Hiii...
Happy Reading!
****
Samudera berseru panik, "Sayang! Maafin aku!"
Hidung Rindu terlihat sedikit berdarah, sebenarnya tidak terlalu sakit. Tapi karena Samudera terlihat panik, ke jahilan Rindu mencuat keluar. "Sakit Samuu, iih"
Rengekan dibuat-buat Rindu keluarkan, Samudera semakin panik ketika mendengar rengekan Rindu. Ia tak sadar kalau pacarnya itu mengerjai-nya, "Dimana yang sakit? Biar aku cium supaya sakitnya ilang,"
Smirk Rindu keluar, ia menunjuk bibirnya. Pandangan Samudera menjadi datar, akhirnya ia sadar kalau Rindu lagi-lagi mengerjai-nya.
'Pletak'
Ringisan yang sebenarnya terdengar dari mulut Rindu, itu pun setelah Samudera menjitak-nya kencang. Samudera akan menjitak Rindu ketika di rasa pacarnya itu hilang kendali atas ke normal-an fikirannya.
"Jangan suka jahil Rin," tegas Samudera, mendengar itu Rindu hanya tersenyum lebar.
"Haah,"
Helaan nafas berat, terdengar dari mulut Samudera. Dia mengambil saputangan di saku celana nya dan menyeka darah yang menetes dari hidung Rindu, "Maaf yah, lo sih jahil terus!"
Rindu berkata, "Engga masalah Samu, gue kan gemesin.. Jadi gak heran lu gemes sama gue,"
Samudera dibuat linglung, apa ia tak salah dengar? Rindu-nya sekarang sangat percaya diri bahwa dia gemesin? Astaga, tidak bisa dipercaya.
"Haah, sudah ayo Aa" suruh Samudera menyodorkan sendok berisi bubur pada Rindu.
Rindu menurut saja, ia di suapi Samudera dengan bubur milik pacarnya. Senyum Samudera tak dapat disembunyikan, katanya Rindu-nya tidak menyukai bubur yang diaduk. Tapi sekarang, Rindu malah makan dengan lahap.
"Katanya lo gak suka bubur diaduk," celetuk Samudera membuat Rindu sadar.
Rindu berteriak kencang, "Yuck!! Samu! Kok kamu nyuapin gue pake bubur punya elu?!"
Kekehan pelan terdengar dari Samudera. Sejenak, Rindu terpesona dengan kadar ke-ganteng-an pacarnya. Aah, bagaimana bisa dia punya pacar sempurna seperti Samudera.
Tap!
"Samuu, plis jangan tertawa! Gue tersepona!" pekik Rindu, menutupi wajah Samudera menggunakan kedua tangannya.
Bukannya berhenti, Samudera semakin terkekeh. Wajah Rindu cemberut karena kesal dengan Samudera, tumben pacar-nya itu jahil.
"Samuuu!" pekik Rindu setengah merajuk.
Tak ingin membuat Rindu benar-benar merajuk, Samudera menyudahi tawa nya. Ia menarik tangan kanan Rindu, serta mengecup punggung tangan Rindu.
"Maafkan aku, ayo kembali ke kelas.."
Kening Rindu berkerut tak suka, "Maksudnya? Lo gamau lama-lama sama gue?"
"Astaga bukan! Bel udah bunyi tadi," terang Samudera gemas sendiri. Rindu malu sendiri, "Oh, yaudah deh"
Tidak ingin rasa malu nya diketahui Samudera, Rindu melangkah keluar. Menjauh dari area Perpustakaan, dan kembali ke kelas 11 Ipa 4.
****
Tiga hari ini Samudera dibuat rindu pada Rindu, oke sedikit ambigu. Rindu-nya tengah pergi untuk perlombaan bulu tangkis, dan sudah tiga hari mereka tidak bertukar kabar. Ternyata kepergian Rindu memberi dampak yang cukup besar bagi dirinya.
Tidak ada lagi orang yang merusuhi nya saat asik membaca, tidak adalah celotehan yang selalu berhasil membuatnya kesal, dan tidak ada lagi rasa cemburu saat Rindu tebar pesona pada pria lain!
"Tim, jangan melamun.. Tar kesambet,"
Sebuah suara berhasil menarik Samudera yang tengah melamun kembali ke dunia nyata, ia melirik pria yang berbaring di lantai perpustakaan malas. Eduard memang memanggil Samudera dengan nama Timur, katanya itu lebih nyaman digunakan daripada Samudera.
"Hm, lu sendiri bisa gak sih jangan tiduran di lantai mulu? Lama-lama risih gue liatnya," ujar Samudera jujur. Pria yang berbaring di lantai menggeleng keras, "Gak, lantai perpustakaan adalah suatu kenyamanan untuk gue. Kebiasaan ini gabisa di lepas dari hidup gue,"
Samudera memutar bola matanya malas, sahabatnya itu suka sekali nemplok di lantai perpustakaan. Eduard Liano, sahabat nya dari Smp itu memang rada aneh.
Dia tidak pernah pacaran meski wajahnya terbilang tampan, alasannya menolak gadis yang menembaknya sangat aneh! 'Aku tidak bisa meninggalkan lantai perpustakaan, jika kau tidak punya kebiasaan aneh sepertiku maka enyahlah!'
