Arumi membuka matanya pelan, mengucek matanya sebentar dan beranjak dari tidurnya untuk duduk di atas sofa. Ruangan yang di pakainya masih terlihat sangat gelap, bahkan jika Arumi lihat sekali lagi, ruangan ini terlalu tertutup hingga tak ada satupun tempat untuk membiarkan cahaya matahari masuk ke dalam ruangan.
Arumi mengambil ponselnya, menyalakan ponselnya untuk melihat jam yang tertera di layar ponselnya, Arumi bahkan menguap sebentar saat menunggu ponselnya itu menyala.
Jam yang tertera di layar ponselnya sudah menunjukkan jam 5 pagi, dan tentu saja Arumi memilih beranjak ke arah dapur untuk mencari air minum.
Tenggorokannya terasa sejuk setelah berhasil meminum air dingin yang tersedia di dalam kulkas yang cukup besar itu, bukan hanya air dingin, bahkan berbagai macam minuman dan camilan pun lengkap di dalamnya, belum lagi dengan berbagai sayuran dan juga telur yang tertata rapi di dalamnya.
Arumi menoleh ke belakang, apa laki-laki semalam memang menetap di kamar ini? Hingga semua kebutuhannya sangat lengkap di dalam kulkasnya itu.
Arumi mengambil telur dan juga sosis kemasan yang tersedia, setidaknya Arumi tahu caranya balas budi, jika semalam dirinya sudah tak tahu malu menumpang tidur tanpa bilang pada pemiliknya, tentu saja Arumi bisa menggantinya dengan sarapan kecil yang biasa ia siapkan. Arumi mengambil teflon dan memberikan sedikit minyak yang ada di sekitarnya, Arumi memilih membuat omelette dengan campuran sosis sebagai pelengkapnya dan tentu saja Arumi cukup mahir dalam membuatnya.
Tatapan mata Arumi tertuju pada sepiring omelette telur yang ada di depannya, meskipun tampilannya sedikit berantakan tetap saja rasanya tak perlu di ragukan lagi. Arumi berjalan ke arah meja makan yang ada di dekat dapur, meletakkan piring itu di atas meja dan tersenyum tipis. Matanya berputar ke sana ke mari untuk mencari sesuatu yang bisa ia tinggalkan bersama dengan sarapan yang sudah di buatnya, hingga akhirnya Arumi tak sengaja melihat spidol yang ada di atas kulkas. Arumi mengambil sedikit sayuran berdaun lebar, dan langsung saja Arumi meninggalkan pesan di atas daun yang tadi di ambilnya, pesan berisi ucapan terima kasih tentu saja sudah cukup.
Arumi berjalan keluar dari dapur, meninggalkan makanan serta daun yang menjadi sarana yang ia gunakan untuk menyampaikan pesan di atas meja, Arumi merogoh saku celananya membuka pintu kamar dengan gerakan sangat pelan, dan tentu saja Arumi langsung berjalan meninggalkan kamar dan berniat untuk pulang ke rumahnya yang baru, rumah yang di siapkan keluarga Chandra sebagai hadiah pernikahan.
Arumi mengambil ponselnya dan keluar dari kamar hotel dengan langkah lebarnya, Arumi terus melangkahkan kakinya tanpa berniat untuk penasaran apakah suaminya itu sudah pulang atau belum, dan tentu saja Arumi terus melangkahkan kakinya ke arah lift yang tersedia, hingga akhirnya Arumi berhasil masuk ke dalam lift dan menatap ke arah cleaning servis yang ada di dalam lift yang sama dengannya.
"Kenapa berbalik?" Tanya Arumi dengan menyandarkan tubuhnya ke dinding lift, menatap ke arah cleaning servis wanita yang baru saja kembali masuk ke dalam lift setelah melihat dirinya.
"Saya nggak berani Bu, maafkan saya, saya nggak akan mengulangi kesalahan seperti ini lagi."
Jawaban dari gadis yang baru saja menjatuhkan dirinya di depannya tentu saja membuat Arumi menggeleng pelan dan membantu gadis itu berdiri.
"Kalau gitu, jangan sebarkan kalau aku menginap di kamar yang tadi kamu lihat." Kata Arumi seraya menepuk pelan bahu gadis itu dan tersenyum tipis.
"Saya janji, nggak akan pernah membocorkan hubungan anda dengan atasan saya." Jawab gadis itu yang tentu saja membuat Arumi cukup tercengang saat mendengarnya.
