Sesampainya dikantor, Fildza langsung pergi keruangannya. Dia mulai lagi memenuhi pikiran nya dengan banyak pertanyaan yang kemudian dia jawab sendiri.
Apakah aku harus menghubungi Tito dan bertanya dimana dia bekerja? Ah tidak, itu sangat tidak etis menurut ku. Apakah aku tanya saja pada para bos disana, tidak! tidak perlu sampai sejauh itu. Arrgkkh,,,, Titooo,,, mengapa kau selalu memenuhi pikiran ku??? Apa yang harus ku lakukan sekarang? jika aku berhasil mendapatkan kerja sama perusahaannya, otomatis aku akan sering bertemu dengannya. atau mungkin saja tidak ya? karena perusahaan tersebut memiliki beberapa divisi yang berbeda. siapa tahu Tito tidak ada sangkut pautnya dengan kerja sama ini. baiklah, aku harus berpikir positif sekarang.
Setelah perdebatan yang panjang dalam dirinya telah usai, Fildza memulai kembali pekerjaannya. Seperti biasa dia disibukkan dengan berkas deadline yang menantinya. tak terasa waktu semakin larut. Fildza memutuskan untuk pulang dan melanjutkan lagi pekerjaan nya dirumah. Fildza pun tak lupa membawa berkas dokumen pekerjaan nya ke rumah.
sesampainya dirumah, tak ada satupun yang menjawab salam darinya. lalu, dia menemukan memo kecil yang di tempel di pintu lemari pendinginnya. ternyata itu adalah sebuah pesan dari ibunya. ibunya berkata bahwa dia menemui ayahnya dan tidak pulang hari ini karena ayahnya tidak bisa sendiri mengurus neneknya. Fildza hanya menggelengkan kepalanya saja. saat dia membuka lemari pendinginnya, ternyata ibu nya tidak memasak apapun untuknya, Fildza hanya bisa menghela napas. akhirnya dia memutuskan untuk memesan makanan cepat saji untuk menemani nya lembur malam ini.
Waktu sudah menunjukkan pukul 10 malam. kemudian suara bel rumah Fildza berbunyi. yang ada didalam benaknya saat itu adalah mungkin ibunya yang mendadak pulang. akan tetapi setelah dia mulai membuka pintu tersebut ternyata salah besar. yang ada dibalik pintu itu adalah Tito. Fildza pun terkejut.
" Apa yang sedang kau lakukan disini? jam segini pula. " tanyaku dengan sedikit terkejut.
" Apakah ibumu ada? aku ingin sekali menyapanya. " kata Tito sambil tersenyum.
" Menyapa apanya? jam segini? tolong berikan alasan yang masuk akal! " tegas Fildza
" Sebenarnya aku tidak bisa menahan sampai akhir pekan ini untuk menjelaskannya padamu. aku terus saja memikirkannya hingga aku tidak bisa tertidur. " jawab Tito.
" Tunggu, ada apa ini sebenarnya? asal kau tahu saja, kau hanya menggangguku saat ini! apa kamu tidak mengerti!? " sahutku dengan nada sedikit kesal.
" Maafkan aku. " jawab Tito lagi dengan wajah yang muram.
Aku merasa tidak tega dan bersalah karena sudah memarahinya didepan pintu rumah ku. akhirnya aku mempersilakannya untuk masuk kerumahku.
" Baiklah baiklah, masuklah. " kataku mempersilakan Tito untuk masuk.
kemudian aku menyuruh ya untuk duduk di sofa ruang tamu dengan berkas dokumenku yang berantakan diatas meja.
" Wah, ada kekacauan apa ini? mengapa banyak kertas yang berserakan di sini? " tanya Tito dengan sedikit mengejek Fildza.
" Kedatanganmu yang membuat kacau semuanya. apakah kau tidak tahu bahwa kau mengganggu? " jawabku dengan sinis sambil memberikan sebotol cola dan satu buah cangkir untuk Tito.
" Terimakasih ya. " sahut Tito sambil tersenyum.
" Jadi apa yang ingin kamu jelaskan? apakah kau tidak melihat ini semua? aku sedang lembur dan kau datang mengacaukan nya. '' ucap ku sambil merapihkan dokumen yang berserakan di atas meja maupun di lantai.
'' Apakah orangtuamu sudah tidur? aku ingin menyapanya, sudah lama aku tidak menyapanya. '' tanya Tito lagi.
'' Kamu tidak usah mengalihkan pembicaraan terus - menerus, cepat katakan! agi pula orangtuaku sedang tidak ada. '' sahut ku lagi dengan ketus.
