Di pagi hari yang cerah, angin berhembus dengan lembutnya menerpa dedaunan sakura yang sedang berjatuhan.
Terbang kesana kemari seperti sedang menari di depan mataku.
Kicauan dari beberapa burung yang bertengger di salah satu pohon sakura terdengar disaat aku sedang berjalan menuju ke sekolah dengan santainya.
Namaku Katsuragi Arata. Aku sekarang adalah murid kelas 2 di SMA Swasta disekitar kota tempatku tinggal, lebih tepatnya di SMA yang bernama Hashigai.
Sekarang adalah Musim semi, musim dimana sebuah cerita akan dimulai, dari persahabatan, percintaan, pertemuan antar teman, murid pindahan. Banyak hal yang bisa dikaitkan dengan musim semi ini, dan juga bagiku musim ini bisa disebut dengan musim para Tokoh Utama hadir.
Manga dan anime yang kubaca selalu berlatar suasana seperti ini, pertemuan yang tiba - tiba, lalu bertemu kembali di sekolah, setelah itu berteman dan saling mencintai, itu alur yang biasa terjadi di kehidupan ini lebih tepatnya kisah asmara masa muda.
" Terlambat - terlambat… "
" Hm?. "
Terdengar suara yang tidak asing di persimpangan jalan yang ada didepan ku, suara itu seperti suara awal dari sebuah kisah di musim semi ini. Suasana yang begitu cocok untuk memulai sebuah suatu cerita.
Seketika itu aku berhenti melangkah tepat sebelum melewati persimpangan jalan yang ada didepan ku. Lalu tak lama kemudian terlihat seorang perempuan berambut hitam panjang melewati ku dengan terburu-buru yang memakai seragam sama seperti ku.
Aku sudah menduga kalau hal seperti ini akan terjadi Karena aku menyadari nya disaat diriku melihat persimpangan ini dari kejauhan tadi.
Aku benar-benar beruntung kali ini.
Tapi secara tidak sengaja mata kami saling bertemu satu sama lain disaat dia menyadari keberadaanku di persimpangan. Dia melihatku dengan roti tawar yang berada di mulutnya. Cerita yang sama dengan manga itu akan terjadi bila aku menabraknya di persimpangan.
Jika saja aku tidak mendengar suara nya maka awal cerita ku di musim semi ini akan dimulai pada tahun kedua ku di sekolah.
Biar ku pertegas. Aku dari dulu ingin menghindari semua hal - hal yang berbau seperti tokoh utama.
Karena menjadi seorang Tokoh Utama itu sangatlah merepotkan.
Tapi mengingat tadi kami berdua saling bertatap mata, apakah itu tidak apa-apa?.
Aku harap hal itu tidak memicu sesuatu.
Maa... Lebih baik aku tidak terlalu mengambil pusing masalah seperti itu. Dan aku yakin dia pasti akan bertemu dengan orang yang akan ditakdirkannya nanti.
Aku pun melanjutkan perjalananku yang sempat terhenti tadi.
SMA Hashigai, adalah SMA swasta yang memastikan para lulusan mereka langsung bekerja setelah 3 tahun belajar di sekolah tersebut. Jika mereka memang ingin bekerja setelah lulus sekolah maka sekolah dengan senang hati akan mencarikan mereka tempat bekerja yang layak untuk keahlian mereka masing-masing.
Untuk yang ingin meneruskan lanjut ke perguruan tinggi, SMA ini merekomendasikan tempat yang cocok untuk mereka yang memiliki nilai dibawah rata-rata maupun diatasnya.
Oleh karena itu SMA swasta ini dijadikan SMA favorit di kota ku.
Ya, itu adalah hal yang istimewa dari SMA Hashigai yang mampu menyaingi SMA Negeri maupun SMA Swasta lainnya.
Pihak sekolah memastikan bahwa lulusan nya nanti kelak bisa mendapatkan apa yang mereka inginkan. Tapi yang jelas tes disini sangatlah ketat dan jika membicarakan masalah ujian semester aku tidak mau membicarakan nya.
Sungguh.
Suara bel pun berbunyi setelah aku sampai di loker sepatu ku. Suara bel itu menandakan pelajaran pertama akan dimulai. Oleh sebab itu aku bergegas untuk masuk ke kelas ku dan berharap sensei datang terlambat masuk ke kelas.
Saat sampai di kelas, aku duduk di salah satu bangku barisan tengah dari dua kebelakang. Kelas yang kutempati ini memiliki penanda yang menggantung di depan pintu dengan tulisan 2-B disana.
