Hiii...
Happy Reading!
****
Kurang dari satu menit, orang yang menarik tangan Bunga segera mendorong tubuhnya menjauh, setelah mengatakan maaf ia beranjak dengan buku tebal di tangannya.
"Waa.. Ganteng nya," gumam Bunga termenung menatap punggung lebar pria yang barusan ia tabrak.
"Akh! Pesanan Rindu!" pekik Bunga berlari kearah yang berlawanan dari pria tadi, mendengar nama yang sangat ia kenal, pria itu menoleh. "Apa salah denger? Barusan dia nyebut nama Rindu kan?" gumamnya sedikit speechless.
Ah sudahlah, lebih baik ia kembali jalan untuk pergi ke dekat lapangan bulutangkis. dia sudah berjanji akan melakukan pertemuan dengan Rindu.
***
Begitu sampai kantin dengan nafas ngos-ngosan, Bunga tak sanggup. Jarak antara kantin dan lapangan bulutangkis itu sangtatlah jauh, ibaratnya itu dari Sabang sampai Merauke.
Sejenak ia duduk di salah satu kursi kantin, mengistirahatkan kaki nya terlebih dahulu. Jika ia memaksakan diri dan langsung memesan minuman dingin untuk Rindu, bisa dijamin 100% dia akan mati!
Bunga berdecak kesal saat diganggu oleh anak kelas 10, kenapa dirinya tidak bisa di biarkan tenang sendiri sih? "Bisa diem gak?" tanya Bunga sarkas.
Mereka tersentak, "M-maksudnya?" tanya mereka. Bunga memutar bola matanya malas dan berkata, "Gue lagi istirahat malah lu ganggu! Mending ganggu cewe lain sana! Dasar saudara monyet!"
Pandangan suka yang sebelumnya mereka perlihatkan menghilang, mereka menggerutu kesal dan pergi menjauh. "Akhirnya tenang," helaan napas lega terdengar dari Bunga.
Puas beristirahat, Bunga berdiri dan membeli air mineral dingin untuk Rindu. Setelah membayar, ia segera berjalan cepat menuju lapangan bulutangkis.
Perjalanan terasa sangat lama, begitu sampai di tempat dirinya bertabrakan tadi, dirinya dipaksa mengingat kejadian itu. Pipi nya memerah karena tersipu dengan kegantengan pria itu.
"Oh tuhan, kenapa kadar ketampanan nya begitu besar? Hatiku tersentil" gumam Bunga frustasi.
Ia menarik kuncir dua rambutnya kencang guna menyadarkan bahwa jangan berharap secara berlebihan pada pria yang baru ia temui tadi.
Bunga menatap langit biru, menghayal apa bisa mendapatkan hati pria itu, "Mungkin saja dia punya gebetan, atau teman, atau bahkan.. Pacar" cicitnya.
"Akh! Bunga! Fokus mengantarkan pesanan Rindu!" pekik Bunga mulai berlari.
Melihat Rindu tengah berjalan di depannya, kening Bunga berkerut. Bukan kah Rindu ada di lapangan bulutangkis sebelumnya? Ah, terserahlah. Yang penting ia memanggil sahabat barunya itu terlebih dahulu.
"Rindu!"
Bunga melihat dengan jelas bahu Rindu menegang, beberapa detik ia terdiam sebelum berbalik menatap Bunga dengan senyum tercetak. "Lama banget lu beliin gue minum," sindir Rindu membuat Bunga nyengir.
"Jauh Rin, istirahat dulu gue.." terangnya terkekeh pelan. Rindu berdecak, "Kalau tidak bisa seharusnya jangan, mending kita ke kantin bareng tadi" gerutu Rindu menggeleng pelan.
"Ya maaf, lu kan tadi capek.. Mana bisa gue gak nolong sahabat sendiri," ucap Bunga menunduk.
'Pletak'
"Gue mending kecapekan dan dehidrasi, daripada bikin sahabat gue kecapekan kek gini" balas Rindu setelah menjitak Bunga.
"Sakit Rindu!" keluh Bunga mengelus keningnya yang panas setelah di jitak oleh Rindu.
"Hohoho, bagaimana rasanya? Gue suka di gitu in pacar gue masa!" ujar Rindu diakhiri curhatan nya.
Mendengar kata pacar dari mulut Rindu, Bunga kembali dipaksa mengingat wajah tampan dari pria yang ia tabrak tadi.
"Rindu.." panggil Bunga membuat Rindu yang meneguk air mineral dari Bunga menoleh, ia berdehem guna bertanya pada Bunga.
"Gue.. Keknya jatuh cinta," ungkap Bunga membuat air yang dimulut Rindu menyembur keluar.
"Whaaat?!" pekik Rindu tak percaya.
'Uhuk'
'Uhuk'
Dia tersedak setelah berteriak sekeras itu, suara Rindu mungkin bisa terdengar sampai lima kelas di sampingnya. "Kan, kan! Siapa suruh berteriak sekeras itu!" omel Bunga berkacak pinggang.
