Tito dan Fildza sudah saling mengenal semenjak mereka masih sama - sama duduk dibangku sekolah. mereka saling mengetahui kebaikan maupun keburukan masing - masing. Tak hanya itu Fildza sangat memahami karakter dari pada Tito termasuk saat bicara langsung maupun di telepon. Fildza pada malam itu sangat kaget karena dugaan ia benar. Malam itu yang menelepon Fildza adalah Tito.
Suara ku cukup bergetar karena saking gugup nya. Aku tak percaya bahwa Tito menghubungi ku lagi. Setelah selama ini ia menghilang bak di telan bumi, kini ia tiba - tiba hadir dan mulai mengusik kehidupan ku. Tak lama setelah aku terdiam akupun kemudian menjawab nya dengan sedikit keraguan. lidah ku sedikit kelu sehingga sangat untuk mengucap kan seatah kata.
" Halo. " Jawab Fildza setelah terdiam cukup lama.
" Halo Fildza, apakah kamu masih ingat dengan suaraku? " Tanya Tito di telepon yang memastikan.
" Ya, aku masih mengenali suaramu. kamu Tito kan. " Sahut Fildza dengan yakin.
" Aku kira kamu sudah melupakan ku, ternyata tidak. aku sangat senang mendengarnya. " Jawab Tito yang terdengar ceria.
" Ada apa menelepon ku? " tanya Fildza dengan sedikit ketus.
" Oh tidak ada apa - apa, aku hanya merindukanmu saat ini. " jawab Tito lagi.
" Rindu? kamu baru bilang rindu sekarang, setelah kamu menghilang tiba - tiba tanpa kabar sedikit pun? dan sekarang kamu bilang rindu pada ku? " kata Fildza dengan nada bicara yang sedikit meninggi.
" Apakah sekarang aku tidak boleh merindukanmu? " tanya Tito lagi
" Tentu saja tidak! " Jawab Fildza dengan tegas.
" Apakah kamu seperti ini karena sudah mempunyai kekasih? " Tanya Tito dengan penasaran.
" Tito, saat ini kamu tidak perlu lagi ikut campur masalah pribadiku, bersikaplah seperti sebelumnya. mengabaikanku dan menghilang dari pandanganku. " Jawab Fildza lagi dengan marah dan kemudian menutup telepon nya.
Tito merasa sedih setelah Fildza memutuskan telepon nya secara tiba - tiba. padahal Tito hendak menjelaskan kepada Fildza mengenai awal mula permasalahan yang dulu terjadi diantara mereka. akan tetapi, sepertinya Fildza tidak memberikan Tito kesempatan untuk menjelaskan semuanya. Fildza memilih untuk melupakan kejadian masa lalunya. Tito mencoba menghubungi Fildza kembali akan tetapi dia berulang kali menolak terus-menerus panggilan dari Tito.
Aku Tidak bisa seperti ini terus. Aku harus melupakan masa lalu ku bersama dengan Tito. anggap saja itu semua adalah kenangan buruk yang harus aku lupakan. tetapi saat hari valentine tiba aku masih saja terus menerus mengingat kenangan bahagia yang diciptakan oleh Tito untuk diriku. apa yang harus ku lakukan? Haruskah aku mencari kekasih baru agar aku bisa melupakan Tito?
Pagi itu aku merasa sedikit badmood. Aku terus saja memikirkan hal tentang tadi malam yang kemudian menghancurkan mood terbaik ku. Tiba - tiba pak Stevan memanggil ku ke ruangannya. Aku pun bergegas menghampiri nya dan bertanya. Ternyata dia hanya ingin mengajakku untuk menemaninya makan siang.
