I know your heart is heavy from those nights
But just remember that you are a fighter, a fighter
- You're Gonna Be OK by Brian & Jenn Johnson -
=========
Reiko yang tahu diri pun menyimpan sapu tangan milik Nathan Ryuu ke dalam tas kecilnya. "Terima kasih." Meski kesal jika memikirkan lelaki itu tidak sudi menerima sapu tangannya kembali, tapi setidaknya dia masih harus mengucapkan terima kasih, ya kan?
"Tidak masalah." Nathan Ryuu menjawab. "Biarkan aku mengantarmu pulang."
Mendengar ucapan itu, sopir di kabin depan langsung saja mulai memutar kenop starter, menyebabkan mobil mahal itu berderum lembut saat mesinnya dinyalakan.
"Um, tidak usah! Aku bisa pulang sendiri!" Reiko sudah pasti tidak akan mau huniannya sampai diketahui oleh lelaki asing ini. Bagaimana pun, Nathan Ryuu tetaplah sosok asing baginya. Dia tidak mau mengambil resiko apapun.
Seorang gadis yang hidup sendiri di kota besar seperti Tokyo, sangat rentan kejahatan dari sekitarnya. Reiko sudah banyak mengetahui kisah-kisah menyeramkan mengenai wanita yang menjadi korban kejahatan karena tidak waspada.
Sebagai orang yang kerap menceritakan kisah pembunuhan di kanal yutub-nya, akan sangat ironis jika dia tidak memetik pelajaran dari cerita yang dia bacakan dan malah menjadi korban. Amit-amit! Reiko berteriak dalam hatinya.
Walaupun Nathan Ryuu terlihat lelaki kaya dan parlente, memangnya itu bisa menjamin lelaki itu seperti malaikat? Kejahatan tidak mengenal kaya dan miskin, semua orang bisa melakukannya asalkan ada niat ... dan kesempatan.
"Kupanggilkan taksi?" tawar Nathan Ryuu.
Reiko buru-buru menggeleng. "Tidak usah, Tuan!" Dia berpikir, jika dia naik taksi, itu sama saja dia akan membuang-buang uang saja! Dan bagaimana kalau taksinya nanti diikuti mobil Nathan Ryuu. Tidak mau!
"Apa kau hendak berjalan kaki? Di siang terik begini?" tanya Nathan Ryuu sambil kerutkan keningnya.
"Um, aku ... aku hendak ke toko buku!" Secara acak, Reiko menyemburkan alasan itu.
"Baiklah, aku akan antarkan ke toko buku. Yang mana?" Nathan Ryuu tampak tegas kali ini, tidak ingin dibantah.
Reiko terpaksa menyebutkan sebuah toko buku cukup besar di dekat sini. Nathan Ryuu memerintahkan sopir ke toko buku itu.
Ketika mereka sudah tiba di depan toko buku, Reiko lekas keluar dari mobil. Tidak lupa dia membungkuk hormat sebagai tanda terima kasih pada Nathan Ryuu. "Terima kasih atas semuanya, Tuan."
"Ya, sama-sama," sahut Nathan Ryuu sebelum dia berkata ke sopirnya, "Lekas jalan." Dan kaca jendela pun dinaikkan seraya mobil kembali melaju di jalanan meninggalkan Reiko di tepi jalan itu.
Reiko terpaksa harus masuk ke toko buku meski hanya di bagian depan saja hanya agar meyakinkan Nathan Ryuu bahwa dia memang masuk ke toko buku.
Setelah dia melihat mobil Nathan Ryuu telah menghilang di kelokan, dia pun keluar dari toko buku dan bergegas jalan pulang ke apartemennya.
Sesampainya di apartemen, dia melahap semua yang ada di bungkusan tadi. Ketika menyelesaikan semua bagai sedang membalas dendam, Reiko tertawa miris, "Sepertinya aku memang kudanil."
-0-0-0-0-0-
Esok harinya mendekati jam 7, Reiko sudah berjalan ke arah konbini tempat dia bekerja kali ini. Sampai di tempat kerja, sudah ada beberapa karyawan sedang bersiap-siap menata ini dan itu.
Reiko melakukan ojigi pada mereka karena sikap kesopanan sebagai seorang junior di tempat kerja baru. "Selamat pagi." Dia menyapa sambil bungkukkan tubuh.
"Selamat pagi. Kau karyawan baru?" tanya seorang wanita ke Reiko.
"Ya, benar. Tuan Yamada sudah menerimaku kemarin." Reiko memasang wajah ramahnya.
Wanita di depannya mengangguk dan menggunakan dagunya untuk menunjuk. "Pergilah ke loker dan ambil celemek kerjamu. Ikat rapi juga rambutmu. Jangan sampai ada sehelai rambutmu di barang jualan."
"Baik." Reiko membungkuk lagi sebelum dia melangkah ke arah loker dan membuka lemari bertuliskan 'celemek' di sana. Tangannya menarik sebuah celemek warna biru tua panjang selutut dengan tulisan nama konbini tersebut.