Mungkin tempat duduk ini tidaklah ideal bagi seorang pendiam sepertiku, tapi setidaknya bagi ku itu bukanlah masalah besar jadi 'No Problem'.
Dan mau sampai kapan pun aku tidak akan pernah mau duduk di barisan belakang dekat jendela disana itu.
Ya, itu tidak akan pernah terjadi sama sekali, aku benar-benar tidak ingin duduk disana.
" Selamat pagi semua. "
Suara dari seorang guru laku-laki yang masuk dari pintu depan kelas pun membuyarkan semua isi pikiran ku tadi. Dengan santainya ia berjalan ke depan papan tulis seperti tidak memiliki rasa bersalah karena terlambat masuk ke kelas.
Tapi karena itu aku jadi terselamatkan, jadinya aku tidak perlu menarik perhatian saat aku masuk terlambat ke kelas.
Terima kasih sensei.
" Maafkan sensei, tadi terjadi sedikit masalah di ruang guru jadinya sensei sedikit datang terlambat masuk kelas. "
Tidak, sensei tidak perlu meminta maaf soal itu karena aku sudah memaafkan sensei dari tadi. Sekali lagi terima kasih karena sudah datang terlambat.
" Ah iya... Sebelum memulai pelajaran, di kelas kita akan ada murid baru yang akan bergabung dengan kalian, sebentar lagi dia akan datang setelah mengobrol dengan kepala sekolah. "
Tunggu dulu.
Murid baru? Kenapa dia harus di pindahkan ke kelas ini? Bukankah masih ada kelas lain yang lebih cocok dengan nya? Entah kenapa aku memiliki firasat yang buruk tentang murid baru ini.
Aku harap itu bukanlah anak perempuan yang tadi pagi.
Tak selang beberapa lama, terdengar suara ketukan dari depan pintu kelas kami, dan saat pintu kelas kami itu terbuka terlihat seorang perempuan berdiri disana sambil melihat ke dalam kelas.
Sensei yang menyadari kehadirannya langsung mempersilahkannya untuk masuk kedalam.
" Ah akhirnya kau datang, silahkan masuk. "
Perempuan itu pun masuk kedalam kelas dengan sopannya ia berkata permisi setelah menutup pintu kelas tersebut.
" Permisi.. "
Aku terkejut saat melihat perempuan itu telah tengah berdiri di sebelah sensei. Pasalnya aku kenal dengannya, dia bukanlah teman masa kecilku ataupun kenalan ku waktu di SMP atau sekolah dasar.
Melainkan dia adalah perempuan yang hampir tertabrak dengan ku saat di persimpangan tadi.
Dia memiliki rambut panjang sepinggul yang berwarna hitam pekat, serta warna matanya juga begitu hitam seperti rambut miliknya meskipun agak sedikit cerah.
Ini benar-benar masalah yang serius.
Seseorang yang ingin menjauhi dirinya dari berbagai urusan layaknya tokoh utama sedang terancam disini.
" Perkenalkan, dia adalah murid pindahan namanya adalah… Kurugaya Kuruna. "
" Mohon bantuannya teman - teman. " Ucapnya diakhiri dengan memperlihatkan senyuman lembutnya.
Semua murid laki - laki akhirnya berteriak kegirangan hanya karena satu murid perempuan ini tersenyum dengan lembut di depan mereka semua, dua kata untuk mereka, 'terlalu berlebihan'.
Mereka benar-benar menggila hanya karena perempuan itu tersenyum sambil memperkenalkan dirinya di depan kelas.
Ini memang tidak masuk akal, tapi mengkesampingkan reaksi mereka semua, memang ini tidak salah lagi kalau dia itu adalah perempuan yang lewat di persimpangan tadi pagi.
Aku harap dia tidak menyadari keberadaan ku dan memulai apa yang tidak aku inginkan.
Namun saat aku sedang memikirkan kemungkinan yang akan terjadi, salah satu murid laki - laki yang berada di bangku barisan belakang dekat jendela berteriak.
" Ah!!! Kau kan!!!. "
Aku pun terkejut saat dia berteriak dan menunjuk ke arah Kurugaya Kuruna dari bangku barisan belakang dekat jendela itu. Sudah aku duga bangku yang berada disana itu memiliki kekuatan mistis untuk menjadi seorang tokoh utama.