Sontak aku menjawab tidak, dan aku beralasan bahwa ada hal penting yang ingin ku bicarakan dengan Bu Siska pada saat jam makan siang itu. beruntungnya Pak Stevan membiarkan ku. sekarang aku mendapat masalah baru karena sedikit berbohong. Ketika aku pergi ke ruangan Bu Siska ternyata beliau izin pulang cepat karena ada masalah keluarga yang mendesak. Kemudian aku berjalan menuruni tangga darurat untuk pergi ke kafe yang berada di Lobi kantor.
saat itu aku memesan segelas Cappucino dingin dengan krim di atasnya. aku memesan minuman tersebut dengan harapan bisa menaikkan mood ku pada hari ini. Baru beberapa teguk aku meminum nya, tiba - tiba saja Stevan muncul didepan ku dengan membawa secangkir kopi panas dan dua potong kue keju kesukaan ku. awalnya aku berpura - pura tidak melihatnya, akan tetapi tetap saja dia duduk didepan ku tanpa seizinku.
Aku melihatnya sambil memberikan sedikit senyuman palsu dan kembali menghabiskan minuman ku. saat Stevan mulai membuka topik pembicaraan, aku menyela nya terlebih dahulu. aku mengatakan bahwa Aku harus pergi karena hendak mengerjakan sesuatu yang penting. lagi-lagi aku memberikan alasan yang sama. tanpa basa - basi lagi aku langsung bangkit berdiri dan pergi menjauhi Stevan.
Hari ini menjadi hari yang kacau untukku. Setelah Tito menghubungi ku secara mendadak semalam, dan pagi harinya aku diganggu dengan Stevan, membuat hari ku menjadi hari yang terburuk. Akhirnya aku meninggal kan kantor lebih dulu dari pada rekan ku yang lain nya. Aku merasa lelah dan ingin langsung pulang untuk beristirahat. Sepanjang perjalanan pulang, aku masih saja memikirkan tentang Tito. Aku tak tahu apa yang harus ku lakukan agar aku melupakan nya dengan cepat. Apakah sebenarnya aku masih mengharapkannya. Aku selalu saja bertanya - tanya pada diriku sendiri.
Setelah sampai dirumah, ibuku menyambutku dengan hangat. ternyata dia sudah kembali pulang. akan tetapi ayah ku tidak ikut pulang bersamanya lantaran masih menjaga orangtuanya yang masih sakit.
" Aku pulang! " teriak ku ketika membuka pintu rumah.
" Kau sudah pulang rupanya, apakah kau sudah makan malam?. " tanya ibuku yang menyambut ku.
" Belum bu, dan kebetulan aku tidak lapar. aku akan mandi dan langsung tidur. " Kata ku pada ibuku dan segera masuk ke dalam kamarku.
" Hei! makanlah dulu sedikit. apakah kamu sedang berdiet? " tanya ibuku lagi sambil berteriak di depan kamarku.
" Tidak, aku lelah. " Sahut ku lagi.
" Baiklah kalau itu maumu. " ucap ibuku dan kemudian melanjutkan lagi menonton televisi.
Wah, segar sekali setelah mandi ternyata. aku harus tidur sekarang agar besok mood ku jauh lebih baik dari pada hari ini. Aah aku begitu lelah hari ini. ucap Fildza kepada dirinya sendiri. saat aku hendak pergi tertidur, teleponku pun berdering. wah, orang yang tidak tahu diri. mengapa menghubungi ku di saat waktu tidurku? argkh! Fildza terus saja menggerutu dan melihat ponsel nya. Ternyata lagi - lagi yang menelepon adalah Tito. dia pun mulai menghela napasnya.
Ingin rasanya ku blokir nomer nya, akan tetapi aku tidak bisa. hati nuraniku menolak untuk itu. sebetulnya apa yang di ingin kan pria ini. aku terus saja berbicara kepada diriku sendiri. Setelah berdering beberapa kali akhirnya aku memutuskan untuk mengangkatnya.
" Halo. " jawab ku dengan nada yang malas.
" Tunggu Za, jangan ditutup dulu. kamu harus mendengarkan penjelasan ku kali ini. " Kata Tito mencoba meyakinkan Fildza di telepon.
" Hmm, ya. cepat bicaralah. " jawab ku lagi sinis.
" jika aku jelaskan lewat telepon akan sangat panjang sekali dan memakan waktu cukup banyak. bagaimana jika kita bertemu sabtu ini saja? " tanya Tito.