Akhirnya Tito menyuruh ku untuk duduk dan mendengarkan pembicaraannya. Tito menjelaskan kejadian yang sebenarnya pada saat itu. dia menjelaskan mengapa dirinya pergi tiba - tiba tanpa kabar sedikitpun. dan dia juga menjelaskan secara detail masalah yang harus dia hadapi pada saat itu. ternyata pada saat hari valentine dulu saat mereka pergi bersama saat itu Tito sangat menyukai Fildza dan hendak menyatakan perasaannya. akan tetapi entah mengapa malam itu Tito tidak bisa menahan perasaannya dan hanya bisa mencium Fildza. saat keesokan harinya Tito berencana untuk menyatakan perasaan nya secara resmi dengan membawa sebuah rangkaian bunga.
Namun, takdir berkata lain. ayah Tito yang saat itu bekerja diluar negeri tiba - tiba mengalami serangan jantung dan dirawat dirumah sakit sehingga harus menjalani operasi. Dan akhirnya Tito beserta keluarganya memutuskan untuk tinggal diluar negeri sampai kondisi ayahnya membaik. Dan selama disana Tito hanya sibuk mengurus perusahaan ayahnya tanpa bisa menghubungi Fildza. karena Tito merupakan anak laki - laki satu - satunya dikeluarganya. sehingga dirinya sangat diandalkan oleh ibunya.
Mendengar penjelasan Tito membuat Fildza merasa emosional dan mulai menitikkan air matanya. Sampai akhirnya Tito terdiam dan menghampiri Fildza serta menghapus air matanya yang perlahan mulai membasahi kedua pipinya. Fildza menjadi semakin menangis tersedu - sedu. Tito pun lalu memeluk nya dan mencoba menenangkan nya.
" Mengapa kau melakukan ini kepada ku? Apakah tidak ada cara lain untuk bisa menghubungi ku? mengapa kau membuat ku jadi membencimu selama bertahun - tahun? mengapa baru sekarang kau memberi tahu ku Tito? hiks,,, hiks,,, hiks,,,
Fildza terus saja menangis sambil memaki Tito. namun saat itu Tito hanya bisa mengucapkan kata maaf tanpa henti.
'' Fildza, Aku begitu sangat menyukaimu. ah, tidak lagi. tapi saat ini aku sangat mencintaimu. '' Kata Tito sambil memandang ke arah Fildza.
'' Sejujurnya dulu aku sangat menyukai dirimu juga. aku merasa hari valentine waktu itu menjadi hari terindah sekaligus terburuk untukku. '' jawab Fildza dengan tersedu - sedu.
'' Mungkin menurutmu aku tidak tahu malu. Akan tetapi saat ini aku hanya bisa pasrah pada keputusanmu saat ini. maukah kau menjadi teman ku lagi? '' tanya Tito.
'' Tidak! Aku tidak mau lagi berteman dengan mu! '' jawab Fildza dengan tegas.
'' Baiklah, aku terima keputusanmu. Setidaknya aku merasa lebih tenang sudah mengutarakan perasaan ku padamu. '' kata Tito menambahkan.
'' Aku tidak mau jadi temanmu melainkan kekasihmu! '' jawab Fildza sambil menghapus air matanya.
'' Hah? benarkah apa yang kau katakan barusan? '' tanya Tito memastikannya lagi.
'' Mm, '' jawab Fildza sambil menganggukkan kepala nya.
Kemudian, Tito menghampiri Fildza lagi dan memeluknya dengan sangat erat sambil mengucapkan terimakasih terus-menerus. setelah itu Tito mulai melepaskan pelukannya dan memandangi wajah Fildza. dengan spontan Tito mencium bibir Fildza saat itu. Fildza yang pada saat itu masih dalam keadaan terkejut hanya bisa terdiam dan perlahan menutup matanya dan mulai mengikuti alurnya.
Tito begitu sangat bahagia. begitu pula dengan Fildza. hari semakin larut dan akhirnya Tito berpamitan untuk pulang. Fildza enggan melepaskan Tito pergi. akan tetapi Tito merasa sungkan karena mereka hanya berdua dirumah itu. Akhirnya Fildza membiarkan Tito untuk pulang. Tito menyuruh Fildza untuk langsung istirahat setelah dia pergi. akan tetapi Fildza akan menyelesaikan pekerjaannya terlebih dahulu dan kemudian pergi tidur. Setelah Tito pergi, Fildza melanjutkan pekerjaan nya dan kemudian pergi tidur.