Chereads / 60 Days I Love You / Chapter 20 - 20

Chapter 20 - 20

Pagi ini tidak secerah biasa. Matahari bersembunyi dibalik pekatnya awan hitam. Udara khas pengunungan yang memang dingin ditambah dengan hujan serta angin kencang membuat makhluk hidup yang tinggal di Desa ini pun ikut enggan menampakkan wujud. Memilih meringkuk diatas kasur, bersembunyi dibalik selimut demi mencari kehangatan.

Pagi hari seharusnya sudah terdengar suara kokok ayam disertai kicauan burung, hari ini hanya terdengar deru angin kencang disertai air hujan yang jatuh ke bumi.

Disalah satu rumah besar nan mewah khas pedesaan ada seorang wanita berumur yang sama sekali tidak terganggu dengan keadaan diluar rumah. Wanita tua yang hampir berusia lima puluh tahun itu sedang sibuk di dapurnya.

Memilah-milah makanan basi sisa semalam agar bisa dijadikan pakan ternak. Meskipun mereka terkenal dengan keluarga kaya raya tapi, untuk urusan pakan para ternaknya keluarga Uli tidak mau membeli. Lebih baik buat sendiri. Meminimalisir uang keluar. Lagi pula hasil ternak yang bagus tergantung dari apa yang dikonsumsi hewan tersebut. Itulah yang membuat hewan ternak mereka bisa dijual dengan harga mahal.

"Sayang," panggil Bapak Uli dengan nada yang terdengar begitu manja. Pria tua itu datang dari arah kamar dengan sarung belalai gajah berdiri untuk mencari sang istri. Wajahnya frustasi kelihatan seperti ditinggal saat sayang-sayangnya.

"Ya, aku ada di dapur," jawab Mamak Uli sedikit berteriak agar suaranya dapat didengar oleh sang suami.

"Sayang ... jangan tinggalkan aku dengan keadaan on seperti ini. Si Ucok sudah sangat frustasi menginginkan guanya," ucap pria tua berusia 52 tahun itu dengan suara paru. Matanya memelas bagai anak kecil yang menginginkan lollipop. Kalau Bapak ingin yang lebih manis dari itu.

Mamak Uli bergeming, enggan menuruti perintah suaminya. Ini bukan lagi hal pertama, sebelumnya mereka sudah melakukan tendangan pinalti sebanyak tiga kali. Pasangan yang sudah terlihat berumur ini masih sangat bergairah di ranjang. Moto Bapak dan Mamak 'Seiring bertambahnya umur nafsu juga harus bertambah' hanya dengan bercinta bisa mempererat hubungan suami istri. Buktinya Bapak dan Mamak Uli masih awet sampai sekarang. Bertengkar? tidak akan, pria tua itu sangat takut pada istrinya apalagi jika mengenai keselamatan si Ucok.

Malas mengurus permintaan suami, Mamak memilih sibuk dengan urusan dapurnya. Meninggalkan suami ditengah keadaan on yang entah on untuk ke berapa kali lagi. Masih banyak pekerjaan dapur yang menumpuk. Kalau mengikuti keinginan, Bapak apalagi dengan cuaca seperti sekarang ini bisa saja mereka tidak akan keluar kamar sampai matahari muncul ke permukaan. Mengalahkan pengantin baru.

Ngomong-ngomong soal pengantin baru ada dimana mereka? Apa masih berada di Lapo tuak? Ternyata mereka ....

Dentingan berbagai alat dapur yang bertabrakan menimbulkan bunyi berisik di seluruh sudut rumah tapi tidak mampu mengusik pasangan pengantin baru yang masih terlelap dalam tidurnya.

Suara berisik itu terjadi karena Bapak yang sedang merengek minta di service lagi membuat Mamak mengeluarkan jurus andalannya. Mengomel sepanjang hari, membanting benda apapun yang ada dihadapannya.

Pasangan pengantin baru itu sedang berbagi kehangatan dibalik selimut. Saling mendekap dalam tidur meski harus dipastikan bahwa mereka tidak saling sadar dengan keadaannya saat ini.

Semalam hampir pukul empat pagi para pengunjung Lapo tuak itu bubar. Arya menghabiskan uang hampir satu juta hanya untuk minum dan membagi beberapa lembar pada para Bapak-bapak yang turut hadir. Pasalnya entah dapat ilham dari mana membuat Lamhot memanggil seluruh penghuni Desa untuk ikut berpesta dengan alaaan merayakan status Monang yang sudah menikah.

