Chereads / Laboratory Doctor and Activist / Chapter 41 - Plot Twist

Chapter 41 - Plot Twist

Adri berhenti dari aktivitas makannya setelah mendengar kalimat Adam barusan. Kaget? Tentu saja.

"Kenapa Lo bisa bilang begitu?" tanya Adri tajam. Ekspresinya berubah seratus delapan puluh derajat. Tidak tidak, Adri tidak marah, Ia hanya penasaran kenapa Adam sampai bisa berkata begitu.

"Lo ada kesel atau marah gak pas Gue ngomong gitu?"

"Jelas ada."

Adam menghela nafas berat, "Gini Dri, Gue pernah ada di posisi Lo. Setau Gue itu gak mudah, apalagi Lo mengiringi rasa kagum Lo ke Haikal dengan ambisius. Lo sendiri yang bilang secara gak langsung, Haikal yang bikin Lo sampe jadi mapres, dan literally berprestasi."

Adri masih terdiam, sesekali menelan salivanya, masih menunggu Adam menuntaskan kalimatnya.

"Gue gak tau apa alasan Lo pas cerita, Lo tiba-tiba mau berhenti ambisius buat Haikal. Saat itu logika Gue cuma bilang, itu karena Haikal pergi ke Jerman, lalu Lo menganggap itu kesempatan buat lupain dia. Tapi sekarang dia balik Dri, Gue yakin Lo masih ada perasaan ke dia, Lo belum selesai."

"Gue gak bermaksud memprovokasi, cuma gak mau Lo harus merasa gak nyaman sama Januar. Gue juga paham, Haikal gak tau apa-apa, dia cuma senior yang paling deket sama Lo, sama kayak Gue."

"Gue juga kenal sama Lo, terlebih Januar. Gue gak mau kalian berdua harus ada di hubungan yang sebenernya gak cocok," final Adam.

Adri menghela nafas berat dan mengangguk, "Kenapa Lo harus buat Gue overthinking pas pikiran Gue lagi tenang?" tanyanya.

Adam menatapnya serius, menunggu Adri melanjutkan.

"The thing is, Gue berusaha mati matian buat gak mikir soal itu. Dengan harapan adanya Januar itu membawa Gue keluar dari zona toksik itu."

"Kalo Lo mau tau, apa alasan Gue mau berhenti ngejer Haikal, itu karena Gue ngalamin krisis identitas. Gue udah merasa Gue gak menjadi diri Gue sendiri, meskipun tadi ... dengan posisi dan pencapaian Gue yang gak seberapa ini. Gue udah capek overthinking dan blindly competitive sama dia yang Gue gak bisa baca, apakah one day dia bakal ngeliat Gue sebagai ... wanita? Atau enggak."

Adri menelan salivanya, "Lo tau istilah psikologi namanya 'Good Girl Syndrome'?" tanya Adri. Adam menggelang.

"Itu kondisi Gue saat itu. Kondisinya Gue selalu berusaha build image yang bagus, menyenangkan banyak orang, membuat orang terkesan, dan perfeksionis. Dan itu ... ditujukan semua buat Haikal, bukan buat Gue."

Adam mengangguk paham.

"Sekarang kalo Lo bilang Gue belum selesai sama Haikal ... bisa jadi iya. Proses itu gak instan, Bang Adam. Tapi yang jelas, Gue selalu berusaha, dan menghargai Januar karena Gue udah punya komitmen sama dia," finalnya.

Adam tersenyum simpul, "Oke. Apa sekarang Lo marah sama Gue karena nanya gini ke Lo?" tanyanya.

Adri menggeleng, "Enggak. Gue cuma kaget. Gimanapun juga, pertanyaan Lo mempertegas sesuatu ke Gue," ujarnya.

"Bener kata orang, hubungan yang sehat membuat orang semakin bijaksana. Itu yang Gue lihat dari Lo dan Januar. Pertahankan," ujar Adam.

"Soal Haikal, lebih baik jangan mikirin dia. Dia udah sama orang lain," lanjutnya.

Adri menelan salivanya, namun berusaha tenang, "Oh ya? Sama siapa dan sejak kapan?" tanyanya.

"Kok kepo sih?"

Adri berdecak jengkel, "Nanya aja gak boleh emang?"

Adam terkekeh geli, "Boleh kok, boleh banget. Lo bakal kaget sih kayaknya."

