Setibanya di rumah Tuan Jung Bin, Sung Byul dan Myung Eun diterima dengan baik oleh Tuan Jung Bin. Tanpa merasa malu Sung Byul menggandeng tangan Myung Ah di depan teman ayahnya itu.
"Sung Byul, ayo masuk. Istriku sudah menunggu kalian sejak tadi, mari kita makan malam bersama," ajak Tuan Jung Bin ramah.
"Sung Byuul ... aku mual," ujar Myung Eun tiba-tiba.
"Apa kau sakit, Myung Eun?" Tuan Jung Bin mencurigai sikap Myung Eun yang manja dan agak aneh.
"Tuan, maafkan aku karena sudah mengajak istri kak Tae Seok ke rumahmu. Aku perlu bicara denganmu." Wajah Sung Byul terlihat begitu tegang dan serius.
Tuan Jung Bin pun melangkah masuk ke dalam ruang tamu disusul oleh Sung Byul dan Myung Eun. Rumah Tuan Jung Bin sangat nyaman juga mewah, Sung Byul berpikir kalau kunjungannya ke tempat itu memang tepat.
Kemudian mereka bertiga duduk dengan posisi saling berhadapan. Kecurigaan Tuan Jung Bin semakin bertambah ketika Myung Eun mengelus-elus perutnya yang agak sedikit buncit.
"Sung Byul, apa kau datang kemari ingin memberitahukan kalau kakak iparmu hamil? Atau ada sesuatu yang kalian sembunyikan?" Tuan Jung Bin menatap tajam kepada kedua tamunya.
"Sebenarnya ... malam itu aku mabuk, lalu kami tidur bersama di apartemen kak Tae Seok. Selanjutnya kami melakukan hubungan itu berkali-kali, hingga--"
"Hingga Myung Eun hamil? Begitu?" tukas Tuan Jung Bin.
"Aku mengandung anak Sung Byul, Tuan," ungkap Myung Eun lesu.
"Astaga Sung Byul! Perbuatanmu sangat memalukan! Kau juga Myung Eun!" Tuan Jung Bin menggeleng-gelengkan kepala.
"Aku mencintai Myung Eun, aku ingin menikah dengan wanita ini," tegas Sung Byul.
"Kalau begitu ayah dan ibumu harus mengetahui hal ini! Aku tidak mau berurusan dengan kalian!" hardik Tuan Jung Bin.
"Tapi cuma kau yang bisa membantu kami, kumohon Tuan," pinta Sung Byul penuh harap.
"Dengar, Sung Byul. Meskipun aku sudah menganggapmu seperti anak kandungku sendiri, bukan berarti aku bisa membantu kalian untuk menikah."
"Aku akan menikah denganmu, tapi tunggu sampai anak ini lahir. Setelah aku melahirkan aku akan menceraikan Tae Seok," timpal Myung Eun.
"Aku tidak mau menunggu, Myung Eun! Aku sangat mencintaimu," balas Sung Byul.
"Sampai kapanpun aku tidak akan pernah menyetujui hubungan kalian! Ingat anak muda, cepat atau lambat kakakmu pasti akan mengetahui hal ini." Tuan Jung Bin memperingatkan Sung Byul.
"Aku tidak peduli! Dan kau Myung Eun, ceraikan Tae Seok secepatnya agar kita bisa menikah sebelum perutmu membesar!" Sung Byul tetap mempertahankan pendiriannya.
"Aniyo! ( Tidak!) Aku masih mencintai Tae Seok, kau itu hanya pelarianku, Sung Byeol!"
"Apa maksudmu?! Kau tidak sungguh-sungguh mencintaiku?!" Sung Byul murka mendengar pernyataan Myung Eun tadi, tanpa sadar ia menampar kakak iparnya sendiri di hadapan Tuan Jung Bin.
Plaakk!
Tubuh Myung Eun terlalu lemah sehingga ia tidak siap menerima tamparan Sung Byul, seketika wanita itu pun jatuh pingsan di rumah Tuan Jung Bin.
"Kyung Ah! Cepat kemari!" panggil Tuan Jung Bin kepada istrinya yang sedang berada di ruang tengah.
"Mianhaeyo ( Maafkan aku ), Sayang. Aku tidak bermaksud--"
"Diam kau, Anak Muda!" teriak Tuan Jung Bin sambil berusaha membopong tubuh Myung Eun.
Sementara Sung Byul tidak dapat berbuat apa-apa untuk Myung Eun, dia terlalu panik dan ketakutan. Bagaimana bisa seorang pria seperti Sung Byul yang lembut, baik dan penyayang berubah menjadi kasar juga pemarah?
******
Setelah membaringkan Myung Eun di salah satu kamar yang kosong, Tuan Jung Bin segera kembali ke ruang tamu menemui Sung Byul.
Bibi Kyung Ah menemani Myung Eun sambil berharap agar ia cepat bangun dari pingsan. Malam itu Sung Byul dan Myung Eun terpaksa menginap di rumah Tuan Jung Bin.
"Sung Byul, kenapa tadi kau menampar kakak iparmu sendiri?" tanya Tuan Jung Bin.
"Mungkin karena aku merasa tidak dicintai Myung Eun, bukankah tadi dia mengatakan kalau aku hanya sebagai tempat pelarian dari Tae Seok?"
"Tapi kau tidak boleh menamparnya, bagaimanapun juga dia adalah istri kakakmu." Tuan Jung Bin menasihati Sung Byul.
