Hiii...
Happy Reading
****
Rindu dan Samudera berlari menuju toilet yang ada di dekat kantin, begitu Rindu masuk, Samudera menjaga pintu. Pasangan yang cepat tanggap juga, "Berhati-hatilah!" pinta Samudera di angguki Rindu, "Bersabarlah kakanda, Adinda akan menyelamatkan sahabat Adinda dulu ... ."
Doeng!
Samudera menatap pacarnya malas, kenapa bisa-bisanya Rindu malah mengajaknya bercanda di situasi seperti ini? "Rin, lu gak kumat kan?" tanya Samudera.
Dengan entengnya Rindu menggeleng, "Gak kok, stok obat masih banyak. Dahlah ya keburu metong entar si Bunga ... ."
Celetukan itu berhasil mengundang emosi dari Samudera, jitakan keras khas dari sang pacar Rindu dapatkan. "Ih! Jangan suka main jitak yah!" omel Rindu mengelus keningnya.
"Udah anj*r! Selametin sahabatlu!" omel Samudera balik, seandainya ini bukan toilet perempuan pasti dia yang akan menolong gadis malang itu. Pacarnya malah mengajak berkelahi terus, padahal sahabatnya dalam bahaya.
"Iya, iya, ih!"
Sambil menggerutu Rindu menendang pintu toilet karena di kunci dari dalam, begitu pintu terbuka gadis itu segera masuk dan berteriak sampai mengejutkan penghuninya. "YAAAAK! PARA SAMPAH KEK LU PADA NGAPAIN NGELILINGIN SAHABAT GUE ANJ?!"
Mendengar teriakan membahana itu membuat beberapa gadis yang tengah menyiram air pada Bunga terhenti, mereka menatap Rindu takut-takut. "R-rindu?"
Pertanyaan itu membuat Rindu terkekeh, "BUKAN RINDU, SETAN! INI SETAN ANJ!" Inilah salah satu penyebab Rindu di segani, gadis itu sangatlah bar-bar! Selain itu Rindu tak segan untuk menghabisi siapapun yang mengganggunya.
Menyadari emosi yang terlalu meluap Rindu berdehem sebentar, "Sabar Rin, sabar. Kalo teriak mulu tar Samu ilfeel sama lu! Sabaaar!" gumamnya menenangkan dirinya sendiri.
Berhasil menenangkan dirinya, Rindu pun melangkah mendekat. Dia menolong Bunga yang ketakutan untuk berdiri, "Lu gak papa, Bung?" tanya Rindu khawatir.
Gelengan dari Bunga mengungkapkan segalanya, terlebih mata jeli nya melihat lebam pada pipi kiri Bunga. "Lu nampar Bunga?" tanya Rindu menatap lima gadis itu horor.
"E-engga, engga, Rin!" jawabnya menggeleng ketakutan. Rindu terkekeh rendah, matanya tertutup karena kedua tangan milik Rindu menimpa wajahnya. "Engga, salah. Kan?" tanya Rindu terkesan memaksa.
Karena ketakutan mereka tak sengaja membeberkan perlakuan yang mereka lakukan pada Rindu, "Waaah, ternyata kalian kejam sekali ... sudah siap untuk menerima balasannya kan?" tanya Rindu meregangkan kedua tangannya.
"T-tidaak! Rin! Maafin kami!" pekik mereka ketakutan.
Plak!
"Kalau ketakutan pas gue pukulin, kenapa lu malah menyiksa Bunga?" tanya Rindu sinis.
Tentu saja pertanyaan Rindu tidak bisa di jawab oleh mereka, dia pun berdecak kesal karena tidak mendapat jawaban yang di inginkan. "Apa kalian bisu?" tanya Rindu sinis.
"Rin, selesaikan cepat." Tegur Samudera dari luar toilet.
Seketika tugas yang dia lupakan kini kembali setelah Samudera ingatkan, sambil tersenyum bahagia Rindu berterima kasih. "Jangan bicara lebih banyak Rin, selesaikan." Ketus Samudera.
"Huuh! Lo ini ternyata gak sabaran yah, gimana kalau gak sabaran lu juga berlaku saat melamar putri tercantik ini?" tanya Rindu centil.
Jika para pria mendengar suara Rindu saat ini, mungkin mereka akan lebih jatuh cinta pada gadis tersebut. Kesal dengan tingkah Rindu yang terkesan buang-buang waktu, Samudera masuk ke toilet wanita setelah menutup kedua matanya menggunakan sobekan almameter.
Plak!
Plak!
Plak!
Plak!
Plaak!
Mewakili Rindu dan Bunga, Samudera tanpa segan menampar pipi pelaku pembullyan pada Bunga. Tindakan yang di lakukan sang pacar membuat Rindu bersorak menyemangati, "Ayo, Samu ... maju, Samu! Bunuh mereka semuaaaa!" pekiknya senang.
