"Adeuh ini Ibu Negara FT baru balik, senyam senyum pula," ujar Adam begitu Adri turun dari mobil. Rupanya pria pejuang skripsi itu sedang berada di teras rumah kost lengkap dengan gitar dan kopinya.
"Anak Indie pengagum senja banget emang, ngapain disitu? Kerjain skripsi sana," balas Adri. Ia kemudian menghampiri Adam dan duduk sebentar disana.
"Jangan toksik lah Dri, Gue lagi refreshing ini tuh, nanti dulu lah skripsi mah," kilahnya.
Adri mengangguk terpaksa, "Siap, percaya Gue sama Lo mah, gak akan main-main. Eh btw gimana kerjaan Lo Bang?" tanya Adri. Mendadak saja Ia ingin tahu perihal pekerjaan kakak tingkatnya di Venture Capital, sebuah lembaga pendanaan dan inkubasi start-up. Adam memang memiliki privilege lebih, dan Ia memanfaatkannya untuk menjadi investor start-up anak muda. Bahkan beberapa start-up milik mahasiswa di kampusnya berada dalam pengawasan dan pendanaannya.
"So far so good, cuma ini ada project ya tapi belum ada gitu start-up yang menurut Gue cocok dan bisa Gue invest," jawab Adam.
"Emang project nya apa?"
"Konsumsi dan Produksi Berkelanjutan. Biasalah, rame kan perusahaan baru mengusung konsep SDGs."
Adri mengangguk paham, "Masa sih gak ada yang daftar atau ngajuin dana?"
"Gak tau tuh, padahal menarik kan. Kebanyakan start-up yang masuk inkubator tuh tentang digitalisasi, IT, AI gitu. Kalo project ini deketnya ke pangan dan lingkungan."
"Oh iya, Lo gak ada niatan bikin start-up? Kayaknya Lo bakat deh," ujar Adam tiba-tiba.
Adri menggeleng, "Bakat gimana? Kalo sekedar konsep dan bikin produk sih hayuk aja. Tapi kalo masalah marketing, bisnis, gak bisa Gue."
"Ya makanya Lo ajak orang yang bisa biar Lo gak kerjain semuanya, Dri. Itu gunanya kolaborasi," ujar Adam.
Adri tersenyum terpaksa, "Iya gitu?"
"Iyaa"
"Serius deh kalo Lo bisa, terus bikin tim yang bagus, Gue keep pendanaan Gue buat Lo. Tinggal Lo dan tim aja harus lolos seleksi tahun ini," lanjut Adam.
Adri mengangguk, "Menarik Bang, tapi jangan ngandelin Gue deh," ujarnya.
Adam mengangguk, "Paham sih, tujuan Lo mungkin belum kesitu. Barangkali aja Lo mau mencoba hal baru dan keluar dari comfort zone Lo, start-up ide yang bagus."
"Lagian Lo dikelilingi orang kompeten marketing loh Dri, masa gak tau?"
"Hah? Siapa?"
"Haikal, Januar, Jeffrey, Yola. Mereka tuh jago, di tingkat ormawa mereka."
"Oh gitu, baru tau Gue."
"Iya, pikirin lagi deh siapa tau berminat. Tahun ini pendaftaran inkubasinya dibuka September. Masih lama kan buat siap-siap," ujar Adam antusias.
Adri hanya mengangguk, kemudian berpamitan untuk lanjut ke kamarnya.
"Eh btw, besok pelantikan Bapak Negara, jangan lupa dateng," ujar Adam ketika Adri baru saja jalan beberapa langkah.
"Iya, dah tau Gue."
"Lo mau pake baju apa?" goda Adam, mengingat kembali Adri yang menyesuaikan bajunya menjadi formal saat bertemu Januar pertama kali.
Adri tidak mempedulikan ucapan Adam itu dan langsung saja ke kamarnya.
****
Keesokan harinya, pagi-pagi sekali Januar dan Adam beserta jajaran pengurus BEM dari dua periode itu sudah berkumpul di aula melaksanakan gladi resik pelantikan nanti sore.
Semua orang yang bertugas mulai dari pembawa acara hingga pembawa bendera melaksanakan tugasnya dengan baik. Gladi resik itu berjalan lancar hingga akhirnya mereka harus bubar karena masih ada beberapa perkuliahan hari itu.
