Hari berganti dengan cepat, Tak terasa pagi telah menjelang. Seperti biasa Fildza menjalani rutinitasnya dengan suasana hati yang tak biasanya, kali ini Fildza terlihat lebih ceria. ibunya belum kembali dari rumah neneknya, dan akhirnya Fildza hanya minum susu pagi itu dan langsung pergi ke kantor. setelah sampai di kantor, rekan sekantornya dan asistennya merasa heran melihat tingkah laku Fildza yang tidak seperti biasanya. mereka beranggapan seperti cerah sebelum badai karena melihat Fildza yang tersenyum-senyum sendiri dari awal dia datang ke kantor. menurut rekan-rekannya, sifat Fildza saat itu tidak seperti Fildza biasanya.
Stevan yang sedang lewat saat itu tiba - tiba memanggil Fildza, tak seperti biasanya Fildza menjawab dengan senang hati. Biasanya Fildza menjawab dengan sinis sambil menggerutu. Rekan yang lain pun sibuk membicarakan keanehan yang ada di dalam diri Fildza.
'' Fildza, keruangan saya sebentar. '' teriak Stevan dari kejauhan.
'' Baik pak, saya segera kesana. '' Jawab Fildza dengan sopan dan tersenyum
Fildza bergegas ke ruangan Stevan dengan membawa beberapa berkas untuk diserahkan kepada atasan nya itu.
'' Ini pak berkas - berkas yang bapak minta sebelumnya. Sudah saya rangkum juga agar mudah dimengerti. '' Jawab Fildza sambil berdiri didepan meja direksi itu dan menyerahkan beberapa dokumen.
'' Sepertinya harimu menyenangkan ya? '' tanya Stevan.
" Ah tidak seperti itu pak. mungkin hanya perasaan bapak aja. " jawab Fildza sambil tersenyum
" Apakah siang ini kita bisa makan siang bersama? " tanya Stevan lagi.
" Oh baiklah kalau begitu, bisa kita ajak Bu Siska sekalian pak? " tanya Fildza lagi.
" Tidak usah. kita saja berdua. ada yang mau saya diskusikan denganmu saja. " Jawab Stevan.
Fildza mulai merasa ada keanehan. akan tetapi ia sudah menyetujui permintaan Bos nya itu. Karena sudah terlanjur Fildza pun sudah tidk bisa berbuat apa - apa. Saat makan siang tiba, Fildza mendatangi sebuah restoran dekat kantor yang sudah di pesan oleh Stevan. Tak lama Fildza tiba Stevan pun tiba. Sambil menunggu makanan tiba, Fildza melihat terus ke arah ponsel nya berharap ada yang menghubungi nya agar ia cepat meninggal kan restoran itu. Sejujur nya Fildza merasa tidak nyaman saat itu.
Makanan pun tiba, Mereka berdua fokus pada makanan nya masing - masing. Fildza berharap bos nya itu tidak menanyakan hal - hal yang aneh. kemudian Stevan memulai membuka pembicaraan. Awalnya Kami berbicara seputar tentang pekerjaan, akan tetapi tiba - tiba Pak Stevan menanyai ku satu hal yang cukup membuat ku sedikit kaget. karena ia bertanya perihal kehidupan pribadi ku.
" Fildza, Apa kamu sudah mempunyai kekasih?. " Tanya Stevan tiba - tiba.
Aku yang saat itu sedang menenggak minuman ku tiba - tiba tersedak karena kaget dengan pertanyaan yang dilontarkan kepada ku.
" uhuk,, uhuuk,, uhuuk,, " Tiba - tiba aku terbatuk
" Apa kamu baik - baik saja? " Tanya Stevan.
" Aku baik - baik saja. tak perlu khawatir. " Sahut Clara lagi.
" Apakah ada yang salah dengan pertanyaan ku?. " Tanya Stevan lagi karena penasaran.
Saat Fildza hendak menjawab, ponselnya pun berdering. Fildza kemudian mengangkat nya dan pergi menjauh dari meja nya. Ternyata Tito yang menelepon nya. Syukurlah kali ini dia terselamatkan karena Tito. Setelah bicara beberapa saat di telepon, Fildza menghampiri Stevan lagi dan hendak pamit kembali ke kantor karena ada hal yang mendesak. Stevan agak sedikit kecewa, akan tetapi dia harus profesional di dalam pekerjaan agar ia terlihat gantleman didepan Fildza. Setelah di izinkan, Fildza bergegas pergi dari restoran itu.
" Aahh syukurlah aku selamat. Untung ada Tito ya,,, he he he. Kata Fildza dengan senang dan sambil tersenyum bahagia.
