Hiii...
Happy Reading!
****
Sreek!
Jengah dengan teriakan Afika, tangan Rindu bergerak untuk menarik rambut panjang gadis itu, mata birunya menatap Afika horor. "Heeh, dengerin gue baik-baik. Nama Samu itu hanya boleh keluar dari mulut gue, selain itu, JANGAN GANGGU SAMU! DASAR CEWE CENTIL ANAK MAMA! MINGGAT GAK LU?!"
Takut terjadi yang lebih parah, Samudera berusaha keras memisahkan Rindu dari Afika. Pertengkaran antar wanita itu menyeramkan, jangan sampai Rindu-nya terluka karena kuku panjang Afika.
"Rin, udah ... ." bisiknya berusaha menenangkan Rindu.
Napas Rindu masih memburu, matanya menatap Afika tidak suka. Jika bukan karena Samudera, mana mungkin Rindu bisa memaafkan gadis centil satu itu. "Menjauh lah dasar gadis centil! Apa lima pria itu tidak cukup untukmu?" tanya Rindu sarkas.
Jangan mengira Rindu tidak tahu Afika telah memiliki lima pacar, tentu saja mereka berlima tahu kalau sedang di selingkuhi, tetapi, entah seberapa bodohnya Rindu tidak tahu.
Bagaimana mungkin ada pria yang tidak sakit hati meski kekasihnya tengah selingkuh, yah ... tidak ada yang mustahil bagi para buciners bukan?
Bukan merasa malu, Afika malah mengibaskan rambut panjangnya hingga membuat beberapa orang terkena jus jengkol tersebut. "Samudera akan menjadi yang ke enam, ayo. Ikutlah bersamaku, Samu!" pinta Afika mengangkat tangan kanannya ke depan Samudera.
Kening Samudera berkerut heran, Afika merasa dirinya akan mendapatkan Samudera semudah itu? Kalau pun ingin, gadis centil tersebut harus mengalahkan Rindu terlebih dahulu.
"HEH! LU TULI?!"
Lihat, bagus Afika. Kau telah membangkitkan singa yang sebelumnya mulai tertidur, sekarang Samudera hanya bisa angkat tangan dari acara menenangkan Rindu. "Cepat selesaikan, bel masuk akan berbunyi tiga menit lagi."
Seraya kembali duduk untuk menyantap bakso, Samudera mengingatkan waktu pada Rindu, gadisnya suka lupa waktu jika mengenai perkelahian.
Rindu mengangguk paham, smirk kemenangan tercetak di wajahnya. "Tiga menit pun cukup untuk menghabisi cabe kriting satu ini," kekehnya memancing amarah Afika.
BUGH!
BUGH!
BUGH!
"Gaaah!"
Jangan bertanya siapa yang menang, tentu saja jawabannya adalah Rindu. Gadis yang notabenenya adalah atlet bulu tangkis itu juga sebenarnya menguasai beberapa jenis beladiri, berkat paksaan sang Ayah dia bisa seperti ini.
Berhasil menumbangkan Afika, Rindu mengajak sang Kekasih pergi dari area kantin. Lama di sana bisa-bisa kekacauan akan terjadi lebih parah, lebih baik menghindar bukan?
"Jangan cemberut kek gitu dong," keluh Samudera mencubit kedua pipi chubby Rindu.
Gadis di sampingnya kini terlihat cemberut dengan wajah tertekuk, Rindu masih kesal saat mengingat Afika berusaha merebut Samudera darinya. "Coba bayangin, gue di goda kek gitu sama cowo lain! Gimana?!" tanya Rindu menggebu-gebu.
Ah, tampaknya Rindu tidak sadar diri ... Samudera sampai bingung mau menjelaskan bagaimana, semua tahu sendiri kalau Rindu juga terkadang centil pada pria lain, walau berakhir ilfeel kepada pria yang dia goda. Aneh memang!
Merasa kalau Samudera ragu untuk membuka mulut, Rindu gemas dan memaksa kekasihnya untuk mengeluarkan suara. "Kalau lo lupa, biasanya juga suka kan gangguin cowo? Fandom yang di belakang itu apa?" tanya Samudera melirik belakang mereka, tentu saja kemana Rindu pergi, para 'PPR' akan membuntuti bak anak kucing.
PPR, kepanjangan dari Pecinta Princess Rindu. Bukan kah itu sangat weird? Samudera terkadang takut mereka akan bertingkah seperti netizen pada Rindu.
Tidak paham dengan pertanyaan Samudera, dengan polosnya Rindu menoleh, membuat segerombol pria di belakangnya terpekik manja.
"KYAAAA! MY PRINCESS NOLEEH!"
Pupil mata Rindu sontak bergetar, sejak kapan penggemarnya jadi sebanyak ini? Perasaan terakhir pertandingannya melawan sekolah sebelah penggemarnya hanya 10 orang, lalu sejak kapan mereka jadi 30 orang lebih?!
Bukan, bukannya dulu hanya 10 orang melainkan Rindu hanya melihat sepuluh orang terdekat, sisanya tidak pernah dia perhatikan, sehingga saat melihat dengan jelas gadis itu trauma bukan main.
"S-samu ... ."
Mendengar namanya di panggil, Samudera segera menatap manik Rindu langsung. "Ada apa, Rin?"
Tangan kanan Rindu terlihat menarik ujung almameter yang Samudera kenakan, ah, tampaknya gadis itu meminta bantuan pada Samudera. "Ikut ke kelas gue."
Kalimat singkat itu terdengar bersamaan tangan kiri Samudera menarik Rindu sambil memakai kembali kacamatanya menggunakan tangan kanan.
