Chereads / Pelangi Sebelum Hujan / Chapter 2 - 2. Delon Wijaya

Chapter 2 - 2. Delon Wijaya

Delon memainkan stick gamenya dengan lihai, memutar-mutarnya dan berteriak-teriak. Sesekali ia membuka kulit kacang, memakan isinya dan melemparkannya ke segala penjuru di kamarnya. Entah bagaimana berantakannya kamar Delon saat ini, ia hanya menghabiskan hari-harinya dengan berfoya-foya, berhura-hura menghabiskan uang ayahnya. Absen di kampusnya sudah tak terhitung lagi, ia hanya menyia-nyiakan masa mudanya.

"Delon, mau sampai kapan kamu seperti ini??"  Ayah Delon jenuh melihat putranya selalu bermalas-malasan seperti ini, apalagi dia adalah pewaris perusahaan yang seharusnya mulai belajar mengembangkan bisnis ayahnya.

"Kalau kamu masih terus seperti ini, perusahaan akan aku wariskan ke Kaniya adik kamu!!!" Ayah Delon mengancam Delon yang saat itu tidak menghiraukan perkataan ayahnya sedikitpun.

"Delon!! Dengarkan ayah bicara!!!"

"Apa'an sih yah?? Kasih aja perusahaan ke Kaniya, Delon males!!"

"Kamu ini Delon!!" Tiba-tiba dada Pak Surya ayah delon terasa sangat sesak, ia seperti tak sanggup lagi bernafas. Dan kemudian...

Brukk...

Tubuhnya ambruk membetur pintu kamar Delon.

"Papa...!!! bangun pa!!"

Delon segera membawa papanya kerumah sakit dengan di temani mamanya. Dia merasa sangat bersalah karena tidak menghiraukan kata-kata papanya. Semua ini ia lakukan karena dia tau, wanita yang sekarang berada di sampingnya bukan ibu kandungnya.

Pada suatu malam, dengan tidak sengaja Delon mendengar percakapan Papa dan Mamanya. Mereka bertengkar dan Delon mendengar wanita itu berkata,

"Kenapa aku yang harus selalu mengalah kepada Delon? Dia itu anak yang susah di atur, lagipula mereka berdua bukan anakku, untuk apa aku pusing memikirkan mereka??"

Seketika hati Delon hancur, selama ini Papanya telah menyembunyikan rahasia sebesar ini, sampai dia dan adiknya sudah menginjak dewasa, akan tetapi Papanya tidak berkata sebenarnya kepadanya maupun adiknya, Kaniya.

Semenjak pertengkaran itu, Delon semakin merasa amat bodoh dengan semuanya, ia merasa telah di bohongi, dia jarang pulang, hidupnya hanya di buatnya balapan liar, taruhan, ataupun bertarung di arena tinju. Hal ini membuat Papanya semakin kuwalahan menyikapi Delon yang seperti ini.

"Delon makan dulu sayang!!"

"Jangan mendekat!! Gue nggak mau elu sok baik sama gue!!"

"Delon, apa-apaan kamu? Aku yang sudah merawatmu dari kecil, dan sekarang ini balasanmu??"

"Apa merawatku? Yang ngerawat gue dari kecil  bik Mirna. Elu cuma nebeng  keluarga gue!!"

"Keterlaluan kamu Delon!!" Tangan itu hampir saja melayang dan mendarat di pipi Delon, tapi bersamaan dengan itu dokter keluar dari ruang IGD.

Ternyata Papa Delon terkena serangan jantung, dan harus menginap beberapa hari di rumah sakit. Seketika Delon mulai sadar, umurnya bertambah semakin tua, tapi di usianya yang sekarang menginjak 22tahun, Delon belum bisa menghasilkan uang sendiri, dia hanya bergantung pada Papanya saja. Sementara adiknya masih kelas 3 SMA. Tiba-tiba Delon bertekat, dia harus berubah, jika dia sudah menjadi orang yang sukses, dia akan mencari ibu kandungnya, dan ingin membuat ibunya bangga. Ia akan menyembunyikan rahasia ini dari Kaniya. Biarkan Papanya saja yang mengungkapkan semua.

"Delon, Papa senang sekali kamu sudah berniat untuk membantu papa di kantor, aku akan menghubungi Wildan. Dia yang akan membantumu mengurus perusahaan"

Delon mengangguk, dan melihat sinis ke arah mama tirinya itu. Hanya dia  yang tau kalau wanita itu adalah mama tiri. Kaniya sampai sekarang masih menganggap kalau wanita itu ibu kandungnya.