" Apa yang sebenarnya ingin kau jelaskan? jika itu masa lalu, tidak perlu kau jelaskan lagi. aku sedang berusaha untuk melupakannya. cukup sudah aku tidak mau membahasnya lagi. lagi pula sudah menjadi masa lalu. " Jawab ku menjelaskan dengan tegas.
" Za, tapi aku harus menjelaskan agar tidak ada kesalahpahaman lagi diantara kita. Please Za. " Kata Tito berusaha meyakinkan dan memohon pada fildza.
" Baiklah, aku kan memberikan mu satu kesempatan untuk menjelaskan. " KAta Fildza lagi dan berusaha mengerti.
" Makasih ya za, aku akan memberitahu mu tempat nya nanti. " Kata Tito dengan senang.
" Boleh kah aku tutup telepon nya sekarang? Aku sangat lelah hari ini. " Tanya Fildza dengan datar.
" Baiklah. selamat istrahat ya. Good night. " Kata Tito mengiyakan permintaan Fildza
" Bye. " Jawabku singkat dan kemudian mematikan telepon nya lebih dulu.
Akhirnya aku memutuskan untuk memberi kesempatan kepada Tito untuk dia menjelaskan masalah yang terjadi diantara kami pada waktu dulu. Akupun akhirnya bisa mulai berpikir dengan tenang dan tidur tanpa hambatan lagi.
Tak terasa waktu sudah pagi, Ibu ku sudah mulai berteriak membangunkan ku dari balik pintu kamarku. Ibu ku hendak pergi entah kemana dan menyuruh ku sarapan sebelum pergi bekerja. kemudian aku pergi bersiap - siap dan kemudian menghabiskan sarapan ku. Setelah sampai dikantor seperti bisanya aku disibukkan dengan kegiatan rapat yang tak ada habisnya. Aku merasa mood ku pagi ini sangat bagus sehingga aku bisa memimpin rapat dengan baik.
Dan hari itu aku ada jadwal untuk rapat diluar dengan klien untuk membahas suatu kerja sama. Lalu aku pergi didampingi dengan asisten ku. Setelah sampai di perusahaan itu aku melihat seseorang yang sangat mirip dengan orang yang ku kenal. akan tetapi karena waktu yang singkat aku membiarkan nya begitu saja dan segera menemui pimpinan perusahaan tersebut. Rapat berjalan lancar selama Satu jam lamanya. Setelah selesai, aku dan asistenku hendak mampir ke kafe yang ada di lobi perusahaan itu untuk membeli secangkir kopi dan kemudian kembali ke kantor kami.
Saat asisten ku memesan, aku menunggu di salah satu meja yang ada di kafe tersebut sambil membaca lagi dokumen-dokumen yang ku bawa. Setelah selesai memesan, asisten ku mengajak ku untuk kembali ke kantor dan saat kami berdua berjalan menuju keluar kantor, aku pun terkejut karena berpapasan dengan Tito. Aku yang saat itu sedang membahas masalah kontrak dengan asistenku, tiba - tiba saja langkah ku terhenti dan memalingkan pandangan ku seolah - olah aku tak melihat Tito yang saat itu lewat tepat di sampingku. kurasa Tito tidak menyadarinya dan pergi berlalu begitu saja. Saat itu tak ada lagi kata - kata yang bisa keluar dari mulut ku. Aku hanya bisa terdiam.
Kemudian asisten ku bertanya apa yang terjadi apakah aku mengenal dengan orang yang barusan saja lewat, aku tidak menjawab nya dan hanya menyuruh asistenku segera meninggalkan perusahaan tersebut. Di dalam mobil aku hanya bisa terdiam. Asisten ku yang saat itu bergantian dengan ku menyetir mobil merasa sedikit khawatir dengan tingkah laku ku.
Apa Yang dilakukan Tito disana? Apakah ia termasuk salah satu karyawan disana? Oh tidak aku dalam maslah jika itu sampai terjadi. Takdir macam apa ini??
Fildza terus saja bergumam sendiri, Asisten nya merasa aneh melihat tingkah laku bos nya tersebut. dan memilih untu diam saja tanpa banyak bertanya lagi.