Lian menghentikan langkahnya di suatu tempat. Tempat yang masih berada di dalam area sekolahnya.
"Ma, ayo cepat pindahkan jiwa murni Alka ke aku, Ma! Kita sudah sempat menghapus ingatannya Alka, ini kesempatan kita, Ma!" seru Alva.
"Ya sudah, bawa Alka ke ruangan Mama. Kalau kita beraksi di uks, Mama takut bakal ketahuan sama guru atau murid di sini," cetus Bu Arda Mega.
Lian terhenyak seketika. Ia sangat yakin, jika orang yang tengah tidak sadarkan diri itu, adalah si pemilik suara misterius tadi. Baru sekarang, ia menyadari bahwa, suara misterius itu memang mirip dengan suara Alka.
"Teleportasi! Kita harus pakai teleportasi supaya gak ada yang curiga, Ma!" usul Alva. Bu Arda pun tampak menghela napasnya.
"Ya sudah, kamu pegang tangan Mama, jangan dilepas," titah Bu Arda.
"Oke, Ma," sahut Alva.
Hanya dalam hitungan detik, Alva, Alka, dan Bu Arda, menghilang dari pandangan Lian. Kini, pandangan Lian mulai tertuju ke arah sosok yang terbalut dalam bayangan hitam itu. Perlahan tapi pasti, bayangan hitam itu mulai menampakkan wujud aslinya.
"Akhirnya, sebentar lagi, jiwa murni Alka bakal berpindah ke Alva. Rencana gue berhasil, gak sia-sia gue mati-matian mempengaruhi Alva. Ahh rasain lo, Alka! Salah siapa, lo dulu pernah merebut Lian dari dalam hidup gue!" pekik Andra sembari berjalan meninggalkan tempat itu.
Lian seketika dibuat membeku di tempat. Apa-apaan ini! Kenapa Lian seperti sedang dibawa menjelajah ke dunia kebenaran? Ada banyak sekali hal yang sebelumnya tidak pernah Lian ketahui.
"Alka merebut gue dari Andra? Sejak kapan? Kenal Andra aja baru di dunia perkuliahan, kenapa Andra di masa SMP bilang kalau Alka sudah merebut gue darinya?" keluh Lian sembari mengacak rambutnya.
"Apa yang sebenarnya terjadi? Apa jangan-jangan, gue pernah bereinkarnasi? Arrghh, masa iya sih! Itu kan cuma ada di film-film yang gue tonton, masa jadi nyata sih!" keluh Lian.
Secara tiba-tiba, tubuh Lian kembali tertarik ke dalam sebuah portal berwarna putih. Lian pasrah, tubuhnya akan dibawa ke mana.
SLASH!
Lian mengerjapkan kedua matanya. Tanpa pikir panjang, ia segera menyenderkan kepalanya di dinding. Napasnya terengah-engah, seperti telah mengikuti perlombaan lari maraton.
"Kenapa gue kembali memimpikan hal itu?" Lian menghela napasnya.
"Bukannya itu yang gue lihat pada waktu di bukit berlian? Hanya saja, kali ini, gue benar-benar bisa melihat wujud asli bayangan hitam itu," cetus Lian.
"Apa bayangan hitam itu benar-benar Andra? Kalau iya, siapa Andra sebenarnya? Apa Andra juga penyihir seperti Alka, gue, dan Sabel?" tanya Lian pada benaknya.
Lian mengembuskan napasnya berat. Sementara matanya, mulai melirik ke arah jam kecil yang ada di atas nakas. Mata Lian langsung membulat sempurna ketika melihat jam yang ditunjukkan oleh jam mini di kamarnya itu.
"Astaga, gue kan harus jenguk Alka! Kalau nanti-nanti, bisa-bisa, Alka sudah tidak boleh lagi dikunjungi. Ah, gue harus cepat-cepat!" pekik Lian.
Lian segera melesat ke area kamar mandi. Bagaimanapun juga, ia harus mandi, agar tubuhnya tetap berbau wangi.
***
Saat tengah asyik menapaki koridor, tiba-tiba saja, ada seseorang yang berdiri di hadapannya. Langsung saja, kedua mata Lian membelalak lebar. Tanpa pikir panjang, Lian berjalan mundur sekitar lima langkah kaki.
"Apa kabar, Lian?" tanya nenek tua yang akrab dipanggil Dayang Kalbu itu.
"Aishh, Nenek! Ngagetin aja sih! Bisa gak, kalau muncul gak usah tepat di depan orang yang lagi jalan kaki? Bikin jantungan tahu gak, Nek? Lian kira, tadi Nenek hantu tahu!" keluh Lian. Terdengar kekehan pelan dari nenek tua itu.
