Chereads / Be a Little Wife / Chapter 28 - Pesta Pahit

Chapter 28 - Pesta Pahit

Haisha dengan tampilan sederhananya, memukau dan membuat banyak pasang mata tidak berhenti untuk melihat dan sekedar memberi penilaian.

Wanita yang berbeda dari biasanya dan semakin memperkuat posisi Fahri sebagai seorang pimpinan muda.

Bukan wanita sembarangan yang terlihat mencolok dan meredupkan aura Fahri, kehadiran Haisha cenderung menambah cahaya di diri Fahri, setiap langkah pria itu seolah menjadi panutan bagi siapapun yang hadir di sana.

"Lo duduk di sini dan jaga omongan!" bisik Fahri mengingatkan.

Haisha mengangguk, ia selipkan anak rambut yang menjuntai ke depan itu, rambut panjang itu tidak Fahri izinkan terburai dan meminta Haisha mengucir satu menyamping.

Sedikit sentuhan yang diberikan Bik Mira di rambut itu, tampak bergelombang dan indah.

"Malam, Pak Fahri," sapa beberapa pria yang Haisha yakini sebagai rekan kerja suaminya.

Haisha ikut berdiri di belakang Fahri, sesuai dengan kode yang Fahri berikan, Haisha mengulas senyum tipis untuk membalas sapaan dari mereka.

"Senang sekali bisa bertemu dengan Nyonya Fahri, kita sangat menantikan moment di mana pengusaha muda ini menikah, ahahah .... Semoga kalian segera diberi keturunan yang manis-manis ...."

"Terima kasih, senang bertemu Anda juga," balah Haisha.

Ia kembali duduk dan membiarkan Fahri berbincang-bincang sampai memulai acara pesta singkat ini.

Banyak para pengusaha dan pekerja yang hadir, mereka jelas terlibat dalam proyek besar suaminya itu. Haisha hanya sekedar mengulas senyum untuk membalas mata yang meliriknya, ada yang hangat dan ramah, ada juga yang meremehkan.

Tidak masalah, tujuan Haisha di sini hanyalah untuk menemani sang suami, dia menjadi istri yang mendampingi suaminya, bukan gadis kecil yang datang untuk acara reuni dan sibuk dengan ocehan atau penilaian teman lainnya.

"Ica," panggil Fahri, suara lembut yang jarang Haisha dengar.

Haisha menoleh, "Iya, Mas?"

Tampak Fahri tengah berdiri bersama Gilang dan Gio, di sekitar mereka banyak pria dan wanita lain dengan setelan jas resmi seperti Fahri, mereka pasti orang penting di dalam proyek ini.

"Aku ke depan sebentar memberi sambutan, kamu tunggu di sana!"

"Iya," balas Haisha, ia tahu itu hanya akting belaka.

Sebisa mungkin Haisha mengimbangi apa yang Fahri lakukan meskipun loading di otaknya tidak secepat kilat, ia masih harus berfikir berulang kali dan takut kalau salah.

Fahri mulai maju memberi sambutan, semua mata tertuju pada Fahri dan bisa Haisha lihat banyak gadis di sana yang melihat sembari menaruh harap.

Ada satu sosok gadis yang mendadak merebut perhatian Haisha, matanya tidak lagi fokus pada Fahri, tapi beralih dan bergantian pada sosok itu.

"Dia datang?"

Klareta, gadis itu ada di pesta ini, Haisha kira Fahri tidak akan mengundangnya karena dia sudah ikut dan mendampingi Fahri, tapi ternyata Klareta datang.

Apa yang harus aku lakukan?

Haisha takut terjadi sesuatu yang mungkin bisa membuat nama baik usaha keluarga ini hancur, terlebih lagi mereka masih tampak berniat menjalin hubungan.

Berfikir Ica, berfikir!

Tapi, apa dan kenapa dia ada di tempat ini?

"Wooohhhooooo, selamat sayang!" seru Klareta dan sontak semua mata berputar ke arahnya.

"Dia!" gumaman mulai terdengar.

Jelas mereka kenal siapa Klareta, kerjasama ini selalu dan sering terjalin, berulang kali wajah Klareta menghiasi layar kaca dan media sosial mereka, bahkan bisa menyaksikan langsung di samping tempat duduk Fahri.

