Chereads / HANYA AKU UNTUK DIA / Chapter 34 - 34 Ngobrol Ngobrol

Chapter 34 - 34 Ngobrol Ngobrol

Semakin malam kondisi jalanan Kota Surabaya bukannya makin sepi, namun malah terlihat makin ramai dan juga menyenangkan. Kami berdua menuju rumah kontrakanku yang berada tidak jauh dari jalan raya pusat keramaian Kota Surabaya, masih dengan Ayu yang berada di belakang motorku, berbeda dengan ekspresi pada saat berangkat tadi, dia sangat antusias dan selalu mengajak aku mengobrol sambil terus berdecak kagum dengan Keindahan Kota Surabaya yang memang belum pernah kakinya ia injakkan ke kota ini. Sekarang ia nampak lebih banyak diam dan tak berekspresi apa-apa, entah mungkin karena mentok karena sudah tahu aku mempunyai kekasih hati atau karena memang lelah seharian, mengingat tadi kegiatan Ayu memang banyak, dari bersih-bersih tempatku, mencuci pakaianku yang tanpa disuruh itu, jelas pasti mencuci pakaiannya sendiri juga Ayahnya kan pastinya?. Belum lagi berbelanja dan memasak, tentu tenaga semakin terkuras. Sedangkan aku memang sedari tadi biasa saja terhadap Ayu, diajak mengobrol ya menjawab, kalau tak ada pembicaraan ya memang diam. Aku teringat pesan Inez agar tidak terlalu dekat dan akrab dengan perempuan lain, selain dirinya. Menjaga agar jangan sampai menimbulkan harapan untuknya.

Tampak dari pandanganku seratus meter ke depan adalah gang dimana kontrakanku berada, kami berdua semakin dekat dan hendak sampai ke tempat pulangnya.

Ketika memasuki halaman kontrakanku, telah duduk di teras Ayahnya Ayu sambil menghisap dan menyemburkan asap rokok. Ayah Ayu ternyata sudah menunggu.

"Ayah belum tidur?" selepas turun dari motorku, ia langsung menghampiri Ayahnya.

"Belum, belum ngantuk dan mau nunggu kalian saja," kepulan asap rokok bertebaran di udara yang disambut dengan dinginnya malam.

"Bagaimana Arman? jauh tidak lokasinya?" tanya sang Ayah.

"Ehm, tidak terlalu sih Pak" jawabku.

"Sini, ayo duduk-duduk dulu, aku mau ngobrol, emh Ayu .. Ayu .." sambil mengajak aku mengobrol menemaninya, beliau memanggil Ayu yang sudah ke kamar, menaruh jaket dan mungkin tasnya.

"Iya Ayah," jawabnya dari dalam.

"Ayah tolong dibikinkan *Wedang Jahe anget*, bikin dua ya, sama mas Arman" perintah Ayah kepada Ayu.

"Arman sudah lama ya merantau di Surabaya?"

Aku menjawab sesuai kenyataan yang ada, mulai dari awalnya magang di Perusahaan Design and Printing Ternama di Surabaya ketika masih STM dulu, juga sampai aku di rekrut disini bersama beberapa teman seangkatan yang beda sekolah, sampai rela merantau dan bertahan lima tahun ini, aku juga menceritakan bagaimana perusahaanku bergerak dan memajukan bidangnya sebagai penyuplay Printer sampai ke penjuru Indonesia, serta disertai Tim Maintenace yang memadahi salah satunya adalah Bagian Ardy, yang siap mebenahi alat yang sudah mereka pasarkan ke semua costumer, mereka-mereka siap diterbangkan bila dibutuhkan.

"Menarik sekali pekerjaan Arman, belum ada rencana untuk bekerja di Yogyakarta?"

"Belum ada Pak, saya sungguh kerasan disini" Jawabku berbinar-binar, yang menjadi salah satu alasanku kerasan adalah tak lain karena aku menemukan cintaku disini, Inezku.

Ayah Ayu, oiya, belum aku beri tahu nama beliau ya? Pak Syamsudin nama beliau. Beliau gantian mengambil topik tentang Ayu, namun sebelumnya sebagai basa-basi Pak Syamsudin menanyakan kabar Ayahku sih. Ayah Riswanto Wijaya, karena juga pekerjaan luar-luar kotanya sehingga menyebabkan aku dan Ayah jarang ketemu meskipun bertetangga, tentu saja kabar baik dan selalu dalam lindungannya untuk Ayahku, meskipun jarang pulang, tapi aku selalu saling memberi kabar kepada Ayahku itu. Setelah aku yang menguasai topik pembicaraan mula-mula tadi, mengenai pekerjaanku dari awal sampai sekarang, kini Pak Syams menceritakan tentang profil putrinya Ayu, Ehm ... mungkin sedikit mengandung iklan__aish ...

