Januar terbangun dari tidurnya waktu dini hari. Biasanya Ia memang terbangun untuk ibadah malam, tapi tidak sepagi ini. Waktu baru menunjukan pukul dua pagi, masih sangat dingun dan sepi. Januar bahkan baru bisa terlelap dua jam lalu. Sepulangnya mengantar Adri, ketua BEM itu justru mendadak membelokan mobilnya kembali ke kampus karena Gandhi mendadak perlu bertemu dengannya.
Januar menggeliat sebentar, dengan pandangan yang sepat dan kabur, Ia meraih ponselnya di meja. Itu kebiasaan buruknya, sulit sekali lepas dari ponsel bahkan disaat istirahat seperti ini.
Suara notifikasi datang beruntun ketika Januar mengaktifkan koneksi internet.
"Siapa ini?" ujarnya dengan nada suara berat. Januar segera memeriksa aplikasi WhatsAppnya.
[WhatsApp]
(Adriana Gerrie)
Januar!
Kamu ngapain posting foto kita berua di IG tanpa bilang?
Malu tau. Nge tag pula.
Aku diroasting orang-orang rumah karena Ibu aktif di IG dan liat postingan kamu Jaann
Januaf tertawa dengan kesadaran minimumnya.
"Ya Allah Adri ..." ujarnya sambil tertawa dan mengucek-ngucek matanya.
"Kayaknya ibunya Adri ini gokil banget hahaha," lanjutnya.
"Harus Gue bales apa ini,"
Namun alih-alih membalas pesan yang dikirimkan padanya tiga jam lalu, Januar malah membuka instagramnya.
"Hah?" pekiknya sambil mendudukan diri. Ia terkejut melihat seseorang yang baru saja mengikuti dan menulis sesuatu di kolom komentar postingan fotonya dengan Adri.
Januar menggelengkan kepalanya tidak percaya, "Asli gokil banget ibunya Adri," ujarnya setelah membaca komentar akun ibu-ibu itu.
"Anak Saya cantik juga ya di foto ini, hehe," begitulah komentar Akun yang sudah dipastkan adalah Ibu Adri.
Berbeda dengan orang lain yang mungkin gemetaran ketika di notice oleh 'Calon Mertua', Januar malah tidak kunjung berhenti tertawa. Ia bahkan menenggelamkan wajahnya pada bantal. Dasar pria receh.
"Hadeuh. Gue bales dulu deh ini anaknya bisi ngamuk bahaya," ujarnya.
[WhatsApp]
(Darren Januar W)
Aku gak tau Ibu kamu aktif di IG hahahaha.
Lagian fotonya gak macem-macem kok. Gak ada caption aneh-aneh juga, cuma emotikon senyum
Jangan marah yaa
Aku udah follback Ibu kamu, salam buat beliau
Pesan-pesannya itu langsung terkirim. Apa Adri belum tidur, pikirnya.
Benar saja, tak lama kemudian Adri membalas pesannya.
(Adriana Gerrie)
Jaaann ih
Yang bener aja, malu ini
Januar kembali tertawa membaca pesan itu
(Darren Januar W)
Gak papa, Aku suka upload foto yang bermakna dan berkesan. Kamu beruntung bisa masuk feed IG Aku
(Adriana Gerrie)
Pede banget ya Allah
(Darren Januar W)
Hahaha
Kamu posting juga dong biar kompak
(Adriana Gerrie)
Gak!
(Darren Januar W)
Ayolah, kan foto perdana
(Adriana Gerrie)
G
(Darren Januar W)
:"))
(Adriana Gerrie)
Sok sedih. Alay
(Darren Januar W)
:"((
Kamu kenapa belum tidur? Mau sahur?
(Adriana Gerrie)
Gabisa tidur habis di roasting
Gara gara kamu
(Darren Januar W)
HAHAHAHA
Tidur sanaaa, baru nyampe juga.
(Adriana Gerrie)
Ya
Kamu juga kenapa gak tidur?
(Darren Januar W)
Kebangun, terus buka chat kamu
(Adriana Gerrie)
Tidur lagi sana
Good night. Aku duluan
(Darren Januar W)
You too
Januar kemudian menaruh kembali ponselnya diatas meja. Hatinya menghangat, kantuknya hilang. Hari ini cukup membuatnya berbahagia. Januar akhirnya tidak kembali tidur, Ia lanjut menuju kamar mandi, berwudhu dan shalat malam. Banyak doa yang ingin dipanjatkannya malam itu.