Tetapi ada apa sebenarnya dengan pak Stevan ya? Pertama ku pikir ia akan membicarakan masalah yang terjadi di perusahaan, ya memang benar awal nya ia membicarakan masalah perusahaan, akan tetapi setelah itu mengapa ia menyinggung soal kehidupan pribadi ku? Ah tak tahu lah, biarkan Fildza,,,, biarkan, Tidak usah kau pusingkan. Fildza terus saja berbicara dengan diri nya sendiri.
Sesampai nya di kantor, Fildza membeli secangkir kopi di mesin otomatis yang ada di lobby kantor dan kemudian kembali ke ruangan nya. Setelah habis ia memulai kembali pekerjaan nya. Tak butuh waktu lama ia telah menyelesaikan pekerjaan nya. Fildza terus saja memperhatikan jam yang ada di komputer nya.
" Oke sedikit lagi. ayo waktu berputar lah dengan cepat." Kata Fildza dalam hatinya sambil terus memperhatikan jam yang berubah.
Waktu menunjukkan pukul 18.00 tepat. Fildza langsung beranjak dari tempat duduk nya serta pergi keluar dari ruangan nya dan kemudian berpamitan kepada rekan kerjanya sambil menebarkan senyuman manisnya. rekan-rekan kerja nya mulai merasa kebingungan. tak biasanya Fildza seceria dan seramah itu.
Kemudian Fildza berpapasan dengan Stevan di lift. Clara menyapa nya dengan sopan, begitupula Stevan membalas dengan sopan. Sesampai nya di lobby kantor Stevan mengajak Fildza untuk berbicara, Fildza kemudian menolak nya karena ia harus segera pulang karena orangtua nya ada perlu dengan nya. Stevan tidak bisa menahan nya lebih lama dan menyuruh Fildza untuk segera pulang.
" Hufft, untung saja aku bisa mencari alasan, kalau tidak ia akan menahan ku lagi. " Kata Fildza dalam hati.
Sementara itu di luar kantor terlihat seorang pria tampan yang memakai setelan kemeja putih panjang dengan bagian tangan yang tergulung sembarang dan celana jeans yang dikenakan serta membawa tas ransel dipundak nya. Fildza sangat mengenal sosok itu. bukan lain dia adalah Tito. Fildza kemudian langsung menghampiri pria itu dan memeluk nya dari belakang. Tito yang sedang memainkan ponselnya saat itu, terlihat kaget seketika.
" Apakah kau sudah lama disini? " Tanya Fildza dari balik punggung Tito.
" Ah kamu ini bikin aku kaget saja. Ku pikir siapa yang memeluk ku tiba - tiba. Ternyata kamu. Hampir saja aku ingin melepaskan nya. " Jawab Tito
" Hmm,, jadi kamu ingin melepaskan tangan ku?. " Tanya Fildza lagi sambil menatap Tito dengan senyuman manis.
" Tentu tidak. " Jawab Tito sambil sedikit meremas wajah mungil Fildza.
Fildza hanya tersipu malu mendengar ucapan manis dari Tito.
" Oh iya, aku lupa mengambil mobil ku. Apa kamu juga membawa mobil?. " Tanya Fildza.
" Kebetulan aku tidak membawanya. Mau ku temani mengambil nya? " tanya Tito.
" Oke, bagus. Kamu akan menjadi supir ku. He he. " Jawab Fildza sambil tertawa.
" Baiklah baiklah. " Sahut Tito sambil tersenyum ke arah Fildza
Lalu mereka berdua pergi ke parkiran kantor yang terletak di lantai bestment kantor itu. Mereka pergi ke lobby kantor dan naik lift dari sana. Ternyata Stevan yang saat itu juga berada di parkiran, melihat Tito dan Fildza yang sedang bergandengan tangan menuju mobil Fildza. Stevan merasa patah hati saat itu. ia merasa di tolak mentah - mentah sebelum menyatakan cintanya pada Fildza. Mobil Fildza yang dikendarai oleh Tito kemudian lewat di depan Stevan, Stevan hanya bisa meratapi nya.
Selama diperjalanan, Tito dan Fildza tak ada hentinya berbicara satu sama lain. Mereka mengenang masa - masa dulu saat mereka masih sama - sama sekolah. Akhirnya sampai dirumah Fildza. Mereka berdua kemudian turun.
" Ayo mampir dulu. " ajak Fildza.