"Aku tahu, Tuan. Maafkan aku." Sung Byul menundukkan kepalanya.
"Minta maaflah pada Myung Eun sesudah ia sadar nanti," tukas Tuan Jung Bin
"Lantas bagaimana dengan pernikahan kami? Apa aku harus menunggu sampai anakku lahir?" Sung Byul kembali membicarakan hal yang sangat tidak pantas.
"Kau ini adik macam apa?! Bagaimana kalau Tae Seok dan orangtuamu tahu bahwa kau telah menghamili Myung Eun?!" hardik Tuan Jung Bin.
"Aku tidak peduli! Semua ini kesalahan kakakku yang sering pergi ke luar kota bahkan ke luar negeri," balas Sung Byul tanpa merasa bersalah sedikitpun.
"Tetap saja kalian bersalah, Myung Eun selingkuh di belakang Tae Seok. Sedangkan kau ... kau adalah perebut istri orang!" Tuan Jung Bin begitu marah dan emosi kepada Sung Byul.
"Apa?! Perebut istri orang katamu?! Kalau malam itu Myung Eun tidak membawaku ke apartemen kakakku, aku juga tidak akan melakukan hubungan terlarang dengan Myung Eun!" teriak Sung Byul, ia tidak terima dirinya disebut sebagai perebut istri orang.
"Cinta sudah membuat mata dan hatimu buta, Sung Byul." Tuan Jung Bin menghela napas dalam-dalam.
"Kumohon ... tolong kami, Tuan. Aku ingin menikahi Myung Eun." Sung Byul memohon dengan sangat.
"Aku tidak bisa memenuhi permintaanmu ... biarkan anak itu menjadi anak Tae Seok," tukas Tuan Jung Bin.
Tuan Jung Bin tidak mau memenuhi permintaan Sung Byul yang sangat tidak masuk akal. Kemudian Tuan Jung Bin segera beranjak dari ruang tamu karena arah pembicaraan mereka semakin tidak menentu.
"Myung Eun ... suatu saat nanti kau pasti akan menjadi milikku," gumam Sung Byul.
Di dalam kamar, Bibi Hyun Ah masih menemani Myung Eun yang nampak pucat dan lelah. Ia baru saja bangun dari pingsannya setelah ditampar Sung Byul.
"Bibi ..." panggil Myung Eun lirih kepada Bibi Kyung Ah.
"Myung Eun, kau terlihat sangat lelah dan lesu," ucap Kyung Ah.
"Bi ... aku mau pulang. Anak-anakku sedang menunggu di rumah ibu," balas Myung Eun pelan.
"Kau tidak bisa pulang dalam keadaan seperti ini, aku mencemaskanmu," sahut Bibi Kyung Ah lembut.
"Bagaimana aku harus menjelaskan pada mereka jika aku mengandung anak Sung Byul." Myung Eun menangis.
"Kau harus mengakui perbuatanmu, cepat atau lambat mereka semua akan mengetahuinya. Kau juga tidak bisa bercerai dari Tae Seok lalu menikah dengan adiknya." Bibi Kyung Ah menasihati Myung Eun.
"Aku tahu ini salah, tapi aku takut diceraikan Tae Seok, Bi."
"Sudah, jangan kau pikirkan dulu masalah itu. Yang penting kau dan bayimu baik-baik saja." Bibi Kyung Ah menenangkan Myung Eun.
"Kalau kau jujur pada mereka mungkin mereka akan memaafkanmu, tenanglah," tambah Kyung Ah, tatapan matanya begitu hangat dan penuh kasih sayang.
"Aku mengerti, terimakasih karena Bibi sudah menasihati dan menenangkanku."
Bibi Kyung Ah pun tersenyum tulus pada Myung Eun.
"Setelah Min Kyo pulang dari kafe nanti kita makan malam bersama, ya. Kau dan Sung Byul bermalamlah di sini," pinta Bibi Kyung Ah.
"Apa kami tidak merepotkan kalian?" tanya Myung Eun sungkan.
"Tidak, kami tidak merasa direpotkan," jawabnya ramah.
"Baiklah, kalau begitu aku akan menginap di sini," balas Myung Eun.
"Aku mau memberitahu ibu mertuamu dulu kalau kalian menginap di rumahku," pungkas Bibi Kyung Ah.
Myung Eun pun mengangguk, tapi sebenarnya ia tetap merasa tidak enak menginap di rumah Tuan Jung Bin dan Bibi Kyung Ah.
Istri Tuan Jung Bin kemudian menelepon Sung Na memberitahukan jika anak dan menantu Sung Na menginap di rumahnya, ia juga menjelaskan keadaan Myung Eun yang sebenarnya.
"Sung Na, malam ini Myung Eun dan Sung Byul menginap di rumahku. Mereka terpaksa bermalam di sini karena menantumu tadi pingsan ... dia sedang mengandung."
"Apa?? Myung Eun hamil?? Lalu kenapa mereka harus menginap di sana? Apa dia baik-baik saja??" tanya Sung Na panik.
"Dia baik-baik saja, kebetulan tadi suamiku mengundang mereka berdua ke rumah untuk makan malam bersama," jawab Kyung Ah.
"Baiklah, aku lega mendengar dia baik-baik saja," balas Sung Na.
Akhirnya malam itu Myung Eun dan Sung Byul tidur di rumah Tuan Jung Bin namun Sung Na merasa ada sesuatu yang janggal dengan kehamilan menantunya dan undangan makan malam yang tiba-tiba.
******