Sebagai pacarnya, kelakuan Rindu memalukan bagi Samudera. Instingnya menyuruh waspada saat gadis itu membuka mulut, "Oke, tugas selesai. Ayo pergi!" ucap Samudera cepat.
Pria itu melilitkan tangan kanannya pada perut Rindu, serta tangan kirinya melilit perut Bunga. "UWAAAAAH!"
Betapa terkejutnya Bunga dan Rindu saat tubuh mereka berdua terangkat, kedang perut yang menjadi patokan Samudera memastikan keduanya tidak jatuh.
Murid yang di lewati oleh Samudera tercengang dengan tingkah pria berusia 17 tahun itu bisa mengangkat dua tubuh remaja yang kira-kira memiliki bobot 50 kg, "Samuuu, malu ih!" pekik Rindu memukul lengan yang tengah melilit di perutnya.
"Rindu Senja, ini perintah! Berhenti berontak!" tegas Samudera dingin. Tak suka dengan kelakuan sok tegas dari sang pacar, Rindu pun mengejek Samudera. "Samudera Timur, ini perintah! Lepaskan aku!"
"Rindu!" desis Samudera memicingkan matanya kesal.
"Samuuu!" desis Rindu dan balik menatap mata hazel Samudera. Malas melihat pertarungan antar kekasih itu, Bunga hanya bisa mendesah lelah. Di antara Rindu dan Bunga, memang hanya Bunga lah yang tenang.
Melawan sama sekali tidak akan membuahkan hasil apapun, di lihat dari perangai Samudera. Dia adalah tipe pria yang tidak mau mengalah dan berkepala batu, tapi ... melihat Rindu, Bunga pun merasa gadis itu punya sifat yang sama. Entah bagaimana caranya mereka bertemu dan menjalin hubungan, tidak ada yang tahu.
****
Ruang kesehatan kali ini terasa sangat ramai, pertarungan antar kekasih bisa mengisi kekosongan di ruang tersebut. Di kasur paling pojok Bunga terlihat memerhatikan sepasang kekasih itu malas, di sampingnya wanita paruh baya mengobati luka yang Bunga derita.
"Pasti sangat susah berteman dengan pasangan labil itu kan?" tanya wanita tersebut, dia adalah Hannah, dokter yang menjaga ruang kesehatan di sekolahnya.
Menyadari pertanyaan itu Bunga mengangguk cepat, meski baru berteman dengan mereka, sifat Rindu dan Samudera membuat kepalanya hampir pecah. "Baru kenal saja mereka sudah terlihat bisa membuatku senantiasa sakit kepala," celetuk Bunga tanpa sadar.
Hannah tersenyum, matanya bergerak memperhatikan Rindu dan Samudera yang masih mempermasalahkan acara gendongan tak wajar tadi. "Walau begitu, mereka adalah orang baik. Tidak ada ruginya jika berteman dengan mereka, kapan lagi kan punya teman Atlet bulutangkis dan Juara satu bertahan di setiap perlombaan?" tanya Hannah menggoda Bunga.
Entah bagaimana, tetapi Hannah merasakan Bunga berbeda dengan orang-orang yang berusaha dekat dengan sepasang kekasih tersebut. Rindu dan Samudera, adalah kombinasi yang menyeramkan. Bersama sama mereka meraih seluruh medali perlombaan.
"Tidak, aku tidak menginginkan teman yang terlalu mencolok." Tolak Bunga membuat Hannah tersentak, lah? Ada orang yang tidak ingin berteman dengan dua anak emas sekolah?
Sebelum pertanyaan Hannah terlontar suara pekikan Rindu membuat perhatian mereka terpusat pada gadis tersebut, "SAMUU! KENAPA PERMEN GUE LO AMBIL?!"
Tanpa memperhatikan apa yang akan terjadi Rindu menarik lolipop miliknya, walau sudah bersarang di mulut sang pacar itu tidak menggoyahkan semangat Rindu.
Plop!
Ekspresi Samudera terlihat kesakitan saat sang pacar berhasil mengambil kembali lolipop miliknya, "Rin! sakit ih!" keluh Samudera pelan.
Bukannya meminta maaf Rindu malah menjulurkan lidahnya, "Siapa suruh mengambil lolipopku!" ketusnya dan mulai memakan lolipop yang berhasil dia jarah.
Menyadari ada yang aneh dari rasa lolipop milik Rindu, Samudera pun bertanya. "Rin, kenapa permen lu rasanya aneh?"
Degh!
****
Makasih udah mampir, maaf lama HIAT, mulai sekarang update seminggu sekali. Luv yuu!