"Hahaha, maaf, habisnya tadi Nenek mau muncul di kamarnya Alka, tetapi di sana lagi banyak orang," ucap nenek tua itu. Lian seketika mengernyitkan dahinya.
"Banyak orang? Ada yang lagi jenguk Alka ya, Nek?" tanya Lian bingung.
"Oh iya, Nenek mau kasih ini, berlian hitam yang kalian cari kemarin, ketinggalan di rumahnya Nenek," ujar nenek tua itu. Mendengar hal itu, Lian pun langsung menepuk dahinya.
"Oh iya, tujuan gue ke bukit berlian dulu kan buat ngambil berlian hitam! Kenapa berlian hitamnya malah gue tinggal?!" rutuk Lian.
"Aduh, Nek, makasih ya. Maaf, Lian lupa hehehe," cetus Lian sembari menerima uluran berlian yang diberikan oleh nenek tua itu.
"Kasihan sekali, masih muda sudah pelupa," cibir si nenek tua.
"Ya maklumlah, Nek, namanya juga manusia. Kalau lupa mah wajar," ceplos Lian.
"Ya sudah, kalau begitu, Nenek pergi dulu ya! Salam buat Alka!" Nenek tua itu seketika menghilang dari pandangan Lian.
"Woahh, tadi Kakak habis berbicara dengan hantu ya, Kak? Kakak hebat!" seru anak kecil yang entah sejak kapan berada di samping Lian. Mendengar hal itu, Lian pun langsung berjongkok di hadapan anak kecil itu.
"Iya, sssttt jangan bilang siapa-siapa ya! Ini, rahasia kita berdua," ucap Lian sembari meletakkan jari telunjuknya di depan bibir. Mata anak kecil itu seketika membulat lebar.
"Woaahhh Mama! Aku tadi lihat hantu! Yeaahhh, akhirnya aku bisa lihat hantu, Mama!" pekik anak kecil itu dengan suara nyaring.
Lian bisa melihat bahwa anak kecil itu mulai memeluk tubuh wanita yang lebih dewasa. Lian sangat yakin, bahwa wanita itu adalah ibu dari anak kecil itu.
"Hush, jangan berisik, makanya jangan suka baca cerita yang seram-seram, biar gak lihat hantu!" seru ibunya si kecil.
Lian hanya bisa menghela napasnya. Kenapa susah sekali, mengajak anak kecil menyimpan sebuah rahasia? Untung saja, Lian tidak mengungkap identitas asli nenek tua itu, jika iya, pasti bakalan lebih heboh.
Lian memutuskan berjalan melewati ibu dan anak kecil itu. Anak kecil itu tampak melambaikan tangannya ke arah Lian dengan wajah yang terlampau girang.
Singkat cerita, Lian telah berdiri di depan pintu ruang rawat Alka. Perlahan, Lian mulai membuka pintu itu dengan gerakan yang sangat pelan. Ia sedikit terkejut ketika melihat kehadiran Feli dan Andra. Mereka seperti tengah terlibat dalam pembicaraan yang asyik, maka dari itu, Lian hanya mendengarkannya dari ambang pintu.
Flashback off.
***
"Kenapa lo bawa berlian hitamnya? Emangnya lo mau kehilangan gue?" Alka menatap Lian dengan pandangan tidak suka.
Lian baru ingat, jika tujuannya mencari berlian hitam itu untuk mempersatukan Alka dengan mantan pacarnya. Lian menghela napasnya, tiba-tiba saja, ia merutuki kebodohannya.
"Ya gak papa, gue kan mencoba bersikap profesional. Waktu itu, gue pernah bikin kesalahan, karena menjual berlian dengan ramuan yang salah, sekarang, gue mau menebus kesalahan itu," cetus Lian sembari mengulas senyumnya.
"Udahlah, gue dah gak butuh berlian hitam. Gue gak mau balik ke seseorang yang udah jelas-jelas menyelingkuhi gue," keluh Alka sembari menjauhkan tangan kanan Lian yang tengah menggenggam berlian hitam tersebut.
"Alka, lo gak boleh egois. Lo mau, mantan pacar lo itu, selamanya hidup dalam pengaruh sihir berlian gue?" Lian menaikkan sebelah alisnya.
"Lo harus menyelesaikan semuanya. Gue sebagai pemilik toko, ingin meminta maaf sebesar-besarnya ke elo," cetus Lian sembari menundukkan tubuhnya.