Sarah adalah istri baru pak Surya, yang ia nikahi saat anak-anak masih kecil. Delon masih berumur 3 tahun, dan Kaniya saat itu masih bayi. Tapi entah kenapa Delon tak ingat sedikitpun dengan sosok ibu kandungnya, ia hanya ingat waktu itu dia sekeluarga mengalami kecelakaan mobil, dan setelah itu ayahnya menikahi Sarah. Dia benar-benar lupa kejadian setelah kecelakaan mobil itu, apa yang sebenarnya terjadi dengan ibunya? Kalaupun ibunya sudah meninggal, ayahnya tidak akan menyembunyikan hal ini.

Delon mengendarai mobilnya perlahan, saat ini hatinya sedang kacau, melihat Papanya terbaring di rumah sakit, sementara ia terus saja memikirkan tentang ibu kandungnya. Selain itu ia juga sangat menyayangi Kaniya, adik perempuannya. Ia tidak mau membuat adiknya khawatir, ia akan menyembunyikan semua ini, sampai ia benar-benar menemukan ibu kandungnya.

"Meeting akan segera dimulai, kali ini bukan Pak Wijaya yang memimpin, karena beliau sedang sakit. Jadi putranya yang akan menggantikannya yaitu Mas Delon. Aku harap kalian mengikuti meeting ini dengan profesional!!!"

Wildan mengatur staf-stafnya yang akan ikut meeting. Dia adalah seorang manager di perusahaan Pak Surya, ia sosok yang tegas, disiplin, dan bertanggung jawab. Untuk itu Pak Wijaya mempercayakan Wildan untuk mengajari Delon mengembangkan perusahaannya sampai Pak Surya benar-benar sembuh.

"Selamat pagi pak!!!"

Semua yang ada diruangan meeting menuduk memberi salam saat Delon masuk ke ruangan. Ia terlihat sangat berwibawa, dengan setelan jas berwarna hitam. Postur tubuhnya yang tinggi dan kekar membuat wanita-wanita yang ada di sekelilingnya menjadi terpaku melihat ketampanan Delon. Kulitnya pun putih bersih, bermata sipit, dan tampak dua lesung di pipinya saat ia tersenyum.

Sebenarnya ada garis Tionghoa di darah keluarga Pak Surya. Surya Wijaya Wang. Demikian juga nama Delon dan Kaniya. Delon Wijaya Wang, dan Kaniya Wijaya Wang. Tapi mereka jarang memakai nama marga tersebut di belakang nama mereka. Hal ini membuat tidak banyak orang mengetahui bahwa Pak Surya masih memiliki garis keturunan Tionghoa.

"Selamat pagi, bisa kita mulai meeting hari ini?"

Delon dengan tegas memimpin meeting hari ini, sebelumnya dia sudah belajar dari Wildan soal materi yang akan di bahas hari ini. Sebenarnya ia sedikit tegang dan bimbang, apakah ia bisa memimpin meeting ini dengan baik? Tapi setelah ia mengingat tekatnya untuk berubah, Delon kembali bersemangat. Selain perkenalan, ia juga membahas beberapa saham baru yang akan ikut andil dalam pengembangan bisnis ayahnya yang sedang melejit ini. Delon tak ingin orang lain tau tentang dia yang sebelumnya adalah orang yang selalu bermalas-malasan, kali ini Delon bukanlah Delon yang dulu, dia ingin berubah, demi ayahnya, adiknya dan yang pastinya untuk ibu kandungnya.

Plak...plak...plak...

Seisi ruangan tak henti-hentinya bertepuk tangan melihat presentasi Delon hari ini, selain tegas, Delon juga memperlihatkan keahliannya dalam berbahasa asing.

"Selamat Pak Delon, anda sangat luar biasa hari ini"  Wildan memberikan selamat dengan berjabat tangan dengan Delon.

"Semua ini berkat kamu, kawan!!" Delon tersenyum lega, ia merasa tidak akan seperti ini jika saja Wildan tak membantunya. Sepertinya mereka berdua sangat cocok dan akan menjadi sahabat karib, Karena umur Wildan tak jauh beda dengan Delon, mereka lahir di tahun yang sama, hanya beda beberapa bulan saja.