Uli menjadi pemain gitar sesekali bergantian dengan si pria baju merah malam itu dengan para Bapak-bapak bersuara emas menjadi penyanyinya. Hingga saat Uli dan pria yang disangka Monang dipaksa untuk minum.

Awalnya perut Arya bergejolak, menolak minuman yang sama sekali tidak pernah dirasa atau dilihatnya tapi, ia mencoba memaksa minum hingga akhirnya hampir lima gelas dan itu membuatnya sedikit kehilangan kesadaran.

Sampai dirumah, Arya mengeluarkan seluruh isi perutnya. Kepala juga ikut berputar-putar. Matanya memerah menahan gejolak yang sedang terjadi dalam dirinya. Hingga akhirnya tubuh kekar itu jatuh diatas kasur dengan tampilan begitu mengenaskan.

Uli dengan telaten membersihkan tubuh suaminya meski sesekali harus membersihkan air liurnya sendiri karena terpesona akan bentuk tubuh suaminya yang begitu menggoda iman.

"Aneh sekali ... masak orang kota cuman minum tuak lima gelas bisa mabuk seperti ini. Otakku juga mengapa tiba-tiba berubah jadi mesum begini? Ahh ... harusnya tidak ku buka bajunya tadi agar aky tidak berfikir yang bukan-bukan." Begitulah pemikiran Uli malam tadi.

Udara dingin ditambah hembusan angin segar dari jendela kamar mereka yang terbuka membuat, Uli semakin memeluk erat tubuh Arya. Hangat dari kulit tubuh suami yang tidak mengenakan baju membuatnya semakin ingin tidur lebih lama.

Tanpa sadar kaki Uli menyentuh saudara kandung Arya. Benda itu mengeras tanpa izin empunya dengan senang hati merespon pergerakan kaki Uli yang seperti membelai.

Arya yang tengah tidur pulas dengan posisi memeluk Uli tiba-tiba merasakan seperti tersengat listrik saat Tamia mulai mengeras. Posisi mereka saling memeluk dengan kaki saling tumpang tindih membuat kaki Uli sulit untuk bergerak hingga bergesekan pada pangkal paha suaminya.

Hawa dingin diluar tak mampu lagi dirasakan oleh Arya tubuhnya memanas. Dibawah sana pergerakan kaki Uli menganggu Tamia yang tadinya sedang tidur dengan tenang dan di bagian dadanya, Arya bisa merasakan sesuatu yang kenyal namun, sedikit padat saat dada Uli bersentuhan dengan kulit dadanya sendiri.

Dalam tidur Arya tersenyum merasakan hal tersebut. Pengaruh minuman itu membuatnya sedikit berhalusinasi. Dengan mata terpejam tangannya mencoba meraba gunung kembar nan kenyal milik sang istri. Arya merasakan mimpinya ini seperti sebuah kenyataan yang sedang terjadi.

Lagi-lagi senyum itu terukir jelas di wajah Arya yang masih tertidur kala tangannya masuk menyusup ke dalam pakaian yang Uli kenakan. Diawali dengan meraba, meremas dan memainkan puting istrinya. Dala keadaan tidur saja Arya terlihat sangat lihai menjamah tubuh istrinya.

Uli juga merasakan sesuatu yang aneh dalam dirinya. Namun, bukan membuka mata dan memeriksa kejadian yang sedang terjadi wanita bertubuh kecil itu malah mengikuti permainan suaminya. Keduanya seperti orang bodoh yang tenggelam dalam mimpi padahal kejadiannya nyata.

Saat pergerakan di pangkal paha Arya berhenti tangannya malah mengambil pergelangan legan Uli untuk menyentuh Tamia lagi. Dengan senang hati wanita itu kerjakan. Arya menuntun lengan Uli untuk masuk kedalam agar bisa merasakan hangatnya sentuhan itu.

Pasangan suami istri yang seperti sedang bermimpi itu terus melakukan hal lain hingga tubuh mereka sama polosnya. Otak keduanya sudah diselimuti nafsu sehingga lupa mana mimpi mana kenyataan.

Tiba-tiba, Luhut datang membuka paksa pintu kamar, Uli menimbulkan bunyi yang begitu kuat. Membuat pasangan suami istri itu tersadar. Membeku dengan posisinya masing-masing. Arya yang berada diatas Uli diam bagai patung pancoran sedangkan, Luhut juga berdiri mematung di depan pintu yang baru saja ia dobrak paksa memandang jijik kearah pasangan suami istri itu.