disini juga berdua bersama dirinya, tapi sungguh aku memeluk rasa pilu, karena dirinya yang disampingku adalah lelaki yang bukan aku mau. Aku sungguh menyesal karena tragedi pingsan dilahan tebu, jadi harus berakhir begini, semakin mendekatkan aku dengan dia, tanpa sengaja aku sudah hadir dirumahnya. Aku sudah tidur pulas di ranjangnya, bahkan dia sudah menggendong aku? Ooh ... Tidak! Aku sungguh tak menyukai alur yang seperti ini. Sambil menutup wajahku, aku menggeleng-gelengkan sendiri kepalaku sebagai ekspresi penyesalanku,

Menangis ... Aku menangis lagi mata ini, sudah semakin sembab saja seperti mata panda yang terkena belek mata, aku tak perduli dengan Royan yang ada disampingku. Kutahu dia melirikku berulang kali, sampai melongokkan wajahnya ke arahku, lalu menyodorkan sapu tangan berwarna ungu. Aku tak ingin meraihnya, aku menggeleng kepala masih keras hati, hanya mengusap air mataku dengan jariku saja. Aku tak mau sapu tangannya, aku tak mau menerima perhatiannya!

"Kamu menangis lagi?" sapanya akhirnya, mungkin melihat aku yang sudah tak menentu.

"Sudah, jangan menangis lagi. Semua pasti baik-baik saja, jangan diteruskan nanti pingsan lagi. Aku bawa pulang lagi nanti kalau pingsan."

"Aku mohon tinggalkan aku, lupakan aku. Aku sudah cukup menderita selama ini dibuatnya," ucapku terbata-bata membuka suara.

"Aku tak bisa, Nez! Aku sudah mulai merasakan bahwa aku sudah Jatuh cinta kepadamu, hampir setiap hari aku selalu mencari tahu tentang dirimu. Semua yang ada pada dirimu menakjubkanku, kau bukan seperti wanita yang lain kebanyakan," balasnya.

"Aku tak bisa membalas cintamu, cintaku hanya untuk dia." Tangisku makin membuncah.

"Aku akan sabar menantinya Nez, aku tidak minta kau balas sekarang. Aku bilang aku akan menunggu, aku tak akan memaksamu, tapi aku harus memilikimu," sanggahan yang ia lontarkan semakin menusuk hatiku.

"Kamu bilang mencintaiku? Masih dalam hitungan beberapa minggu, harusnya bisa dihapuskan! Arman mencintaiku selama lima tahun, dia terus bersamaku, tidak sebanding dengan rasamu itu, lagi aku tidak mencintaimu! Aku hanya mencintai dia, hanya dia satu-satunya yang bersemayam dihatiku, kamu akan sakit sendiri bila memaksa menungguku, yang kau rasakan bukan cinta, tapi pelarian kepadaku akan rasa sakit hatimu kepada wanita yang meninggalkanmu," bantahku diiringi tangisku semakin berderai.

"Biarlah waktu yang berbicara Nez, aku tak mau berdebat denganmu, yang aku tahu aku tak mau melepasmu, apapun yang terjadi."

Semakin tersedu-sedu aku dalam meratapi garis kehidupan cintaku ini. Dia begitu keras kepala, bagaimana bisa dia bilang sudah mencintaiku? Baru kali kedua bertemu dengan aku? Meskipun dia menyelidiki mencari tahu tentang aku, takkan mungkin bisa semaksimal itu mengenal diriku dan kepribadianku. Takkan mungkin secepat itu jatuh cinta kepadaku.

Getaran yang kurasa berasal dari genggaman tanganku membuatku secepat kilat membuka chat yang pasti balasan dari Arman, secepat ini dia membalasku, artinya dia stand bye dan mencemaskanku,

[Iya sayang, aku akan segera pulang, ini sedang mencari alamatnya, kamu sedang apa?]

[aku sedang menangis]

makin bersuara keras tangisan ini yang awalnya lirih.

Telefon dari Arman masuk ke ponselku, aku segera menerimanya agar pria disebelahku ini, tahu betapa aku dan Arman sudah menyatu dan takkan mampu dipisahkan oleh apapun.

"Halo Inez, Sayang! Jangan menangis lagi."

"Aku tidak bisa berhenti memikirkanmu, aku pasti menangis bila ingat tentang kita."

"Jangan sedih lagi, besok aku akan ceritakan semua. Aku baik-baik saja dan menjaga semua pesanmu, tak perlu khawatir, aku selalu mencintaimu."

"Aku percaya padamu, aku tunggu besok bertemu kamu, I Miss u."

"Aku juga kangen sama kamu. Sungguh canggung dan tak enak suasana rumahku dengan orang lain disini, secepatnya dia harus dapat kos yang baru."

"Oke sampai besok sayang."

"Siaaap sayangku." Mendengar suara Arman yang tampak mampu menguasai suasana disana menjadikan aku sedikit tenang dan tak lagi dirundung cemburu, seutas senyum terukir di bibirku, sedikit menyejukkan dahagaku yang memang aku tahan tak mau minum dari rumah Royan, meskipun semua suguhan tadi ada buat aku.

"Dia memang baik banget, ya?" tambahnya yang membuat aku menoleh ke arahnya.

"Dia terlalu sempurna, sampai takkan pernah ada yang bisa menggantikannya," balasku pedas kepadanya.

Dia mengeluarkan mimic aneh, manggut-manggut sambil menampilkan bibir berbentuk huruf O, sekaligus tetap fokus menyetir memperhatikan jalan yang kita lalui.

"Kamu belum mengenalku. Aku juga lelaki yang baik dan siapapun wanita yang bersamaku akan merasa bahagia, kau bisa lihat buktinya aku yang ditinggalkan, bukan aku yang meninggalkan. Kamu dan aku satu type, sama-sama penyayang dan sama-sama setia, karena itu aku mau menikah denganmu."