Mustahil bagi Fandom Rindu mengikuti mereka sampai kelas 11 Ipa 1, semua yang ada kaitannya dengan kelas Rindu akan menjadi musuh bebuyutan kelas Samudera.
Jika kelas Ipa 4 terkesan ramah dan suka bercanda, Ipa 1 adalah kebalikannya. Kelas yang berisi murid ambis dan kejam tanpa ampun, yah, setidaknya itu lah fakta yang seluruh murid Sma Hexagon ketahui.
"Gapapa gue masuk kesini?" bisik Rindu begitu masuk kedalam kelas Samudera.
Tentu saja dirinya langsung di serang oleh tatapan sinis penghuni kelas, tetapi mereka tidak bersuara karena Samudera lah yang membawa. Rival mereka yang paling kuat, si juara satu abadi dalam perlombaan tingkat Nasional itu belum pernah bisa mereka kalahkan.
Fisika, Kimia, Matematika, Biologi. Semuanya Samudera pangkas habis, tidak ada kesempatan bagi teman sekelasnya untuk melangkahi Samudera. "Gapapa Rin, mereka gak bakal gangguin elu." ujar Samudera santai.
Pria itu menyuruh Rindu duduk di kursi sampingnya yang senantiasa kosong, benar sekali. Samudera memang tidak pernah mengizinkan teman sekelasnya duduk di sana, tempat itu sudah Samudera simpan untuk Rindu seorang.
"Samuu, capek.." rengek Rindu merebahkan kepalanya di meja.
Tatapan tajam masih Rindu rasakan, aaah, benar-benar yah. Mereka sangat benci dengan kehadiran tak diinginkan dari Rindu, rasanya mengantuk saat di tatap sedemikian rupa oleh 29 penghuni kelas. "Tidur."
Suruhan singkat itu keluar dari mulut pria yang kini sudah asik membaca buku paket, Rindu mengangguk setuju dan memberi pesan sebelum jatuh tidur. "Kalau gurunya masuk bangunin yah, takutnya di marahin."
Mata Rindu terpejam, samar-samar Rindu merasa Samudera mengelus puncak kepalanya pelan sampai dirinya jatuh tertidur.
Aaah, aku punya pacar yang manis!__batin Rindu berteriak.
****
"Rindu tidur pulas banget yah, Tim, gapapa biarin dia tidur 3 jam lebih? Ini udah bel pulang loh.."
Kalimat itu terdengar tepat setelah nyawa Rindu masuk ke dalam tubuhnya, sambil terus mengumpulkan kesadaran Rindu tetap menutup matanya. "Kenapa lu yang ribet? Sana pulang!"
Suara Samu, ya, Rindu bisa mengenalnya dengan sangat baik. Apa saat ini kekasihnya tengah berbincang bersama Eduard?
Ingin mengetahui kelanjutan pembicaraan mereka berdua, Rindu pun sengaja masih tidur. "Dih, udah sewot ngusir lagi! Gue di sini tuh disuruh Kak Galang, katanya suruh Rindu ke lapangan volly, mereka mau tanding melawan sekolah Matahari!"
Tanpa sadar tubuh Rindu terlonjak sebentar, itu menarik perhatian dua pria di sampingnya. Mereka menoleh dan saling tatap saat Rindu masih asik memejamkan mata, "Sepertinya pacarmu sedang bermimpi buruk," ledek Eduard terkekeh.
Rindu merasakan sakit di puncak hidung yang memaksa gadis tersebut membuka matanya, "SAMUU!"
Matanya langsung bertatapan dengan mata hazel Samudera, pria yang berstatus kekasihnya itu mencubit hidung Rindu dengan wajah tanpa dosa.
"Mau nonton Galang?" tawar Samudera setelah melepas cubitannya, kasihan terhadap Rindu yang hampir menangis karenanya, Samudera pun mengelus hidung sang Kekasih perlahan sambil menggumamkan kata maaf.
Berhasil menenangkan Rindu, mereka bertiga segera pergi menuju lapangan voli karena pertandingan akan segera di mulai. "Ngapain ikut?"
Masih dengan rasa kesal Samudera pada Eduard, pria itu bertanya menggunakan nada sinis karena sampai di lapangan pun Eduard duduk tepat disamping Samudera. Apa pria itu tidak kenal waktu? Ini adalah waktunya bersama Rindu, tidak wajar bagi pria jomblo mengikuti sepasang kekasih!
Dengan tangan bersidekap Eduard membuang muka, betapa terkejutnya dia saat tiba-tiba segerombolan pria masuk ke area lapangan. Lho? Sejak kapan siswa Sma Hexagon menyukai Voli?
Ya memang ada yang menyukai Voli, tapi tidak sebanyak ini. Tapi ... Eduard tidak asing dengan wajah beberapa pria yang duduk di dekatnya, ah ... Eduard tersadar!
"Kalian ngapain?!" tanya Eduard pada pria di sampingnya.
Jawaban mereka sederhana, 'ya nonton voli lah!'. Tentu jawaban itu membuat emosi Eduard memuncak, "KALIAN NONTON VOLI ATAU NGINTILIN RINDU?!"
Doeng!
Suara keras Eduard menarik banyak mata untuk menatap mereka, itu termasuk Rindu, Samudera dan para pemain voli di lapangan. "Hehe.."
"HEHE KATAMU?!"
****
Makasih udah mampir, maaf kemarin lupa update (emot menangis)
Lanjut gak? Lanjut gak? Lanjut lah, masa kaga!