"Uhuk! Gue kaget astaga Bungaa, lu kan baru masuk. Bagaimana ceritanya langsung jatuh cinta, sama siapa?" tanya Rindu mendesak.
"Sama cowok.." ujar Bunga malu-malu. Rindu melongo, "Ya sama cowok lah! Maksud gue namanya jir!" ucap Rindu gemas sendiri.
"Gatau namanya, Rindu" rengek Bunga menggoyangkan lengan kiri Rindu.
"Ciri-ciri, coba lu sebutin ciri-ciri cowok yang lu suka!" pinta Rindu. Bunga tampak melamun sebentar, memikirkan bagaimana rupa dari pria yang berhasil membuatnya jatuh cinta.
"Rambutnya bergelombang alami, wajahnya tegas, matanya terlihat selalu malas itu berwarna hazel, dia bawa buku tebel sama pake hoodie cream" terang Bunga.
Bentar, kenapa Rindu sangat familiar dengan semua ciri ciri yang Bunga sebutkan?! Jangan bilang.. Itu Samu pacarnya!
"Unaaa.. Jangan bilang cowo yang lu maksud samu gue?!" pekik Rindu kencang membuat Bunga tersentak.
"Gamungkin lah!" tegas Bunga, Rindu menggelengkan. Ia yakin 100% kalau pria yang di deskripsi kan Bunga adalah Samudera, pacarnya.
"Bentar," ucap Rindu dan mengotak-atik hp nya.
'Tring'
[ Iya, tadi gue nabrak cewe pas mau ketemu lu, ga sengaja sih. Tapi kok lu tahu?]
'Doeng'
Bunga terdiam, jadi ia menyukai orang yang jelas-jelas pacar Rindu begitu?! Akhh tidaaak! "Beneran?! Maaf Rindu!" pekik Bunga menyatukan dua telapak tangannya.
"Woles, gue gak marah kok.. Wajar Samu disukai banyak cewe karena wajahnya tampan, karena risih, dia tidak pernah keluar Perpustakaan" terang Rindu tanpa merasa marah sedikitpun. Rindu sendiri tak faham kenapa dia tidak marah, mungkin karena Bunga adalah sahabatnya.
"Hiks.. Hiks.. Maaf Rindu" rengek Bunga, meski Rindu tidak marah. Ia tetap merasa bersalah, menurutnya diri nya sangat buruk sebagai sahabat Rindu.
"Bunga!" bentak Rindu kencang, bentakan dari Rindu mampu membuat tangis Bunga mereda.
"M-maaf," gumamnya terus menerus.
"Udah, daripada kek gini terus. Mending kita ketemu Samu, ungkapin perasaan lo supaya lebih tenang" bujuk Rindu, mendengar itu Bunga menggeleng kuat.
Bagaimana bisa Rindu bersikap seperti sekarang padanya? Rindu terlalu baik padanya! "Gue engga sanggup Rin!" pekik Bunga.
Muak mendengar penolakan dari Bunga, Rindu menyeret tangan Bunga menuju Perpustakaan yang ada di lantai dua. "Kalo gak lu ungkapin, rasa sakitnya double!" kekeuh Rindu.
***
Samudera tengah membaca buku ciptaan penulis terkenal, wajah nya sangat serius karena mengalami isi dari buku di tangannya. Namun, ketenangannya dihancurkan oleh suara ribut dari arah pintu Perpustakaan. Samudera menghela napas, pasti itu Rindu-nya.
"Samuuuu! Lo dimana?!" pekik Rindu semakin keras.
'Dugh'
Samudera malas bicara, ia hanya memukul meja di depannya pelan. Rindu-nya pasti mendengar suara itu, ia sangat yakin lebih dari 1000%!
"Samuu~"
Benar bukan? Rindu datang setelah mendengar suara seperti itu, tunggu.. Siapa yang bersama Rindu? Sepertinya ia pernah melihat gadis itu, pikir Samudera mengerutkan kening.
"Samu, ada yang mau nyatain perasaan sama lu!" ujar Rindu nyengir, Alis Samudera terangkat. Apa pacarnya sakit? Bukankah biasanya pacar ganas nya itu akan marah saat melihat gadis menyukainya?
"Ayo cepet!" desak Rindu mendorong bahu Bunga kedepan.
"G-g-g-gue.." Bunga tampak gugup bukan main, ia menunduk menatap sepatu putihnya gelisah.
"Udah ngomong aja," suruh Rindu. "Rinduu, susaah!" pekik Bunga.
"Yaudah bilang!" bentak Rindu, Bunga kaget dan secara reflek berkata. "Gue suka sama lo!" pekik Bunga.
Sadar apa yang telah ia katakan didepan Rindu dan pacarnya, Bunga menutup mulutnya panik.
"Rin, apa maksudnya ini?" tanya Samudera dingin.
***
Yoyoyoo..
Fifii apdett, apa kabar semua? baik kan? menurut kalian apa tanggapan Samudera setelah mendengar pernyataan cinta didepan pacarnya langsung?
Marah?
Senang dan memutuskan Rindu?
Diam?
Bingung?
Atau apa?
lanjut aja pokoknya