Seperti itu lah bentuk penolakan dari Eduard, walau Eduard aneh. Dia itu si juara ketiga di Sma Hexagon, anehnya rangking Eduard tidak pernah turun meski dirinya selalu tidur di jam pelajaran.
"Serah lu Ed, serah" ucap Samudera pasrah, ia kembali menyibukkan diri dengan salah satu buku sastra ditangannya.
Keheningan yang damai Samudera rasakan, biasa nya ia akan sangat senang di waktu seperti sekarang. Tapi karena Rindu tidak ada, rasa senangnya lenyap entah kemana.
"Tim.."
Samudera menoleh, ada apa dengan Eduard? Tumben remaja itu tidak tidur, "Rindu.." mendengar nama sang pacar di sebut oleh Eduard, Samudera duduk dengan tegak.
"Kenapa?" tanya Samudera. Eduard menunjukkan layar hp nya, "Pacar lu genit sana cowo laen" terang Eduard membuat emosi Samudera tersulut.
Astaga, bukan kah Rindu-nya sudah berjanji kalau ia tidak akan genit selama pertandingan?!
"Kata Rindu, dia janji gak genit selama pertandingan. Sekarang pertandingan nya selesai, katanya dia tertarik dengan manager musuhnya! Astaga si bocah," ujar Eduard tidak percaya. Eduard melanjutkan, "Trus gimana ini Tim--"
Kosong.
Samudera tidak ada di situ. Kemana perginya Samudera? Jangan bilang sahabatnya langsung menyusul sang pacar begitu mendengar pesan dari Rindu. "Astaga, Timur.. Gue gak nyangka lu se bar bar itu kalo cemburu"
Eduard bergumam pelan, sahabatnya itu rela pergi dari Sekolah ke Istora Senayan. Jarak dari Sekolah ke Istora Senayan itu cukup jauh! Sma Hexagon saja ada di wilayah Warung Jati, Jati Padang, Jakarta Selatan. Sedangkan Istora Senayan itu di Kecamatan Tanah Abang, Kota Jakarta Selatan.
Waktu yang dibutuhkan Samudera untuk ke sana kurang lebih 33 menit, hei! Sebentar lagi bel masuk berbunyi! Samudera adalah anak yang tidak pernah bolos di Sma Elit Hexagon ini, astaga..
****
Dari pintu keluar Istora Senayan, Rindu tertawa bersama pria tinggi di sampingnya. Samudera tidak tahu apa yang tengah mereka bicarakan, yang pasti ia kesal!
Samudera segera turun dari mobil sport nya, menghampiri Rindu dengan tergesa dan menarik Rindu ke pelukannya. "Jangan ganggu pacarku!" desis Samudera.
Rindu terkejut dengan kehadiran Samudera yang terkesan tiba-tiba, "Lho? Samu? Lo kenapa ada di sini?" heran Rindu. Samudera hanya melirik Rindu dingin, "Tidak ada alasan untuk membiarkan pacar gue berduaan dengan pria lain!"
"Pffthhh! Huahahahahahaha!"
Tawa Rindu menyembur tanpa bisa ditahan, aah pacarnya tengah cemburu. Rindu tidak menyangka Samudera termakan pesan yang ia kirim pada Eduard, Lucu nya Samu-ku' batin Rindu gemas sendiri.
Uhuk!
Uhuk!
Mampus__ gumam Rindu dibatin.
Samudera terlihat mengangkat tangannya, Rindu yang tau akan dijitak segera memejamkan mata. Lho, kok gak kerasa? Udah lama lho? Rindu membuka matanya sedikit dan melihat tangan kanan Samudera menyentuh keningnya.
Srekk!
Degh!
Degh!
Jantung Rindu berdebar kencang saat Samudera menyatukan kening mereka, napas khas dari Samudera tercium oleh nya. Rindu menatap wajah Samudera yang tengah memejamkan mata, "Rin.. Kamu terlalu bekerja keras, ayo beli obat"
Samudera menarik tangan Rindu menjauh, badan Rindu panas. Pasti itu karena Rindu bertanding bulu tangkis selama 3 hari berturut-turut.
Pria yang bersama Rindu tadi pun hanya bisa melongo karena diabaikan, bahkan di tinggal sendirian. Ia menghela napas karena sedih tidak dianggap, dan melangkah masuk.
Di sisi lain. Samudera dan Rindu terlihat duduk di bangku taman dengan obat di genggaman Samudera, ia mengocok obat cair itu dan menuangkannya ke sendok yang sudah disediakan.
"Buka mulut!" titah Samudera menyodorkan se sendok obat cair. Rindu menggeleng tegas, apa apaan pacarnya itu! "Samuuu, gue engga suka obat cair" rengek Rindu.
Samudera melotot marah, "Buka mulutnya, Rindu!" Rindu menutup mulutnya menggunakan kedua telapak tangan, ia benar-benar tidak ingin meminum nya.
"Samuuu, gue engga bisa minum obat cair.. Enek," keluh Rindu sungguh-sungguh.
Samudera akan sangat keras kepala jika menyangkut kesehatan Rindu, dia sangat memaksa! Berapa banyak pun Rindu merengek, Samudera tak akan tergoda!
****
Lanjut, harus pokoknya.
Baru boleh berhenti pas tamat, okee?