" Baiklah, sekalian aku ingin menyapa orang tua mu. Sudah lama sekali aku tidak menyapa mereka. "
Kemudian mereka berdua masuk kerumah Fildza. Fildza mulai menyapa akan tetapi tak ada jawaban.
" Ternyata mereka belum pulang. " Kata Fildza.
" Oh kalau begitu aku pamit pulang saja. " sahut Tito.
" Lho, kamu tidak mau makan malam dulu? " Tanya Fildza
'' Tidak usah Za, aku pamit yah. ''
'' Aku akan sedih bila kamu menolak. '' Sahut Fildza sambil memasang wajah memelas.
" Baiklah, baiklah. aku akan makan setelah itu aku pulang ya. " Tegas Tito.
" bagaimana kalau makan mie instan? Atau kamu mau aku pesan kan makanan? '' Tanya Fildza lagi.
'' Oke biar aku saja yang masak. Aku tahu kamu tidak bisa masak. Sekarang menyingkir lah dari sana. '' Jawab Tito sambil menyuruh Fildza pergi dari dapur.
'' Baiklah aku akan pergi mandi dulu ya. '' ucap Fildza sambil beranjak pergi ke kamar nya.
'' Ya. Baiklah sekarang kita lihat bahan - bahan yang ada di kulkas. '' Kata Tito
Tito mulai memasak dengan bahan - bahan yang sudah tersedia. Kemampuan Tito dalam memasak tidak di ragukan lagi karena berkat ia hidup sendiri lama di luar negeri dan terbiasa masak sendiri kemampuan memasak nya terus mengalami kemajuan. Setelah selesai dengan hidangan nya, Tito memanggil Fildza untuk makan malam.
Kemudian tak lama kemudian Fildza keluar dari Kamar nya mengenakan baju longgar dan celana jeans pendek. Pakaian santai yang sehari - hari ia kenakan, dan rambut yang masih terbalut handuk karena habis keramas. Tito yang saat itu melihat Fildza merasa jantung nya berdegub dengan kencang.
'' Hei, hei. Bisakah kau mengganti celana mu, apakah kamu selalu seperti ini? '' tanya Tito dengan gugup.
'' Lho, memang ada masalah? Aku terbiasa seperti ini. Tidak mau! '' Jawab Fildza menolak.
'' Aku dalam masalah jika kamu terus saja seperti ini. '' Kata Tito lagi.
'' Kamu kenapa sih? Masalah apa? Lagi pula orangtua ku juga tidak ada, walaupun ada mungkin tidak ada masalah. '' Tegas Fildza
'' Justru itu yang jadi masalah. '' Sahut Tito
Kemudian Tito perlahan mendekati Fildza dan menatap nya. Kemudian Tito mulai meletakkan tangan nya diatas bahu Fildza. Dan Tito berkata ;
'' Kamu sangat cantik sehingga aku bisa hilang kendali. '' bisik Tito
Mendengar ucapan Tito yang begitu manis Fildza mulai tersipu malu, pipi nya pun mulai merona. Kemudian ia mendorong Tito.
'' Hey, apa yang kamu pikirkan. Ayo makan aku sudah lapar. '' kata Fildza sedikit mengalihkan pembicaraan.
'' ha,, ha,, baiklah. '' sahut Tito sambil tertawa kecil karena malu
Mereka mulai makan malam dan setelah habis Fildza mulai mencuci piring dan Tito juga membantu nya. Setelah selesai Tito hendak pamit pulang. Fildza merasa enggan membiarkan Tito pergi. Ya maklum saja, namanya juga lagi kasmaran.
'' Aku pulang ya za. '' Kata Tito pamit.
'' Hmm,, terimakasih atas masakan nya ya. '' Jawab Fildza
Kemudian Tito mendekati Fildza lagi dan memeluk nya dengan erat. Fildza pun memeluk kembali dengan erat. Saat Tito hendak melepaskan pelukan nya, Fildza menarik kembali pinggang Tito karena Fildza tak ingin Tito melepaskan pelukannya. Tito kembali menatap Fildza. Tito mulai membelai sedikit wajah Fildza dan kemudian mencium nya. Fildza merasa sangat senang ia merasa hati nya akan melompat keluar jika ia tak menahan nya.
Perasaan ini rasanya seakan ku rindukan begitu lama. Rasa bibir lembut yang bersentuhan dengan bibirku rasanya sangat manis seperti aku sedang memakan permen. Kata Fildza dalam hatinya
Mereka mulai menikmati suasana nya tangan Fildza mulai melingkar di leher Tito sedangkan tangan Tito mulai melingkar di pinggang Fildza. Mereka mulai menikmati waktu romantis itu.