Pernikahan mewah yang di gelar hari ini membuat semua tamu yang hadir terpana, ballroom hotel bintang 5 ini sudah di sulap sedemikian rupa, sangat mewah dan indah.
Dua pengantin yang baru saja masuk bersamaan di ikuti oleh taburan bunga dari atas membuat semua tamu undangan berteriak dengan sangat bersemangat untuk menyambut kedatangan kedua mempelai.
Tepuk tangan serta teriakan semakin terdengar riuh kala kedua mempelai mulai berciuman di depan para tamu undangan setelah keduanya di nyatakan sah menjadi suami istri.
Arumi Nitasari, seorang gadis berusia 23 tahun yang saat ini siap untuk menjabat sebagai wakil direktur dalam perusahaan yang di bangun ayahnya bersama salah satu sahabatnya. Kedua orang tua Arumi meninggal dalam sebuah kecelakaan mobil dan baru saja di makamkan sebulan lalu, hingga saat ini dirinya terpaksa berdiri di altar dengan calon yang di pilihkan ayahnya melalui surat wasiat yang di tinggalkan.
Arumi yang mendapat semua harta warisan orang tuanya tentu saja tak merasa kekurangan apapun, hingga di surat terakhir Arumi sedikit terguncang dengan isi dari surat ayahnya yang menyuruhnya menikah dengan anak laki-laki dari sahabatnya itu.
Chandra Adiwinata, laki-laki mapan dengan jabatan direktur di perusahaan yang di pimpinannya setelah ayahnya mewariskan tahta itu untuknya. Pria berusia 26 tahun itu tentu saja sangat senang karena bisa menduduki tahta tertinggi yang selama ini ia inginkan, hingga kesenangannya bertambah saat tahu dirinya akan menikah dengan wanita yang selama ini selalu menjauhinya.
Arumi sedikit memalingkan wajahnya untuk menghindari ciuman yang berlangsung di depan banyak orang, jika saja Arumi bisa memilih, tentu saja Arumi akan memilih mendorong laki-laki yang ada di depannya, laki-laki yang sudah sah menjadi suaminya, tapi Arumi tidaklah begitu bodoh hingga ingin mempermalukan semua orang yang bersangkutan dan tentu saja akan membuat reputasinya buruk.
"Kau menolakku?" Pertanyaan pelan namun terkesan dingin Chandra lontarkan tepat di telinga Arumi yang kini cukup dekat dengan bibirnya.
Arumi terdiam, tangannya meremas erat kemeja yang di pakai Chandra karena marah, marah pada laki-laki itu yang berani-beraninya menjilat telinganya sesuka hati.
"Tak akan kubiarkan kamu sedikitpun menyentuhku." Kata Arumi seraya menarik dirinya untuk mundur, membuat teriakan serta tepuk tangan yang terdengar semakin riuh. Ucapan selamat pernikahan dan antek-anteknya Arumi terima dengan senyuman palsu, karena sampai kapanpun Arumi tak akan pernah mau hidup bahagia bersama suaminya.
Pesta pernikahan telah berlalu begitu riuh, meninggalkan Arumi dan Chandra yang saat ini ada di dalam kamar hotel untuk menginap dalam semalam, semua keluarga Chandra pun sudah pulang, begitupun dengan keluarga Arumi yang bahkan tak ada satu orangpun yang datang, seolah paman bibinya sudah menelantarkan dirinya sendirian setelah di tinggalkan oleh kedua orang tuanya.
Arumi menatap pantulan kaca riasnya yang memperlihatkan Chandra yang baru saja keluar dari kamar mandi dengan handuk yang melilit di pinggangnya, dan tentu saja Arumi hanya tersenyum meremehkan saat melihat gaya Chandra yang sangat-sangat sok tampan.
Arumi meletakkan lotion yang baru di pakainya dengan sedikit kasar, menepuk-nepuk telapak tangannya dengan cukup keras dan berjalan ke arah ranjang, menghindari gerakan Chandra yang ingin memeluknya dari belakang.
"Kau benar-benar menolakku? Sampai kapan? Bukankah aku sudah bilang jika aku sangat mencintaimu?" Pertanyaan yang terlontar dari bibir Chandra tentu saja membuat Arumi tertawa terbahak-bahak mendengarnya, siapa yang baru saja bilang seperti itu padanya? Siapa yang baru saja bilang mencintainya?