"Alumni jadi dateng Bang?" tanya Gandhi pada Haikal ketika mereka berjalan keluar aula bersamaan.
"Jadi, hampir setengahnya loh mereka dateng, salut Gue kompak banget," jawab Haikal.
Januar, Gandhi dan Revitha mengangguk.
"Congrats ya kalian, akhirnya sampe di pimpinan puncak," lanjutnya.
"Eh mohon maaf ya, Gue gak akan selametin Lo pada sebelum demisioner. Kebalik Kal, liat dulu kerjaan mereka nanti. Oke gak? Kalo gak oke jangan diselametin," ujar Adam yang tiba-tiba muncul.
"Ngeri banget Gue sama calon jenderal militer ini," ujar Haikal. Pasalnya kedua orang itu memang berbeda cara kepemimpinan, Haikal yang lebih slow dan merangkul, sementara Adam cenderung keras dan disiplin.
"Insya Allah Bang, kita melakukan yang terbaik," komentar Januar.
"Sip sip. Kalo ada apa-apa, langsung kontak kita. Jangan sungkan walaupun itu masalah internal kalian, kita dan bahkan alumi BEM FT terbuka selalu," lanjut Haikal.
Adam memukul keras bahu Haikal, "Bisa aja nih calon diplomat bahasanya," ujarnya.
Semua orang kemudian tertawa hingga harus berpisah ke kelas dan tujuan masing-masing
****
"Penyerahan bendera merah putih dan bendera BEM Fakultas Teknik Institut Teknologi Bandung oleh ketua BEM periode 2018/2019, Adam Malik Respati, kepada ketua BEM periode 2020/2021, Darren Januar Winata," ujar MC acara pelantikan sore itu.
Adam kemudian berjalan membawa bendera BEM diikuti wakilnya, Rendra yang membawa bendera merah putih.
Riuh audiens bertepuk tangan terdengar meriah begitu Januar dan Gandhi menerima bendera itu. Tak terkecuali seorang gadis di barisan ketiga dari depan yang sedang menatap bangga pada sosok ketua BEM yang baru saja resmi dilantik. Adri berdiri disana, dengan wajahnya yang berbinar dan penampilan yang all out meski sudah sore. Ia sangat formal sore ini, menggunakan blazer dan celana bahan oversize. Itu gaya formal andalannya.
Setelah tepuk tangan itu mereda, acara kembali dilanjutkan dengan sambutan dari Adam, perwakilan alumni, perwakilan fakultas, dan akhirnya Januar.
Januar yang tentu saja sudah mempersiapkan naskah sambutannya itu menyampaikannya dengan penuh ambisi dan percaya diri. Seolah tidak ada yang tidak yakin akan kompetensi pria itu sebagai ketua BEM yang baru.
Akhirnya acara itu selesai. Kini para audiens yang ingin mengabadikan momen dengan rekan atau sahabatnya di BEM yang baru terpilih itu sibuk berfoto atau sekedar menyelamati.
"Hei!" Adri menepuk pelan lengan Januar ketika pria itu sibuk dengan ponselnya ditengah keramaian.
"Eh? Ya Allah kaget, baru aja mau nelpon ini," ujarnya.
Adri mengulurkan tangannya, segera Januar menjabat tangan itu.
"Selamat ya, officially. Semoga kamu selalu amanah dan melakukan yang terbaik kedepannya," ujar Adri tersenyum lebar. Sepertinya itu adalah senyum terlebar Adri untuk Januar selama ini.
Januar balas tersenyum bahagia, "Aamiinn. Makasih ya, udah dateng. Aku minta tolong ke kamu buat selalu ... jadi support system Aku, sampai kapanpun kalau kamu bisa," ujarnya.
Adri mengangguk, "Sure, we try our best."
Adri kemudian memberikan Januar sebuah paper bag yang Ia bawa sedari tadi.
"Apa ini?" tanya Januar bingung
Adri menarik nafas panjang, "Hadiah buat kamu. Simbolis aja, biar kamu selalu bisa ngatur waktu dan prioritas dengan baik."
Januar yang akhirnya melihat apa isi paper bag itu paham maksud Adri. Januar melihat ke arah Adri serius.
"Bicara prioritas, diluar kerjaan, sepertinya mulai sekarang kamu udah jadi prioritas Aku. Aku harap kamu gak akan keberatan."