Suara klakson mobil yang terdengar membuat Arumi menatap ke arah mobil bagus yang sudah berhenti di depannya, Arumi memilih berdiri dan menatap kesal ke arah laki-laki yang ada di belakang kemudi.
Arumi membuka pintu belakang mobil dan masuk ke dalam, jangan salahkan Arumi, bukankah Arumi sudah menyuruh laki-laki itu untuk mengirim supir? Dan kenapa juga laki-laki itu datang sendiri dan membuat suasana hatinya semakin memburuk?
"Rum, karena kita masih memiliki waktu cuti 6 hari, kamu nggak mau pergi ke mana-mana?" Tanya Chandra seraya menjalankan mobilnya dengan kecepatan rendah, tatapannya pun sesekali menatap ke arah kaca yang ada di depannya, di mana di kaca itu Chandra bisa melihat Arumi yang terlihat memejamkan matanya cukup erat.
"Percepat saja bang, aku ngantuk." Kata Arumi yang langsung saja membuat Chandra terdiam.
Benar, Arumi memang sering memanggilnya Abang, tapi bukankah seharusnya panggilan itu sudah berubah?
"Rum, kita sudah menikah." Kata Chandra yang langsung saja membuat Arumi membuka matanya dengan sedikit kesal.
"Kalau gitu ayo cerai, kamu tahu kan? Aku tak pernah suka berbagi, dan jika kamu memang mencintai berbagai lubang lakukan saja dan jangan pernah menggangguku." Kata Arumi dengan nada yang meninggi, Arumi benar-benar tak menyukai pernikahan itu dan kenapa juga dirinya harus pura-pura bahagia? Dan untuk apa juga dirinya harus bertahan?
"Aku cinta sama kamu, aku tak akan pernah menceraikan kamu." Balasan yang terdengar dari bibir Chandra tentu saja membuat Arumi terdiam dan menghela nafasnya pasrah.
"Kalau gitu jangan coba-coba ganggu Arumi, Arumi akan diam dan jadi istri yang baik di depan umum jika kamu juga bisa di ajak kerja sama." Kata Arumi kembali memejamkan matanya, membiarkan Chandra terdiam di tempatnya dengan perasaan yang tak karuan.
Jika saja Chandra bisa kembali ke masa lalu, maka Chandra akan memilih untuk menghindari hal-hal yang sangat di benci oleh Arumi, tapi saat ini dirinya tak bisa mundur lagi, dirinya sudah terlanjur kecanduan hingga rasanya tak akan pernah bisa berhenti dan tentu saja Chandra tak akan pernah membiarkan wanita manapun mengandung anaknya meskipun dirinya terus bermain-main bersama mereka.
Setelah beberapa waktu, mobil pun berhenti di pelataran rumah yang terlihat sangat luas, bahkan jarak gerbang dan pintu juga sangat jauh, jika jalan kaki bisa menghabiskan waktu 10 menit agar sampai di depan pintu.
Chandra melirik kaca yang ada di depannya, menatap ke arah Arumi yang membuka matanya dan langsung saja berniat untuk turun tanpa berpikir untuk mengucapkan terima kasih padanya.
Chandra pun memilih mengikuti langkah Arumi dari belakang, melemparkan kunci mobilnya ke arah satpam yang ada di depan pintu, tanpa berkata apapun satpam akan tahu apa yang harus di lakukannya.
Arumi berjalan masuk ke dalam rumah dan melepas sendalnya dengan asal, membuat beberapa pelayan rumah segera keluar dan menyambut kedatangan Arumi dan Chandra.
Langkah Arumi terhenti, menatap ke arah barisan para pelayan yang mengenakan pakaian seragam berwarna coklat muda itu, Arumi mulai menghitung pelayan yang ada di depannya dengan tatapan matanya.
"Setengah dari kalian ikut aku ke atas untuk memindahkan barang-barangku dari kamar utama." Kata Arumi seraya kembali melangkahkan kakinya ke arah tangga.
Semua pelayan menatap ke arah Chandra yang hanya bisa menghela nafasnya saja, dan tentu saja Chandra memilih untuk mengangguk, toh selama ini keduanya memang tidur terpisah di dalam kamar yang sama, karena di dalamnya ada dua ranjang untuk di pakai perorangan.
Iya, sebenarnya keduanya sudah menikah di hari kepergian keluarga Arumi, hanya saja keduanya baru saja menggelar resepsi pernikahannya kemarin dan tentu saja sangat meriah.
Seperti yang di katakan oleh Arumi, setengah dari pelayan itu berjalan menaiki tangga untuk mengikuti langkah Arumi dan tentu saja membantu nyonyanya itu untuk memindahkan semua barangnya dari kamar utama.
