Chereads / DADY / Chapter 30 - MASALAH 2

Chapter 30 - MASALAH 2

"Plis tante, om, jangan ganggu kehidupan hanny lagi."

Hanny memberikan tas beserta isinya. Tapi mereka tak juga pergi. Ketika hanny ingin berteriak, tantenya membekap hanny.

"Jangan berteriak atau tante bisa tekan perut kamu hanny." kata sang tante. Hanny pasrah.

Rafael ada dijalanan, dia menyuruh supirnya untukĀ  mengendarai mobilnya secepat mungkin. Rafael mendengar semua percakapan hanny dan tantennya. Rafael bersumpah kalau dia akan membunuh orang-orang itu kalau dia bertemu.

Rafael makin meminta supirnya untuk melajukan mobilnya dengan kencang. Melewati jalanan kota.

Sesampainya didepan super market tempat hanny belanja, rafael meninggalkan mobilnya disembarang tempat. Rafael bergegas masuk. Dia melihat ponselnya, tempat hanny berada. Rafael melangkah cepat menuju tempat hanny.

"Tante, tante sama om, sama airin mau apalagi?" tanya hanny sudah menangis ketakutan dan memegangi perutnya yang ikut tegang.

"Banyaklah. Kamu kan udah numpang hidup sama kita." kata tante hanny.

"Masak kamu lupa sih hann, keponakan durhaka kamu." imbuh airin.

Rafael melihatny, bagaiamana wanitanya menangis. Rafael langsung menarik kerah baju tante hanny yang mengusap perut hanny.

"Jangan sentuh istri saya." rafael langsung menarik hanny dalam pelukannya. Hanny menangis ketakutan memeluk rafael.

"Wihh. Suaminya dateng." kata om hanny yang berhadapan dengan rafael kali ini.

"Minta duit dong, yang banyak. Rumah sama yang lain. Istri kamu itu masih hidup karena kita." kata om hanny tanpa malu.

"Berapa biar kalian gak pernah muncul dan ganggu istri saya lagi?" kata rafael. Hanny sudah tak bisa mendengarkan perdebatan rafael dan omnya.

Hanny terlalu sakit merasakan perutnya. Tapi dia tak bisa mengadu. Rafael memberikan kartu namanya.

"Datang kesana. Saya urus semuanya." kata rafael.

"Makasih sayang. Suami kamu baik loh." om hanny langsung mengambil kartu nama rafael.

"Bye hanny." airin melambaikan tangan dengan senang pada hanny.

"Makasih ya keponakan tante tersayang." tante hanny kembali ingin membelai wajah hanny yang bersembunyi dibelakanh tubuh rafael yang kekar dan tinggi. Tapi rafael langsung menepis tangan tante hanny.

"Saya bilang gak usah pegang-pegang dan ganggu istri saya lagi." rafael memperingati tantenya.

"Ok." tante hanny, om hanny dan airin langsung pergi.

"Kak.."

Bisma baru saja selesai dari kamar mandi. Sejak tadi bisma mencari hanny dan baru menemukan hanny ketika hanny sudah menangis ketakutan..

"Kak, kak hanny kenapa?" tanya taehyung mendekatinya.

"Sayang, gak papa mereka sudah pergi." rafael langsung berbalik dan memeluk hanny untuk menenangkannya. Hanny hanya menangis dalam pelukan rafael.

"Bis, kenapa ditinggal?" rafael melirik bisma.

"Sorry kak." bisma juga sangat menyesal.

"Arghh... Sakit raff." hanny kesakitan meremas perutnya.

Rafael dan bisma khawatir. Mereka langsung menatap hanny. Keduanya melirik kearea bawah hanny. Hanny yang memakai dres hamil selutut dan celana pendek yang tak kelihatan. Terlihat darah segar yang mengalir disepanjang kaki hanny.

"Kak, darah." kata bisma menunjuk darah di kaki hanny.

Rafael langsung menggendong hanny dan membawanya ke mobil. Rafael meminta bisma ikut, dia duduk disamping supir, rafael langsung memerintahkan supirnya menunju rumah sakit. Sepanjang jalan hanny hanya menangis karena kesakitan..

"Mama kak, kabarin mama.." kata bisma yang berusaha tetap fokus menyetir.

"Iya bis."

Bisma langsung mengambil ponselnya dan mengabari mamanya.

"Sayang, bertahan ya." rafael tak henti mengusap kepala hanny dan menciuminya. Rafael sangat takut dan khawatir terjadi apa-apa dengan hanny dan bayinya.