" Hm? Oh.. kalau tidak salah kau laki - laki yang tadi kan? Kau sungguh merepotkan apa kau tahu?. " Katanya dengan menyilangkan kedua tangannya sambil menunjukkan wajah tak tertariknya.
" A-a-apa - apaan itu, bukankah kau yang menabrak ku duluan? Minta maaf sekarang!. "
Seperti yang telah terlihat disini, sepertinya murid laki-laki yang ada disana terjebak dengan event pertemuan murid pindahan di persimpangan jalan.
Aku sangat lega saat mengetahui hal itu.
Dan karena dia, aku bisa terselamatkan dari murid pindahan tersebut.
" Tidak, aku tidak mau, untuk apa aku meminta maaf kepadamu?. " Jawab perempuan itu acuh tak acuh.
Berbeda dari yang lain, sifat Kurugaya-san tidak seperti heroine pada umumnya. Bukankah saat ini dia harus tidak terima dengan pengakuan dari sang tokoh utama laki-laki itu? Kalau dia tidak menolak ucapan dari laki-laki itu maka ini tidak akan berjalan sesuai dengan alur cerita pada umumnya.
Sepertinya harus ada yang mendukung alur cerita mereka berdua.
Ya, jika menyangkut masalah ini ada seseorang yang cocok untuk mengarahkan kembali alur mereka yang hancur disini.
Itu adalah Sensei. Dialah yang bisa diandalkan pada waktu seperti ini. Silahkan ucapkan mantra nya sensei.
" Oh... ternyata kalian sudah saling mengenal ya. "
Bagus sensei, akhirnya kau membuat situasi dimana mereka akan dekat satu sama lain.
Aku harap begitu.
" Kalau begitu untuk istirahat pertama akan aku serahkan kepada mu Takagawa, ajak dia keliling sekolah. "
" Hah? Aku tidak mau sensei. " Tolak Takagawa.
" Aku juga tidak mau diantar laki - laki seperti mu. "
Terlihat wajah kesal Takagawa saat Kurugaya berbicara seperti itu kepadanya.
Anu... Bisakah kalian sedikit tenang dan menerima semua keadaan saat ini? Sungguh, apa salahnya jika kalian pergi berdua di area sekolah? Tidak akan ada yang mencurigai kalian jika kalian tidak menarik perhatian.
Tapi mungkin itu akan berpengaruh kepada murid laki-laki yang bernama belakang Takagawa. Ya, itu pasti.
" Benar-benar merepotkan. " Ucap Takagawa dengan duduk kembali di kursinya.
" Apa kalian sudah selesai?. " Ucap Sensei menengahi mereka berdua.
" Kalau kalian sudah selesai, Kurugaya - san silahkan duduk di samping bangku Sakayanagi - san. Kau juga bisa menanyakan tentang sekolah ini kepadanya jika kau tidak mau dengan Takagawa. " Lanjut Sensei.
" Terima kasih sensei, Maaf atas semua nya. "
Setelah adegan layaknya cerita yang terjadi di anime romcom itu selesai, Kurugaya-san menunduk untuk meminta maaf kepada Sensei dan pergi ke bangku sebelah Sakayanagi.
Murid perempuan yang bernama Sakayanagi itu duduk di barisan sebelah paling kiri kelas, sedangkan aku berada di barisan bangku sebelah barisan Sakayanagi.
Ya, bagiku itu tidak masalah, jadi-
Tunggu.
Sebelah bangku Sakayanagi? Kalau tidak salah bangku Sakayanagi berada dekat dengan bangku ku.
Untuk memastikan rasa penasaran ku ini, aku pun melirik kebelakang ke arah Sakayanagi berada, dan ya tentu saja.
Aku lupa kalau bangku yang berada dibelakangku tidak ditempati oleh murid-murid yang ada dikelas dan membiarkannya kosong begitu saja.
Benar-benar menyebalkan.
" Sakayanagi - san tolong tunjukkan bangku nya. "
" Ah iya, kemari lah Kurugaya - san. "
Lalu anak perempuan yang bernama lengkap Sakayanagi Natsumi itu pun mengangkat tangannya.
Kalau begini jadinya maka dia akan tahu kalau aku adalah laki-laki yang bertemu dengannya di persimpangan tadi pagi.
Aku tidak mau hal itu terjadi, maksud ku aku tidak mau merebut takdir Takagawa yang akan jadi sang tokoh utama untuk Kurugaya-san.
Jadi jangan terlibat dengan mereka.