"Itu ruangan pemilik hotel?" Tanya Arumi yang langsung saja membuat gadis itu mengangguk mengerti.
Arumi menghela nafasnya berat, dirinya benar-benar tak bisa jauh-jauh dari masalah seperti ini, jika saja Arumi tahu itu ruangan pemilik hotel tentu saja Arumi tak akan pernah berani tidur di kamar laki-laki itu.
"Jika berita ini menyebar, kamu orang pertama yang akan saya cari." Kata Arumi masih mencoba bersikap tenang, jika melihat wanita itu takut padanya tentu saja Arumi bisa menebak jika gadis itu tak tahu kalau dirinya semalam baru saja menikah dengan pria lain, dan tiba-tiba saja paginya bangun dari kamar pemilik hotel, bukankah semua itu terdengar sangat lucu?
Arumi melangkahkan kakinya keluar dari lift saat melihat lift sudah terbuka, ketukan sendal hotel tentu saja tak terdengar, tapi cukup nyaman untuk di pakainya, daripada harus memakai heels yang berkali-kali melukai kakinya dengan sangat kejam.
Ponsel Arumi berdering cukup nyaring, hingga akhirnya Arumi merogoh celananya dan mengambil ponselnya, sedikit jengah saat melihat nomor yang tertera di layar ponselnya.
"Hm?" Suara Arumi yang terdengar untuk menyapa sang penelepon tentu saja membuat seseorang di sebrang sana hanya bisa menghela nafasnya berat, tak tahu lagi harus seperti apa untuk menghadapi wanita seperti Arumi itu.
"Di mana? Aku sudah sampai rumah tapi kamu tidak ada." Suara Chandra seperti sebuah ledakan bagi Arumi, sangat menjengkelkan.
"Di hotel, suruh supir untuk menjemput." Jawab Arumi seraya mematikan ponselnya dengan kesal.
Chandra hanya bisa menghela nafasnya pasrah, ia tahu mencintai wanita dingin dan tak memiliki perasaan adalah hal yang buruk, tapi bahkan sampai sekarangpun Chandra masih tak bisa merelakan wanita itu pergi dari sisinya, dan untuk wanita peliharaannya? Tentu saja Chandra tak berminat untuk terus berhubungan dengan mereka.
Chandra berjalan keluar rumah dengan membawa kunci mobilnya, tentu saja dirinya harus menjadi supir Arumi jika ingin membuat wanita itu tertarik padanya, meskipun peluangnya sangat sedikit tetap saja Chandra harus memperjuangkannya.
Mobil yang di tumpangi Chandra melesat dengan sangat cepat, meninggalkan debu yang berterbangan bebas di belakangnya.
Arumi duduk di depan hotel dengan tenang, ingatannya berputar pada saat dirinya masih sangat muda, saat dirinya mulai tumbuh bersama dengan suaminya itu, dan tentu saja Chandra sudah seperti Abang untuknya, hingga pandangannya pada Chandra berubah saat melihat laki-laki itu bermain-main dengan berbagai wanita, dan Arumi tak bisa lagi mengagumi laki-laki yang bahkan tak mampu menahan nafsunya sendiri.
Hubungan Arumi dan Chandra mulai memburuk saat itu juga, Arumi mulai menghindari Chandra dengan memilih kuliah di luar negeri, membiarkan Chandra kuliah di negaranya sendiri yang juga menjadi tanah kelahirannya.
Meskipun sesekali Chandra akan mengunjunginya tetap saja sikap Arumi sudah mulai berubah dingin dan sangat sulit untuk di sentuh, berkali-kali Arumi mendapatkan ungkapan cinta dari Chandra tapi saat mengingat semua kelakuan Chandra Arumi benar-benar tak bisa menerima semua itu, hingga Arumi memilih acuh pada laki-laki itu. Dan semua itu berakhir saat orang tuanya meninggal dan meninggalkan semua harta warisannya untuk dirinya, bukan hanya itu, Arumi juga semakin hancur saat membaca wasiat ayahnya yang meminta dirinya untuk menikah dengan Chandra, bahkan di dalam surat itu, ayahnya pun mengungkapkan bagaimana baiknya seorang Chandra. Tapi Arumi sudah tahu semuanya dan memilih untuk menuruti permintaan ayahnya dan mengabaikan perasaannya dengan bersikap dingin pada Chandra.
Tbc