Chereads / My Crazy Boss ! / Chapter 26 - Kisah dua bersaudara [bagian ke-4]

Chapter 26 - Kisah dua bersaudara [bagian ke-4]

"Sarah, apa kau mencintaiku?"

Kata-kata Jino membuat wanita cantik ini menghentikan kegiatan makannya, dia menatap lelaki yang kini tengah menggenggam erat lengannya. Sarah memang wanita yang tidak punya hati, lebih tepatnya untuk sembarang lelaki kecuali Andra. Dia memang sudah mengkhianati kekasih yang sangat mencintai dan selalu memperhatikannya setiap saat. Tapi itu bukan murni juga kesalahan Sarah, dia hanya ingin mengikuti kata hatinya. Mengejar Andra, walau statusnya sekarang bukan seorang wanita single lagi.

Jino memang terlalu polos atau mungkin bodoh, menerima wanita yang hanya ingin memanfaatkan hubungan percintaan ini untuk kepentingan karirnya sebagai model. Karena sejak dulu dia tahu, jika Sarah hanya terus memperhatikan sang kakak. Oleh karena itu kenapa Jino memaksakan kehendaknya untuk mencintai wanita yang tidak pernah akan mencintainya?! bodoh.

"Sayang, kenapa kau bertanya seperti itu? tentu saja aku mencintaimu!" jawab Sarah cepat.

"Benarkah itu? tapi kenapa aku merasa kau tidak memiliki perasaan apa pun padaku hehe."

Tertawa kecil yang keluar dari mulutnya sendiri membuat hati Jino sesak, kenapa dia tidak bis mengungkapkan perasaannya saat ini? apa karena takut kehilangan Sarah?! padahal itu lebih baik dari pada terus terluka karena hubungan tanpa cinta yang baru mereka jalin selama 5 bulan ini.

Sarah memang licik, dia datang ketika ingin meminta sesuatu yang berharga dari Jino. Sementara ketika Jino kesepian dan membutuhkannya dia menghilang begitu saja, lelaki ini juga tahu jika sang kekasih masih mengoleksi foto-foto Andra di dalam ponselnya. Tapi dia tidak marah dan memaklumi semua itu.

"Kenapa berfikiran sepeti itu hm? apa kau mencintai wanita lain Jino?" tanya Sarah.

"Itu mustahil, karena sejak dulu hanya kau yang selalu ada didalam hatiku Sarah." ucap Jino dengan senyum manisnya.

Sarah tersipu malu. "Begitu? manis sekali."

Kedua orang ini melanjutkan sarapan pagi mereka, Jino tersenyum bagai orang bodoh agar terlihat baik-baik saja. Padahal jelas sekali hatinya begitu terluka karena tanda merah dan pikiran jelek yang sedang dia rasakan saat ini.

Pukul 12.00

Jino kembali ke kantor, namun lelaki ini juga sempat memesankan dahulu taksi untuk sang kekasih karena mobilnya tertinggal dirumah tadi pagi. Entah sengaja atau tidak, yang jelas Jino tidak akan memperpanjang masalah ini lagi. Dia mencoba melapangkan dada karena selama berpacaran mereka hanya terus berpegangan tangan tanpa ciuman atau bahkan sentuhan lain yang lebih berarti bagi wanita agresif itu.

"Sayang terimakasih makanannya, kau bekerjalah dengan giat untuk masa depan kita! aku pergi dulu bye!"

Jino hanya tersenyum sembari mengusap kepala kekasihnya, dia berbalik pergi ke kantor dengan perasaan yang masih gelisah. Namun tetap saja untuk melanjutkan pekerjaannya sekarang dia harus melupakan sejenak masalah yang di alaminya saat ini.

Lelaki tampan berjas hitam itu masuk ke ruangan pribadinya, mengecek satu persatu dokumen yang sudah menumpuk di atas meja yang harus dia tanda tangani. Beberapa rapat pun harus dia tunda karena tidak bisa fokus dalam bekerja. Dia ingin pulang! melihat jika semua pikiran buruknya itu adalah salah.

Brakkk !

Jino membuka pintu ruangannya dengan sangat keras dan hampir mengenai seorang pegawai wanita yang ada diluar. Dia berlari seperti orang gila menuju parkiran. Kemudian melesat cepat menuju rumah, menelpon beberapa kali kekasihnya namun tidak ada jawaban satu pun. Pikiran lelaki ini semakin mengarah ke hal negatif, bagaimana jika sekarang Sarah tengah bersama Andra dirumah? melakukan hal yang tentu saja membuat hatinya semakin sakit.