Saat Kurugaya Kuruna itu berjalan ke arah bangku yang berada dibelakangku, aku hanya bisa memandang ke arah bawah dan berpura-pura mengeluarkan buku ku dari dalam tas.
Hanya ini cara yang terpikirkan agar dia tidak menyadari keberadaanku.
Di kehidupan ini, manusia memiliki sebuah kelebihan yang disebut dengan memilih. Setiap pilihan memiliki resiko masing - masing dan menyesal hanya akan ada diakhir pilihan. Jadi apa yang aku lakukan bisa diartikan sebagai pertarungan hidup dan mati.
Itu pendapat pribadiku tentang memilih suatu tindakan.
Aku pun melirik ke arahnya setelah dia berjalan melewatiku, nampaknya dia tidak menyadarinya kalau aku pernah bertemu dengannya meskipun hanya sebentar saja. Syukurlah kalau begitu.
Dan akhirnya dia pun duduk tanpa sempat berkata apapun.
Beberapa jam telah terlewati dan akhirnya pelajaran kelima pun selesai ditandai dengan bel istirahat yang berbunyi. Istirahat makan siang pun telah tiba setelah sensei pergi meninggalkan kelas.
Untuk menghindari kontak dengannya lebih lanjut, aku bergegas pergi menuju tempat dimana aku bisa sendirian dan menenangkan pikiran ku.
Tempat yang paling aku sukai disekolah ini yaitu halaman belakang sekolah. Meskipun aku menyukainya tapi tetap saja tempat itu memiliki banyak kekurangan seperti saat di musim penghujan atau pun turun salju aku selalu kerepotan untuk mencari tempat untuk menyendiri.
Tapi karena bulan ini musim semi dan tidak ada tanda-tanda cuaca akan jadi memburuk, jadi aku kesana untuk menyantap bekal makan siang ku.
Sesampainya di halaman belakang sekolah, aku pun duduk di bawah pohon besar yang biasanya aku buat berteduh dari sinar matahari dan bersandar kepada nya. Sama seperti waktu kelas satu dulu ini adalah tempat dimana aku bisa bermain pikiran dengan diriku sendiri.
Ya bukan untuk menghayal atau berbuat hal yang tidak-tidak.
Bisa dibilang disini tidak ada murid - murid sekolah yang berlalu lalang, hanya ada tukang kebun yang saat ini sedang memotong rerumputan panjang yang ada di halaman belakang di depan dekat pohon besar yang dimana saat ini sedang kutempati untuk berteduh.
Jadi aku bisa menikmati waktuku disini dengan tenang walau hanya sesaat saja.
Tapi mengingat kejadian yang tadi pagi, aku saat ini masih belum bisa percaya, karena pada saat tahun ajaran baru ku ini, aku hampir mendapatkan sebuah masalah.
Ya, setidaknya aku bisa sedikit lega karena aku tidak terjerat dalam event murid pindahan baru itu.
Karena menghindar dari hal - hal yang berbau tokoh utama itu adalah motto ku. Akan aku pastikan kejadian dulu tidak akan terulang kembali.
Dan lagi pula ini semua juga tidak ada hubungannya dengan masa lalu ku itu, sekolah manapun tetaplah sama setiap cerita pasti ada yang tersakiti tak terkecuali yang memiliki cerita tersebut.
Jika diberi pilihan antara menjadi tokoh utama yang bahagia dan suka terlibat dengan masalah atau menjadi tokoh sampingan yang selalu bersikap netral dan mendukung maka aku akan memilih untuk menjadi tokoh sampingan saja.
Karena menjadi tokoh utama itu bisa membuat mental diri sendiri menjadi buruk dan mengalami hal - hal menyakitkan sebelum mendapatkan kebahagiaan.
Bisa dikatakan menjadi seorang tokoh utama itu sangatlah merepotkan. Meski ada seorang yang bilang bahwa kebahagian itu harus dicapai lewat pengorbanan yang setimpal.
Tapi hal itu tidak menjamin kalau mereka akan bahagia setelah nya. Kemungkinan besar mental mereka bisa hancur sebelum mereka mendapatkan kebahagian.
Kebanyakan hal itu yang aku lihat dari anime yang pernah aku tonton dulu.
Hembusan angin pun muncul dan menyegarkan seluruh tubuh serta pikiran ku yang sempat kacau tadi. Terlihat dedaunan yang masih menempel pada pohon ikut tergerak juga karenanya.
