Chereads / Inevitable Fate [Indonesia] / Chapter 6 - Berjuang Untuk Harga Diri

Chapter 6 - Berjuang Untuk Harga Diri

This is my fight song

Take back my life song

Prove I'm alright song

My power's turned on

- Fight Song by Rachel Platten -

=========

Saat Reiko masuk ke ruangan Tuan Yamada untuk mengambil gaji di muka yang dijanjikan bosnya, lelaki itu sudah menaruh amplop cukup tebal di meja. "Ambillah."

Reiko suka cita tak sabar ingin meraih amplop itu.

Namun, betapa kagetnya ketika pinggangnya tiba-tiba diraih Tuan Yamada dan dipeluk. "Tu-Tuan!" pekik Reiko kaget.

"Kenapa, Reiko? Kau ingin uang itu, kan? Maka kau harus patuh padaku." Tangan Tuan Yamada dengan cepat meraih dadanya dan meremas payudara dia.

"Arghh! Jangan!" Reiko ingin menjerit tapi mulutnya sudah dibekap tangan berlemak Tuan Yamada.

Dengan gerakan cekatan, Tuan Yamada membanting punggung Reiko ke mejanya, membuat gadis itu kesusahan bergerak untuk melindungi dirinya.

Brett!

Dengan gerakan lain, kemejanya sudah direnggut Tuan Yamada, menampilkan payudaranya menyembul berhiaskan bra hitam.

Mata Tuan Yamada berkilat senang melihat dada berhias bra hitam Reiko. "Wah, ternyata kau cukup jalang juga memakai dalaman hitam, ha ha ha!" Tangannya segera meraih turun mangkuk bra itu sehingga payudara utuh Reiko terekspos. "Sungguh payudara yang indah!"

Reiko merasa sangat jijik ketika melihat Tuan Yamada menjilat bibirnya sendiri saat menatap payudaranya yang sedang ditelanjangi. Ia berontak. Jalang karena dia memakai dalaman warna hitam? Konsep ngawur dari mana itu!

Tangan besar dan agak gemuk Tuan Yamada kini berhasil meremas payudara Reiko hingga gadis itu menjerit tertahan.

"Jangan! Hentikan! Tuan, hentikan!" Reiko terus berjuang untuk dirinya bisa terbebas dari bos yang ternyata adalah seorang monster.

"Hentikan? Tapi aku sudah menunggumu cukup lama. Aku sudah terlalu lama menahan diri, kau harus tahu itu, sayank ... he he he ..." Tuan Yamada hendak merunduk memerangkap payudara Reiko dengan mulutnya, tapi tangan Reiko sekuat tenaga menahannya.

"Tidak mau! Aku tidak mau!" jerit Reiko.

Plakk!

Tuan Yamada menampar keras pipinya, membuat Reiko kaget dan matanya seketika basah. "Jadilah anak patuh seperti yang lainnya!" bentaknya. "Kau pikir akan ada yang menolongmu di sini, huh? Mereka akan menulikan telinga!"

Reiko terkesiap mendengarnya. Apakah hal demikian yang terjadi pada rekan-rekan kerja dia di sini? Apakah suara aneh kemarin itu adalah salah satu bentuk pemaksaan yang dilakukan Tuan Yamada kepada karyawan wanitanya?

Seketika Reiko menyesal telah menuduh bukan-bukan pada rekan kerjanya. Ternyata mereka mendapatkan pelecehan begini di tempat ini. Mereka diperkosa oleh Tuan Yamada.

Betapa terkutuknya lelaki seperti Tuan Yamada. Dia memanfaatkan gadis-gadis muda yang membutuhkan penghasilan untuk kehidupannya dan akhirnya berujung dengan menjadi budak napsu sang pemilik konbini ini.

Lelaki berusia 62 tahun ini sungguh terkutuk! Reiko secara keras mengutuknya dalam hati.

Tapi Reiko tentu saja tidak akan menyerahkan dirinya begitu saja pada lelaki bajingan seperti Yamada Shoichiro ini, kan?

Oleh karena itu, Reiko berjuang mati-matian untuk mempertahankan kesuciannya. Dia sampai matipun takkan rela jika harus menyerahkan diri pada lelaki seperti Yamada Shoichiro!

Maka, tangan dan juga kakinya terus bergerak beringas menghindari Tuan Yamada. Meski beberapa pukulan diterima di wajah dan kepalanya, Reiko terus berjuang. Lebih baik dia mati daripada menjadi budak seks lelaki seperti ini!