"Kau urus urusanmu sendiri, dan aku mengurus urusanku sendiri, jangan terlalu ikut campur urusan orang lain." Kata Arumi Seraya mengambil bantal dan dari dalam almari dan berjalan keluar kamar.
Kamar hotel yang sudah di siapkan untuk pengantin baru memanglah sangat istimewa, di mana ada berbagai ruang di dalamnya, bahkan ada juga dapur yang sudah di desain sedemikian rupa untuk bermesraan kedua pengantin baru saat memasak sesuatu.
Arumi berjalan ke arah pintu, membuka pintu dengan lebar hingga masuklah seseorang yang sudah bisa Arumi tebak, dan tentu saja dia salah satu wanita peliharaan suaminya selama ini.
"Masuklah, dia sendirian di dalam kamar." Kata Arumi pada wanita yang berpakaian sangat seksi yang hanya di balut dengan jaket tipisnya.
Arumi berjalan ke arah sofa, menghidupkan tv yabg tersedia sesekali menoleh ke arah wanita yang baru saja ia persilahkan masuk ke dalam kamar hotelnya, Arumi menatap ke arah wanita itu yang melepaskan jaketnya hingga memperlihatkan tubuhnya yang hanya berbalut lingerie tipis berwarna merah marun, gerakan wanita itu masih Arumi pantau hingga akhirnya Arumi tersenyum tipis saat melihat wanita itu mengambil lipstik yang ada di tasnya dan menebali lipstiknya yang tertempel di bibirnya bahkan bisa di pakai dalam satu tahun.
"Masuklah, tak perlu sungkan." Kata Arumi seraya melirik ke arah kamar yang memang ada di dekat ruangan yang di pakainya.
Dengan gaya yang di lebih-lebih kan, wanita itu akhirnya berjalan masuk ke dalam setelah sebelumnya mengetuk pintu dua kali. Arumi hanya tersenyum tipis saat melihatnya, bisa-bisanya ada wanita yang mau menjadi budak laki-laki kotor seperti Chandra.
Arumi merebahkan tubuhnya di atas sofa, meskipun dirinya anak dari orang kaya, tetap saja tidur di atas sofa sudah menjadi kebiasaannya, dirinya bukanlah anak manja yang akan merasakan sakit pinggang karena tidur si tempat sempit seperti itu, karena sebelumnya bahkan Arumi pernah lebih parah daripada itu semua.
Suara pintu kamar yang terbuka membuat Arumi menatap ke arah Chandra yang baru saja keluar dengan celana pendeknya, dan tentu saja Arumi tak berniat untuk menegur ataupun bertanya, bahkan Arumi benar-benar tak ingin peduli pada suaminya itu.
"Kamu benar-benar tak mau melayaniku?" Pertanyaan yang di lontarkan Chandra tentu saja membuat Arumi tertawa, mengejek ke arah Chandra yang memang dari dulu bilang mencintainya, hanya saja laki-laki itu tak pernah bisa menahan nafsu yang di miliknya.
"Aku bukanlah pelayan, apa kamu tak tahu apapun? Aku anak gadis seorang Majarendra, dan bagaimana mungkin aku mau jadi pelayanmu? Bukankah kamu terlalu bermimpi?" Tanya Arumi dengan nada yang sangat mengejek, dan tentu saja apa yang baru saja di katakan Arumi melukai hati Chandra.
"Mau sampai kapan kamu menolakku?" Tanya Chandra dengan senyuman yang sangat menakutkan.
"Sampai kapan? Tentu saja sampai seumur hidupku, aku sudah janji pada diriku sendiri tak akan pernah menyerahkan hati maupun tubuhku padamu, dan jika semua itu terjadi, kamu tinggal lihat saja bagaimana namaku yang sudah terpampang di batu nisan." Jawab Arumi dengan tatapan mata yang sangat tajam.
Chandra memilih mundur, dirinya memang mencintai Arumi, tapi bahkan dirinya tak bisa memiliknya, dan sampai kapanpun Chandra tak akan pernah tega untuk menyakiti Arumi, apalagi sampai membuatnya meninggalkan dirinya untuk selama-lamanya? Tak akan pernah, karena meskipun Chandra tak bisa memiliki Arumi, Chandra akan tetap menahan Arumi di sampingnya, bahkan Chandra sendiri yang akan menguburkan jasadnya nanti.
Chandra bergerak ke arah pintu dan menutupnya cukup keras, Chandra tak bisa menyentuh Arumi dan tentu saja Chandra hanya bisa melampiaskannya pada hal yang lainnya, termasuk peliharaannya.
Tbc