Tok, tok, tok ....
Fahri mengetuk pintu kamar Haisha berulang kali, tapi tidak ada jawaban dari dalam sana.
Ia ingin kembali, tapi kakinya tertahan dan justru ingin membuka lancang pintu kamar Haisha, tangannya Fahri sudah memutar handle pintu kamar itu, satu kakinya juga sudah siap mengambil langkah, kerutan di keningnya mengatakan seberapa besar rasa penasarannya akan hal yang baru saja terjadi.
Dan Haisha menjadi sumber dari semua keanehan itu di rumah ini, terutama pada diri Fahri.
"Ica," panggil Fahri. Kepalanya menyembul sebagian, pintu kamar itu tidak terkunci sehingga Fahri bisa masuk begitu saja.
Ada gulungan selimut besar dan tebal di sana, rasa penasarannya semakin membesar, Fahri melangkah lebih dekat ke ranjang Haisha, tangannya terulur hampir menyentuh gulungan selimut tebal itu, tapi ia tarik kembali.
"Ngapain gue di sini? Aaah, sialan!" gumamnya.