Arumi membuka almari pakaiannya, dan menoleh ke arah pelayan yang tadi mengikutinya.
"Ambil semua dan cuci, setelah bersih bawa ke kamarku yang ada di bawah. Aku akan memakai kamar tamu." Perintah Arumi yang tentu saja di turuti oleh para pelayannya.
Arumi mengambil salah satu baju untuk di pakainya dan tentu saja saat Arumi ingin berjalan ke kamar mandi, Arumi tak sengaja melihat wajah salah satu pelayanannya terlihat sangat pucat.
"Kamu sakit?" Tanya Arumi yang langsung saja membuat para pelayan terdiam dan menatap ke arah satu pelayan yang di tunjuk oleh Arumi.
"Sana istirahat, jika perlu pergi ke dokter untuk berobat, aku tak bisa memanggilkan dokter pribadi ke sini, dan minta pada pak memang untuk mengantarkan mu ke rumah sakit," kata Arumi seraya berbalik dan mengambil dompetnya yang tadi ia letakkan di dalam almari, Arumi mengambil dua lembar uang seratus ribuan dan mengarahkannya ke arah pelayan yang terlihat sakit itu.
"Tak perlu nyonya, saya tak berani menerimanya." Kata pelayan itu seraya menundukkan kepalanya, tentu saja tak akan ada yang berani pada Arumi, jika tuan pemilik rumah saja tak berani menyinggung Arumi, tentu saja pelayan lainnya tak akan berani.
"Kalau menolak kamu bisa membereskan barang-barang mu, aku tak menerima pelayan yang suka membangkang." Kata Arumi yang langsung saja membuat wanita itu mendongakkan kepalanya dan menerima uang dari Arumi dan tentu saja mengucapkan terima kasih dengan sangat berlebihan.
Arumi berjalan ke arah kamar mandi, meninggalkan semua pelayan yang masih diam di depan almari pakaiannya.
"Sudah sana pergi, jangan menyinggung nyonya lagi." Kata salah satu pelayan pada wanita yang pucat itu.
Wanita itu pun menundukkan kepalanya dan meminta maaf pada teman-temannya karena tak bisa ikut andil dalam melayani nyonya itu.
Yang lainnya pun kembali meneruskan tugasnya, beberapa membawa semua baju Arumi dan mencucinya dan beberapa orang lainnya mengambil semua sepatu Arumi untuk di pindahkan, bukan hanya itu saja, semua perhiasan pun juga mereka bereskan dengan sangat hati-hati.
Chandra duduk di atas sofa dengan cangkir teh yang ada di tangannya, matanya beralih menatap ke arah beberapa pelayan yang turun dengan membawa barang-barang Arumi dan memindahkannya di kamar bawah.
"Ambilkan ku sarapan." Kata Chandra memerintahkan pelayan yang sedari tadi berdiri di sampingnya dan tentu saja pelayan itu langsung setuju dan menundukkan badannya untuk undur diri dan melaksanakan tugasnya.
"Jangan sampai berantakan, tata yang rapi jika ada satu saja barang yang rusak kalian rasakan akibatnya nanti." Suara intrupsi dari Chandra tentu saja membuat langkah para pelayan semakin pelan, takut jika membuat kesalahan dan membuat barang-barang nyonyanya rusak.
Chandra pun kembali menyeruput tehnya dengan pelan sambil menikmati harumnya teh yang saat ini sedang di nikmatinya, dan tentu saja Chandra sudah terbiasa dengan wangi teh yang di minumnya saat ini.
"Oh ya, tinggalkan satu pakaian Arumi di kamarku." Kata Chandra yang langsung saja membuat para pelayan menghentikan langkahnya, menoleh ke arah pelayan lain yang memiliki tugas untuk mengangkut pakaian Arumi.
"Jangan dengarkan, lakukan saja pekerjaan kalian." Kata Arumi yang tentu saja terdengar sangat menggema.
Chandra mendongakkan kepalanya, dan menatap ke arah Arumi yang berjalan menuruni tangga dengan wajah polosnya tanpa riasan, dan wajah itu sudah sering sekali Chandra lihat.
"Tolong bawakan sarapan juga untuk nyonya." Suara Chandra yang menginterupsi tentu saja membuat para pelayan yang berada di bagian dapur menurut.
"Tak perlu, aku akan mengambilnya sendiri." Kata Arumi yang terdengar tentu saja membuat para pelayan diam dan terus memperhatikan aura tak bersahabat dari kedua majikannya itu.
"Jangan terus merepotkan pelayan, kamu kira mereka boneka?" Kata Arumi pelan dan menatap datar ke arah Chandra yang masih terdiam di tempatnya.
Tbc