Arina mendengus sebal. Sudah setengah jam dia membangunkan Biru, tetapi makhluk itu tidak bangun-bangun juga. Padahal dia sudah berjanji pada Thor yang sudah menemukan orang di Merapi untuk menjemput mereka.
Ingin menggebyurnya dengan air, tetapi serius, Arina sungguh tidak tega. Bahkan Brownie, Ndeso, dan Ndesit sudah menginjak-injak mukanya sedari tadi, tapi hasilnya sama saja, Biru tidak bangun-bangun juga.
Mungkin jikalau Brownie bisa berbicara, dia akan berkata, 'Dasar manusia, tapi tingkahnya kebo kuadrat!'
"Coba periksa nadi. Jangan-jangan dia mati," kata Ausans. Arina mengangguk. Tetapi bukannya menyentuh urat nadi di leher, Arina malah menempelkan telinganya ke dada Biru. Dikira urat nadi itu detak jantung apa, ya?
"Nggak kok, Sans. Masih berdetak. Normal juga. Nggak cepet dan nggak lambat," ucap Arina pada Ausans. Ausans sendiri hanya geleng-geleng kepala.
Terdengar Biru mengerang kecil, sudah bangun dari tidurnya. Ia menyipitkan mata ketika melihat kepala Arina ada di atas dadanya.
"Kamu ngapain?"
"Akhirnya kamu bangun juga, Blue." Arina mengangkat kepalanya dari dada Biru. "Aku lagi periksa nadi. Dikira kamu udah mati gara-gara nggak bangun-bangun," ujar Arina. Biru tersenyum lalu menggelengkan kepala heran. Sejak kapan periksa nadi, tapi yang diperiksa detak jantung?
Biru bangkit duduk dan menatap sekeliling gazebo yang ia tiduri. Biru memang tidur di luar, tepatnya di gazebo. Sedangkan Arina dan Ausans tidur di dalan rumah yang berisi dua kamar. Kamar itu sendiri biasanya ditempati oleh orang yang jaga dan merawat kuda dan kandang milik Ausans.
"Ini jam berapa?" tanya Biru.
"Jam delapan, Blue. Kamu janjian sama Thor jam tujuh, kan?" jawab Arina.
"Kenapa kalian baru bangunin sekarang?! Kita belum siapin banyak hal buat nanti juga," seru Biru langsung bergegas memakai jaket dan berjalan ke motor. Arina memberi ekspresi jijik. Dianya saja yang susah dibangunkan.
"Blue, nggak sarapan dulu?" tanya Ausans yang sedang memberi makan Cassini setelah tadi memandikannya.
"Nanti di jalan. Daaah. Aku duluan," pamitnya lalu menjalankan motornya keluar dari stable yang pintu besinya memang sudah dibuka.
Arina menatap punggung Biru yang mulai menghilang karena belokan lalu bergumam, "Biru masih wangi, ya?"
Lah terus?