Tapi, ada gadis lain yang datang sebagai istri Fahri malam ini, Haisha berusaha tidak gentar dengan banyak lirikan yang mulai tertuju kepadanya.

"Ngapain tuh kaleng rombeng dateng?" gumam Gio.

"Gue bilang apa, harusnya gue nunggu di depan biar dia nggak bisa seenaknya masuk!" balas Gilang kesal, pasti ada saja ulah Klareta di sini.

Sementara Fahri sempat mematung dan kembali sadar, ia tidak membalas ucapan Klareta, memilih untuk mengakhiri sambutannya, lalu turun dan menghampiri meja di mana Haisha berada.

"Cek, cek ... Satu, oke!"

Sialan, Klareta rebut mic pembawa acara malam ini.

"Hallo, selamat malam semua ... Pasti kalian terkejut dengan kedatanganku ini, iya kan?" semua mengangguk, Klareta tergelak.

Fahri duduk membelakanginya, mengunci mata Haisha yang sedari tadi mengawasi Klareta.

"Mas, dia-"

"Diam!"

Haisha remat ujung dressnya, ia khawatir Klareta berbuat atau mengatakan hal buruk yang bisa menghancurkan semuanya.

Katakan saja dia masih kecil dan jauh lebih muda dari Klareta, tapi Haisha adalah seorang istri dan wajib baginya memikirkan juga membantu Fahri.

"Aku hanya ingin berbicara sedikit saja tentang hubunganku dan Fahri, bos muda yang hari ini tampak berwibawa karena hadir bersama istrinya. Ahahahah, hubungan kami masih baik-baik saja, aku dan dia saling mencintai, kamu saling menerima kekurangan masing-masing sejak dulu hingga saat ini, tapi gadis di sana tidak, dia kejam!"

Haisha terkejut mendengar paparan Klareta, ia ingin membela diri, tapi ia urungkan mengingat nama Fahri jauh lebih penting saat ini.

Klareta kembali berkata, "Dia hanya menerima pernikahan ini karena ajang balas budi dan ingin menguasai kekayaan Fahri, dia tahu Fahri tidak sempurna dan banyak kekurangan yang tersembunyi, dia bahkan sudah datang ke dokter untuk bertanya tentang keanehan suaminya, aku ada bukti ... Tapi, sampai hari ini dia masih bertahan karena apa? Tentu saja harta, dia ingin merebut harta Fahri dulu sebelum berpisah, dia sudah merencanakan perpisahan satu tahun lagi, itu benar!"

Fahri kepalkan tangannya, menatap Haisha tajam atas keberanian Haisha datang ke dokter untuk mengulas dirinya.

Haisha bergeleng pada Fahri, dia pasti mengakui semua itu, tapi tidak dengan rencana berpisah dan merebut harta Fahri.

"Apa kekurangan Pak Fahri sampai dia ke dokter?" tanya salah satu peserta pesta ini.

"Selama ini aku lah yang menerima dan mencintainya dengan sangat tulus, Fahri-ku terdiagnosa impoten, dia berobat selalu bersamaku dan mendapat dukunganku!"

Apa!

Mata Haisha ikut terbelalak seperti lainnya, di depan sana Gilang berusaha mengambil alih mic Klareta.

"Aku akan memberikannya, tapi dengarkan dulu!" Klareta tahan mic itu, ia peringatkan agar Gilang tidak mendekat. "Fahri-ku impoten dan dia sempat depresi, bayangkan aku yang mendampingi dia selama ini dan gadis itu merenggutnya!"

Kini semua mata bersinar benci pada Haisha, "Tidak, itu tidak benar!"

Fahri tarik tangan Haisha, membawa gadis itu ke luar dari acara malam ini.

"Lo gila apa!" Gilang tarik mic itu.

"Aku? Siapa yang gila, temen kamu itu yang gila!" balas Klareta.

Gio halangi langkah Gilang yang hendak mengejar Klareta, ingin sekali menarik rambut gadis itu kasar.

"Biarkan, lo tutup acara ini, jangan sampe ada yang kacau!" ujar Gio.

"Ini udah kacau!" balas Gilang, wajahnya memerah kesal.

Gilang kembali ke panggung sambutan dan berusaha membuat acara ini kembali normal, semua mulai menikmati lantunan musik dan makanan yang ada.

"Lo kejar mereka!" titah Gilang, ia tepuk bahu Gio kencang.

Ini pesta kedua yang pahit bagi Haisha.