Sekitar 15 menit dia sampai dirumah, mobil wanita yang dicintainya itu masih terparkir rapi di depan dengan milik sang kakak. Jino kembali berlarian ke dalam, memanggil-manggil nama Andra namun tidak ada jawaban. Sampai akhirnya dia memutuskan untuk naik ke atas dan menghampiri kamar sang kakak.

Terdengar suara desahan seseorang disana yang membuat bulu kuduk lelaki tampan ini, dengan cepat Jino mengambil ponsel yang ada didalam saku celananya. Mengarahkan kamera ke dalam lubang pintu yang ada di bagian kunci, dia melihat Andra tengah full naked tanpa sehelai benang pun dengan seorang wanita yang tengah asik mengkulum kejantanannya dengan eksotis.

"Brengsek!" ucap Andra pelan.

Air matanya seketika mengalir, membasahi pipi tampannya yang putih mulus bagai kulit bayi. Dia tidak menyangka jika apa yang dipikirkannya selama ini adalah benar. Tanda merah itu, foto-foto Andra dan keadaan yang dia lihat sekarang. Semuanya sudah cukup jelas, jika Sarah memang tidak pernah mencintai Jino dengan tulus. Dia hanya ingin memanfaatkan itu untuk mendekati sang kakak, lelaki yang Sarah cintai sebenarnya.

Dengan tangan dan kaki yang gemetar Jino meninggalkan rumahnya, menyimpan kembali ponsel yang dia pegang dengan erat di dalam sakunya. Apa yang harus dia lakukan sekarang? mempergoki mereka? atau membiarkan sang kakak merasakan nikmatnya sentuhan wanita yang dicintainya itu?!

"Kenapa mereka tega melakukan semua ini, kakak apa sebegitu bencinya dia padaku? arhhh sialan!"

Jino menendang beberapa pot yang terpajang diteras rumah, mencengkram kepalanya sendiri dengan perasaan kesal. Cukup sudah dia menjalani hubungan palsu ini, sekarang tidak akan pernah lagi.

Brummm brummm

Lelaki itu sengaja menyalakan mesin mobilnya seperti itu, berharap jika sang kakak dan Sarah menyadari kehadirannya.

Hari demi hari berlalu begitu cepat, Jino sudah tidak pernah menghubungi Sarah atau pun pulang ke rumah besar itu bersama Andra. Dia lebih memilih untuk tinggal sendiran dengan rumah baru yang dia beli kemudian tetap menjalankan bisnisnya demi membanggakan sang ayah.

Tidak ada kabar atau pun sapaan manis dari wanita itu lagi, Jino lebih fokus pada pekerjaan yang tuan Anggara percayakan padanya saat ini. Hatinya sudah benar-benar tertutup untuk siapa pun, rasa trauma akan di khianati terus menghantuinya setiap malam. Rasa dendam pada sang kakak pun semakin menjadi-jadi, dia berjanji jika suatu saat nanti akan membalaskan semua rasa sakit hati itu padanya secara berkali-kali lipat.

***

"Kenapa kau tidak tinggal disini lagi Jino?" tanya tuan Anggara pada putra keduanya.

Sudah satu tahun lamanya setelah kejadian itu terjadi, kini Jino dan Andra memang tidak pernah saling menyapa atau bahkan makan bersama. Mereka sibuk dengan kehidupan masing-masing, sampai akhirnya tuan Anggara memutuskan untuk menempatkan mereka di salah satu perusahaan cabang Davidson Group. Dan membimbing Andra dengan menjadikannya seorang direktur utama disana, dengan Jino sebagai sekertaris pribadinya.

Keputusan itu langsung disetujui dua lelaki tampan yang tengah duduk dihadapan ayahnya dengan satu syarat. Tidak ada boleh satu orang pun yang tahu jika mereka berdua adalah kakak beradik. Itu sengaja tuan Anggara lakukan agar mereka tidak pernah menyalagunakan perusahaan dan menghilangkan juga rasa canggung yang akan para pegawai perusahaan alami ketika dua penerus syah keluarga Davidson ada di kantor perusahaan tersebut.

"Perbaiki hubungan kalian, karena aku tidak pernah ingin ada masalah apapun dalam keluarga ini." ucap tuan Anggara pada kedua putranya.

Andra dan Jino saling menatap satu sama lain. "Baik!"