Jeritan Reiko pastinya cukup keras terdengar, tapi ternyata Tuan Yamada sudah mempersiapkan itu. Ruangan dia sudah dibuat menjadi ruang kedap suara, sehingga orang di luar akan sangat kesusahan mendengar teriakan di dalam ruangan.

Reiko tak perduli meski itu adalah ruangan kedap suara. Dia harus tetap berjuang menyelamatkan dirinya. Dia hanya perlu berhasil bebas dan keluar saja.

Gerakan beringas Reiko cukup membuat Tuan Yamada kewalahan. Dia tidak mengira gadis itu memiliki tenaga cukup besar begitu. Meski sudah dipukul dan ditampar, Reiko tidak menyerah.

"Kau ini butuh uang, kan! Kau ingin uang gajimu, kan?! Maka dari itu kau harus melakukan ini sebagai gantinya! Kau pikir semua hal bisa mudah didapatkan, heh!" Tuan Yamada ikut berseru menimpali teriakan Reiko.

Reiko sudah tidak lagi menginginkan uang itu, dia hanya ingin lekas keluar dari ruangan laknat ini. Dia tidak butuh uang itu jika harus diperlakukan begini. Dia memilih jadi gembel tanpa tempat tinggal daripada harus dijadikan budak napsu seorang lelaki!

Reiko seketika membenci pria ini. Membencinya dengan segenap perasaan yang dia miliki.

Dia pikir dia siapa? Dia bukan pacar Reiko, bukan pula suami Reiko tapi berani-beraninya ingin mendapatkan Reiko seluruhnya? Apa pria ini sedang berhalusinasi?!

Tangan Tuan Yamada sudah mulai disusupkan paksa ke dalam celana jins Reiko dan segera bergerak liar di dalam sana, tapi Reiko tidak ingin lengah dan terus melakukan perlawanan.

Reiko semakin bergerak membabi buta, hingga akhirnya dia bisa meraih sebuah botol minum yang bisa dia pukulkan ke kepala Tuan Yamada.

Setelah mendapatkan pukulan dari botol air mineral yang isinya masih lumayan banyak, membuat Tuan Yamada limbung dan terhuyung. Ini dimanfaatkan Reiko untuk lekas berlari. Bahkan dia tidak melirik menginginkan amplop uang di lantai.

Dia harus lari. Dia harus keluar. Dia harus bebas!

Maka, setelah Reiko berhasil membuka pintu ruangan terkutuk itu, dia menghambur keluar tanpa memerdulikan tatapan orang-orang yang terkejut di konbini. Dua tangannya menangkupkan kemejanya yang tak bisa dikancingkan lagi.

Reiko lari keluar seperti orang tak waras. Dan setelah dia sampai di tepi jalan, serta yakin Tuan Yamada tidak mengejarnya, ia merasakan beban begitu berat sudah lepas dari dirinya.

Saat Reiko sedang termangu di trotoar, tatapannya bertemu dengan tatapan seorang lelaki yang dia kenali. Nathan Ryuu. Lelaki itu sedang berdiri di depan sebuah toko perhiasan.

"Nona Arata?" Suara dalam dan berat yang menenangkan itu mengalun nyaman di telinganya sebelum Reiko kemudian merasa sekitarnya gelap.

Lagi-lagi dia pingsan.

Tubuhnya luruh ke trotoar sebelum dia ditangkap oleh Nathan Ryuu yang berlari cepat ke Reiko. Lelaki itu terkejut melihat wajah babak belur Reiko dan juga kondisi kemejanya yang sudah tidak utuh.

Nathan Ryuu segera membopong masuk Reiko ke mobilnya. "Ke vila," perintahnya kepada sopir.

"Baik, Tuan." Sopir dengan patuh melajukan mobil ke arah vila milik Nathan Ryuu di sebuah kawasan elit.

Di perjalanan, Nathan Ryuu melakukan beberapa panggilan sebelum akhirnya dia melepaskan jasnya dan digunakan untuk menutupi tubuh Reiko yang terekspos di bagian dada. "Hm, kenapa aku selalu menemukanmu dalam keadaan menyedihkan?" gumamnya sambil menatap wajah terluka Reiko.

Saat menatap wajah menyedihkan Reiko, ada perasaan sakit hati pada Nathan Ryuu. Apakah dia hanya sekedar kasihan? Hanya iba saja? Tidak mungkin lebih dari itu, ya kan?

Dia adalah duda yang telah merasakan sakitnya patah hati dan bersumpah tidak ingin terlalu terlibat dengan apapun yang berhubungan dengan asmara dan hati.

Dia pernah mencintai wanita begitu penuhnya hingga harus menelan kekecewaan ketika wanita tersebut lebih memilih lelaki lain meski dia sudah memberikan segalanya.