Tentu Januar mendoakan untuk kelancaran open recruitment BEM, semoga dia dipertemukan oleh orang-orang terbaik yang bisa bekerja sama dengannya. Kemudian Ia juga berdoa agar dimudahkan dalam menghadapi tantangan-tantangan kedepan sebagai orang nomor satu di ormawa Fakultas Teknik, mahasiswa biasa, dan anak biasa dari keluarga biasa juga. Januar tidak mengharapkan popularitas, Ia hanya ingin melakukan yang terbaik. Terakhir, soal dirinya dan Adriana, Ia berdoa agar mereka dapat selalu rukun dan mendukung satu sama lain hingga akhir.
****
Akhir pekan telah berlalu, kini kegiatan perkuliahan kembali dimulai seperti biasa. Namun tentu ada yang berbeda di BEM Fakultas teknik. Hari ini adalah penutupan pendaftaran calon pengurus BEM. Karenanya, Januar dan jajaran pimpinan inti berkampanye ke berbagai kelas dan departemen, mengumumkan bahwa siapapun bisa mendaftar langsung on the spot malam ini untuk seleksi berkas dan wawancara sekaligus.
Jam sepuluh pagi ini, adalah bagian Januar, Revitha dan Siska untuk berkeliling. Entah kebetulan atau bagaimana, kelas pertama yang mereka datangi adalah kelas Adri. Mereka masuk setelah dosen selesai mengajar dan keluar kelas.
"Halo, selamat pagi temen-temen semua," sapa Januar melalui mikrofon kelas. Pria itu mengeluarkan senyum politis terbaiknya. Tentu saja itu berhasil memikat beberapa pasang mata kaum hawa, tidak terkecuali Adri yang memang duduk di barisan kedua dari depan.
"Udah pada tau kan ya, hari ini ada wawancara calon pengurus BEM, udah pada daftar belum nih?" tanya Januar seantusias mungkin karena departemen itu terkenal dengan keapatisannya terhadap ormawa seperti kata Jeffrey.
Tiga puluh orang dalam kelas itu kompak menjawab belum. Rasanya Januar mulai mati kutu.
Matanya kemudian melirik Adri sekilas, gadis itu sedang tersenyum ke arahnya. Januar berusaha menahan diri agar tidak terlihat salah tingkah dihadapan puluhan orang ambisius itu.
"Oh gitu. Okedeh gak papa, tapi kalau kalian mau ikut, masih dibuka loh pendaftaran langsung on the spot nya malam ini, di aula mulai jam 7. Kita BEM berharap banget nih buat kontribusi dari Tekpang. Ya kan Rev, Sis?" tanya Januar menghangatkan suasana.
Revitha dan Siska mengangguk.
"Bener banget ya temen-temen. Jadi jangan sungkan-sungkan buat datang, kita nantikan malam ini ya, terimaksih!" tutup Siska. Mereka bertiga kemudian segera pamit keluar bersamaan dengan bubarnya orang-orang di kelas itu.
Adri yang sudah siap dengan barang bawaannya pun segera bergegas keluar.
"Sini Gue bawain," ujar Theo sembari membawakan goodie bag milik Adri yang terlihat berat hingga Ia tampak kesulitan membawanya. Tas itu berisi laporan praktikum satu paralel yang diampunya.
"Jangan berat-berat deh Dri bawaan Lo, beban maksimal 5 kg udah cukup. Kasian nih tangan sama punggung," ceramah Theo sembari mereka berjalan. Pasalnya, Theo yang pria saja tidak pernah membawa banyak barang seperti Adri.
"Iyasih. Tapi ya gimana emang segitu bawaan Gue,"
"Kan bisa dititip di loker HIMA,"
"Gak enak Gue,"
Theo menggelengkan kepalanya, "Yaudah lo gabung di loker Gue aja, kalo butuh tempat buat naro barang bilang ntar Gue kasih kuncinya,"
"Hehe siap Pak Theo, makasih loh," ujar Adri.
"Kita jadi ketemu Pak Ravi langsung kan ini?"
"Iya, kita kosong sampe jam 1,"
"Lo ngasprak atau praktikum?"
"Praktikum Gue, agak berat kayaknya nih,"
"Kenapa emang?"
"Bedah tikus. Evaluasi biologis,"
"Lo takut darah ya? Jijik an pula,"
"Iya makanya,"
"Jangan maksain diri buat nyentuh atau bedah kalo gitu, kasih temen kelompok Lo yang lain"
Adri hanya mengangguk. Ditengah perjalanan menuju ruang profesor mereka, sesorang memanggil Adri dari kejauhan.
"Adri!"
Adri menoleh, "Hah? Kak Haikal?"