Beliau mengaku sangat senang saat putrinya mendapat panggilan kerja di Surabaya, awalnya keberatan, namun keinginan Ayu yang tak mampu di cegat oleh kedua orang tua Ayu dan kakak laki-lakinya Ayu. Akhirnya mereka mengabulkan permintaan Ayu untuk bekerja di luar kota yang jauh dari kota asalnya itu. Lagipula Pak Syams dan keluarga merasa tenang karena ada aku juga di kota Surabaya ini, jadi tak perlu was-was dan bisa meminta bantuanku untuk setidaknya memberi kabar tentang Ayu yang bisa saja bertemu sepekan sekali dua kali, dan bisa saling mengabari lewat ponsel setiap saat, pikir Ayahnya Ayu itu. hummm ... di fikir aku ini satpam Ayu apa? kira-kira dong Pak kalau ngasih tugas ke orang lain, aku juga punya tugas dan kegiatan sendiri.

Namun tanpa memikirkan bagaimana beratnya aku merasa di titipi perempuan yang bukan adik atau kakakku bahkan bukan saudaraku, bagaimana mungkin beban seberat itu hendak dipikulkan kepadaku? apalagi gadis sendirian tinggal di Kos-kosan, jelas tidak akan mungkin aku tahu selalu keadaan dia, Humm .. Pak Syamsudin agak ngaco nih orang!. Jarak tempat kami saja tidak bisa dikatakan berdekatan, pastilah aku tidak mampu memantau 24 jam keadaan Ayu?, karena waktuku yang sudah semakin sedikit ini karena aku yang diburu waktu, akan semakin berkurang dan terbagi antara waktuku bersama Inez dan Ayu.

"Emm .... tapi Arman semampunya Pak ya mengabari tentang Ayu, sebab Arman kerja marketing, sering juga tugas luar kota, kadang satu pekan, kadang juga beberapa hari saja

Pak, tergantung kondisi pekerjaan Arman,"

"Ooh begitu, Iya ... nanti aku kan juga bisa telefon menghubungi Ayu sendiri, tapi juga sambil nitip-nitip Arman ya, kalau sempat Ayu di tengoki" Pinta Pak Syams itu sambil tertawa.

Tak lama datanglah dua cangkir wedang jahe yang di minta Ayahnya itu. Dia menyodorkan satu untuk Ayahnya dan satu untukku.

"Sini duduk juga Ayu disini sebentar"

"Ayu sudah banyak ngobrol dengan mas Arman Yah, jadi Ayu masuk dulu ya? karena besok Ayu mau bangun pagi-pagi Yah, keliling gang sambil lari olahraga seru kayaknya Yah, mumpung di Surabaya" senyuman Ayu menghiasi nyata di wajahnya, hah? berolah raga pagi?.. Pfiiuuuhhh!! aku tak pernah olah raga pagi di kompleks sini, palingan cuma pemanasan atau lari-lari kecil di halaman depan saja.

Pak Syams yang mendengar alasan Ayu, langsung mengiyakan dan Ayu bergegas berlalu menuju kamarku, memang kamarku aku relakan untuk Ayu tidur, sedangkan Ayah rencana di sofa, lalu aku memakai kasur gulung lantai.

"Hahaa ... beginilah Ayu, selalu sempurna membagi waktu, dia anak gadis yang menyenangkan kami sebagai orang tuanya, tak pernah mengecewakan kami"

Aku yang diajak berbicara hanya mengangguk-angguk saja. Menurut pengakuan Ayahnya, Ayu adalah gadis yang lugu dan penurut tak pernah membantah orang tua, sekolah kejuruannya yang mengambil Tata Boga menyebabkan dia makin sempurna sebagai seorang gadis yang kelak menjadi wanita yang sempurna dengan life skill yang di embannya. Bliau ceritakan bahwa Ayu sangat pendiam sejak sekolah maupun di rumah, sehingga dia bersekolah menuntut ilmu dengan sungguh-sungguh tak mengenal berpacaran sampai sekarang. Menurut pengakuan Pak Syams memang Ayu tak diizinkan berpacaran dulu sampai usianya pas ketika sudah bekerja dan sudah dewasa seperti saat ini sudah berumur dua puluh tahun.