"Lo nggak makan? Makan juga sana!" Fahri tunjuk piring kosong Haisha.
"Ica nggak laper, Mas." Haisha hanya meminum susu hangat, ia duduk di samping Fahri sembari menunggu makanan itu habis.
Tidak banyak yang mereka bahas di sana, sebatas masalah air minum dan kerupuk, tapi pagi ini menjadi awal yang baru untuk keduanya tanpa sadar setelah semalam sentuhan besar itu terjadi.
Fahri berulang kali menahan tangan Haisha yang melangkah sedikit jauh darinya, entah itu untuk sekedar menjawab pertanyaan orang atau mengambil camilan.
Haisha anggap sebagai bentuk perlindungan dari Fahri, dia juga takut kalau ada gadis lancang seperti Kinan yang ingin sekali menarik syalnya, membuat bekas merah itu sebagai tontonan gratis dan yang jelas dia tidak bisa menjawab.
Sampai persiapan pulang berlangsung, Haisha tidak jauh dari Fahri, bukan maunya atau menjadi gadis yang terus menempel seperti cicak pada Fahri, tapi pria itu yang menahan.