Setelah dia merapikan rambutnya yang dia ikat cepol dan dimasukkan ke harnet yang telah disediakan konbini, kini dia siap bekerja. Penampilannya segar dan cantik.
"Tugasmu menata rak dan membetulkan barang-barang agar selalu rapi. Kau juga harus mengelap barang-barang agar tidak tertempeli debu jika sedang sepi pengunjung." Wanita tadi memberikan instruksi. Sepertinya dia merupakan ketua karyawan.
"Baik." Reiko segera melaksanakan perintah yang diberikan untuknya. Kalau memang itu saja pekerjaan dia, maka alangkah mudahnya meski harus dilakukan 12 jam.
-0-0-0-0-0-
Sudah hampir seminggu Reiko bekerja di konbini itu. Tempatnya tidak begitu ramai tapi dalam sehari pasti ada pengunjung datang meski hanya sedikit.
Pekerja perempuannya ada 4 orang dan yang lelaki ada 5 orang. Seperti yang sudah dikatakan Tuan Yamada, pekerja perempuan hanya ada di jam pagi sampai petang dan kemudian digantikan oleh pekerja lelaki.
Reiko bertanya-tanya, kapan gaji di muka dia bisa diterima? Ini memang belum seminggu tapi Reiko sudah menanti-nantikan. Ingin bertanya kepada Tuan Yamada, tapi tentunya itu tidak pantas, ya kan?
Ia pun memperluas kesabarannya dan percaya bahwa bosnya tidak mungkin ingkar janji. Apalagi pekerjaan dia baik dan rajin, tak ada alasan untuk mengeluhkan pekerjaan Reiko.
Petang itu, ketika Reiko hendak pulang, dia akan mengembalikan celemek kerjanya ke loker, namun, secara samar-samar, dia mendengar suara aneh dari ruangan Tuan Yamada yang bersebelahan dengan ruang loker.
Walaupun sangat tidak sopan jika menguping, tapi rasa penasaran Reiko sudah melonjak di ubun-ubun. Apalagi itu suara perempuan.
Reiko mendekat dan menempelkan telinganya ke daun pintu ruangan Tuan Yamada. Matanya seketika membelalak kaget ketika dia mendengar, "Arghh! Tuan! Pelan! Sakit! Annghh!" Itu adalah suara rekan kerjanya! Dia yakin itu!
Dan kemudian, suara Tuan Yamada menimpali dengan diiringi kekehan yang seketika terdengar menjijikkan bagi Reiko. "He he he ... sayank, jangan bilang kau tidak pernah kugoyang dengan cara begini, hm? Kau pasti menyukainya, ya kan? Mengaku saja ...."
"Annghh ... sakit! Tuaannhh ... nnghh ... jangan terlalu dalam-ougghh!" Suara rekan kerja Reiko seperti antara tersiksa tapi juga seperti menikmati.
Mendadak, Reiko merasakan merinding seluruh badan ketika dia mendengar percakapan intim di dalam. Ia bergegas menjauh dari sana dan buru-buru meletakkan celemek ke lemari dan keluar dari konbini.
Di apartemennya, dia masih terngiang akan suara intim rekan kerjanya dengan Tuan Yamada. "Apakah antara mereka ... ada hubungan rahasia? Bukankah Tuan Yamada memiliki anak dan istri?" Reiko bertanya-tanya saat dia rebahkan tubuh di kasur.
Seketika, dia bergidik. Sungguh laknat jika memang benar rekan kerjanya berselingkuh dengan Tuan Yamada. Sungguh menjijikkan apabila ada hubungan seperti itu di antara mereka.
Reiko menganggap ini adalah sesuatu yang mungkin tidak seharusnya dia ketahui. Mungkin lebih baik kalau dia simpan saja penemuan ini dan membiarkan kedua orang itu menjalani apapun semau mereka, dia tidak ingin terlibat. Dia hanya butuh mendapatkan gaji dan pergi ketika uang sudah banyak terkumpul.
-0-0-0-0-0-
Esok harinya, Reiko genap seminggu bekerja di konbini itu. Dia bekerja dengan keras dari pagi hingga petang.
Dan ketika tiba waktunya pulang kerja, Tuan Yamada berkata pada dirinya saat dia hendak pergi ke ruang loker. "Reiko, nanti datanglah ke ruanganku. Gajimu akan kuberikan."
Ohh, akhirnya! Reiko bersorak dalam hati. "Baik, Pak. Terima kasih."
Saat Reiko masuk ke ruangan Tuan Yamada, lelaki itu sudah menaruh amplop cukup tebal di meja. "Ambillah."
Reiko suka cita tak sabar ingin meraih amplop itu.
Namun, betapa kagetnya ketika pinggangnya tiba-tiba diraih Tuan Yamada dan dipeluk.