"Siapa sih?" tanya Adri semakin penasaran sekaligus deg-degan. Inilah momen yang ditunggu Adri, momen dimana Ia mengetahui bahwa Haika, senior yang dikaguminya sejak lama itu menjalin hubungan dengan orang lain. Dengan begitu, Adri dapat hidup tenang karena tidak lagi berharap.

"Renatta," ujar Adam datar.

Adri membulatkan matanya sempurna, menegakkan tubuhnya, menatap Adam tidak percaya, sementara pria itu melihat ke arah lain tak acuh.

"Bang, terus ... Lo ... gak gak, Lo pasti kenapa-kenapa."

Adri mendadak menjadi panik dan khawatir. Pasalnya, Adam tidak pernah cerita bagaimana kelanjutan cerita bahwa Ia menyukai seseorang selama kurang lebih sembilan tahun dan mereka terjebak friendzone. Terkejutnya Adri, jika perempuan yang disukai Adam itu adalah Renatta, dan sekarang Ia bersama Haikal, pria yang dikaguminya sejak lama. Apakah ini saatnya Adri mengatakan kalau dunia sedang bercanda?

"Ceritain deh, gimana, sorry kalo Gue heboh, tapi ini plot twist ya anjir. Kenapa tiba-tiba ... sama Haikal?" ujar Adri dramatis.

Adam tersenyum simpul, "Gue juga gak ngerti Dri."

"Gue inget waktu itu Haikal ditanya pas baru balik dari Jerman soal itu, dan dia bilang dia lagi nunggu seseorang di Indo. Jujur, Gue sempet ngira itu Lo, dan Gue gak enak sama Januar yang ada disitu. Ternyata ... itu Renatta, haha. Lucu emang," ujarnya.

"Pas Haikal balik dari Jerman? Baru-baru ini?"

"Ketauannya. Aslinya udah setahun lebih mereka bareng. Renatta sendiri yang cerita ke Gue pas Gue desak buat ngomong," ujar Adam.

Adri menggelengkan kepalanya, "Jangan bilang Lo ngilang seminggu karena escape masalah ini?"

"Bisa jadi. Sekalian. Sejauh ini Gue cuma bisa ngalihin masalah itu ke kerjaan, atau ngobrol bareng sama yang ngerti, kayak Lo gini."

"Gue gak bisa berkomentar banyak, cuma kalo Lo butuh temen buat cerita, Gue pasti dengerin, walaupun gak bisa ngasih solusi bagus," ujar Adri menyemangati, Ia menepuk bahu Adam pelan.

"Thanks Dri. Karena itu juga Gue nanya ke Lo. Jangan sampe Lo tau nanti nanti."

Adri mengangguk, "Iya, makasih Bang. Gue udah semakin yakin sekarang," ujarnya.

Suasananya tiba-tiba menjadi hening. Kedua orang itu sibuk dengan pikirannya masing-masing. Tak lama kemudian, ponsel Adri berdering tanda panggilan masuk.

Darren Januar W is calling ...

"Panjang umur dia," ujar Adri.

"Siapa?"

"Januar. Bentar ya Bang," ujarnya yang diangguki Adam.

"Halo Jan?"

"..."

"Di PVJ ini sama Bang Adam abis beli buku. Kenapa?"

"..."

"A-apa? Oke oke, sekarang kamu dimana?" ujar Adri tiba-tiba menjadi panik, sesekali Ia melirik Adam yang juga ikut bingung.

"..."

"Oke, Aku kesana sekarang."

Sambungan telepon itu kemudian dimatikan. Adri kemudian bangkit dari tempatnya, mengambil barang-barangnya.

"Kenapa Dri?"

"Bang, plis anterin Gue ke rumah sakit. Theo masuk UGD, kondisinya darurat," ujarnya. Tanpa bertanya lebih lanjut, Adam segera berdiri dan mereka keluar meninggalkan kedai kopi itu. Beberapa menit kemudian, mereka sampai di basement.

"Theo sakit apa Dri?" tanya Adam sembari melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi.

"Dia bukan sakit biasa Bang," ujar Adri masih panik. Nafasnya terdengar tidak normal.

"Maksudnya?"

"Dia self-harm. Temennya Januar yang minta tolong ke Januar pas nemuin dia di kamarnya."