*

Mereka sudah sampai disebuah rumah sakit. Bisma turun untuk memanggil perawat. Perawat datang dengan membawa brankar rumah sakit. Rafael menggendong hanny dan menurunkannya di brangkar. Mereka mendorong brangkar hanny menuju ke ruangan ibu hamil.

Dokter yang selalu menangani hanny datang. Sepanjang jalan menuju ruangan hannya terus memekik kesakitan. Tangan rafael tak pernah lepas dari tangan hanny.

"Maaf, anda tidak boleh masuk tuan." kata dokter pada rafael yang ingin masuk ke ruang tindakan.

"Kak hanny pasti baik-baik aja kak." bisma menghentikan rafael yang bersikeras untuk masuk dan menemani hanny.

"Demi keselamatan kak hanny dan bayinya kak."

Rafael pun menyerah. Dia membiarkan dokter unruk membawa hanny masuk ke ruang tindakan. Rafael dan bisma hanya bisa menunggu diluar.

"Raf, gimana hanny?"

Tak lama mama rafael datang. Dia mendekati rafael lalu melihat kedalan ruangan hanny. Mereka sedang melakukan pemeriksaan.

"Semua salah rafael ma." rafael menunduk dan menangis. Mamanya mendekati rafael, mengusap punggungnya dan memeluk hanny.

"Kita doa aja, semoga hanny baik-baik saja." kata mama rafael.

"Bis, kabarin papa." suruh mama rafael pada bisma.

"Iya ma." bisma mengambil ponselnya dan mengabari papanya.

Dokter keluar dari ruangan hanny. Rafael, mamanya dan bisma langsung mendekati dokternya.

"Gimana dok?" tanya rafael.

"Istri anda mengalami pendarahan, bayinya harus dikeluarkan sekarang." kata sang dokter yang membuat hati rafael hancur.

"Tapi semuanya akan baik-baik saja kan dok?" tanya mama rafael. Rafael tak sanggup berkata-kata lagi.

"Kemungkinan salah satu dari mereka tak bisa diselamatkan, nyonya." kata sang dokter yang membuat rafael murka.

Rafael langsung menarik kerah sang dokter perempuan didepannya itu. Mama rafael mencoba menarik rafael untuk melepaskan dokter itu, bisma juga. Papa rafael yang baru datang langsung berlari dan membantu rafael untuk menjauh dari dokter.

"Itu kemungkinan terburuknya tuan. Maaf karena saya tak bisa membohing kalian." dokter itu juga menunduk sedih.

Dokternya meminta seorang suster untuk memberikan sebuah laporan. Dia memberikannya pada rafael.

"Tanda tangani surat operasinya tuan, anda harus memilih siapa yang ingin diprioritaskan untuk diselamatkan." kata sang dokter.

Gila.

Diprioritaskan untuk selamat?

Yaa rafael tak bisa lah memilih salah satunya. Melihat kertas itu saja sudah membuat rafael ketakutan dan rafael harus menandatangi dan memilih diantara keduanya.

"Tolong segera tentukan pilihannya tuan. Istri anda harus cepat ditangani."

Rafael mengambil kertasnya. Dia menatap mama dan papanya, air matanya tak terbendung. Rafael mengambil pulpennya san harus memilih. Walau berat rafael harus memilih.

"Maa.."

Rafael menunjukan kertas dan pilihannya pada sang mama. Mamanya mengangguk, begitu juga papa rafael yang menepuk-nepuk pundaknya untuk menguatkan rafael. Mama rafael menyerahkannya kepada dokter.

Dokter membaca pilihan rafael. "Kami akan berusaha sebaik mungkin." kata sang dokter yang akhirnya masuk kembali ke ruangan hanny.

Operasinya dilakukan. Rafael dan keluarganya menunggu diluar. Rafael tak bisa berhenti menangis selama menunggu.

*

"Aku beneran sayang sama kamu." rafael mendekati hanny yang sedang duduk dan melihat ponselnya. Dimana hanny sedang melihat foto-foto lucu anak kecil.

Rafael mengecup kening hanny. Hanny tersenyum. Rafael lagi-lagi mengecup puncak kepala hanny. Rafael juga mengecup perut buncit hanny.

"Liat, lucu ya. Pasti kalau dia sudah lahir dia selucu mereka." kata hanny menunjukan fotonya pada rafael.

"Lebih lucu dari mereka." rafael kembali mengusap perut hanny dan mengecupnya.

"Sehat-sehat ya sayang didalem, sama mamanya juga. Nanti kita main bertiga." bisiknya diperut hanny. Hanny tersenyum bahagia.