Langit yang begitu cerah nan biru memperlihatkan keindahan yang dimilikinya. Tempat ini memang yang paling cocok untukku, dimana tidak ada yang bisa menggangu ku di saat seperti ini.
Setelah itu aku pun menutup mata ku perlahan dan merasakan suasana yang disuguhkan alam kepada ku ditempat ini.
Lalu…
" Oooi... "
" Hm?. "
Suara yang begitu lembut terasa masuk ke dalam kedua telinga ku dan membuat ku terpaksa untuk membuka kedua mataku kembali.
Lalu saat aku membuka kedua mataku, aku mendapati seorang murid perempuan yang sedang berada di hadapanku. Dia hanya melihatku dengan senyuman yang terukir diwajahnya setelah memanggilku.
Aku tidak terkejut dengan apa yang ada di hadapanku saat ini, tapi setelah memikirkan kembali apa yang terjadi saat ini, nampaknya aku telah terjebak di dalam lingkaran cerita milik nya.
Ini benar-benar menyebalkan.
" Kau sudah bangun? Sebentar lagi jam istirahat makan siang habis lo... Apa kau tidak mau kembali ke kelas?. "
" Kurugaya... Kuruna... " Gumamku.
Sudah aku duga, akulah yang akan terlibat di dalam masalah kehidupan nya. Jadi karena itu aku tidak terkejut saat dia ada dihadapanku saat ini.
" Apa kau ada keperluan denganku Kurugaya-san?. "
Aku pun menghela napas dan membuka kaleng air minum yang aku dapatkan dari mesin minuman yang ada di kantin tadi.
Dan aku hanya bisa menebak juga kalau dia mungkin mengikutiku saat aku sedang ada di kantin tadi.
" Sudah kuduga... kau yang tadi pagi itu kan? Saat di persimpangan tadi walau hanya sesaat mata kita kita saling bertemu bukan?. "
" Tidak... Hari ini aku sama sekali tidak bertemu dengan anak perempuan di persimpangan tadi pagi. " Bantahku meskipun itu hanya kebohongan belaka.
Bohong terkadang bisa membuat kita terhindar dari masalah meskipun itu sedikit tidak layak untuk dilakukan, tapi mau bagaimana lagi.
Di catatan buku Katsuragi Arata, dia tidak ingin terlibat di dalam yang namanya kehidupan orang lain.
Karena itu aku berbohong kepadanya.
" Oh begitu ya... berarti aku salah orang. "
Dengan ekspresi kecewanya dia berpikir untuk sekian kalinya dan memastikan apakah aku yang dia temui tadi pagi itu.
Ini kesempatan ku ayo putar balikkan keadaan sekarang.
Ingat ini Kurugaya Kuruna, aku tidak akan pernah menjadi seorang tokoh utama di kehidupan mu maupun di kehidupan orang lain.
Jadi mulai sekarang menjauhlah dari kehidupanku dan tetaplah berada di jalur ceritamu dengan si Takagawa itu.
" Kalau begitu.. "
Sebelum aku membuat alasan agar dia tidak lagi dekat-dekat denganku, Kurugaya-san pun mendekatkan wajahnya ke wajahku. Lalu akhirnya mata kami saling bertemu dan saling menatap satu sama lain.
Warna mata hitamnya yang cerah dan indah itu menghiasi wajah cantiknya.
Mata indah miliknya itu terasa menghipnotis diriku. Yang bisa kulakukan hanya memandang mata milik Kurugaya Kuruna tanpa berkedip sama sekali.
" Sekarang mata kita saling bertemu kan?." Ucapnya dengan tersenyum kepadaku.
Dia tersenyum setelah berkata seperti itu, dan dengan terkejut aku langsung memalingkan wajah ku untuk menghindari kontak mata dengan nya.
Gawat, hampir saja aku terpesona akan kecantikannya. Apakah karena aura kepopuleran nya itu yang bisa membuat ku jadi seperti ini?.
Tidak, itu tidak boleh. Kau harus tetap sadar Arata, kuatkan dirimu.
Setelah menguatkan pikiran dan hatiku, aku pun menatapnya kembali dan berkata.
" Kurugaya-san... "
" Hm? Ada apa?. "
Dari wajahnya tergambar jelas dia tidak merasakan apa - apa setelah melakukan hal memalukan seperti itu tadi.
Ya aku tidak mempermasalahkan nya sama sekali jika dia tidak malu sedikit pun, tapi...
" Bisakah kau pergi dari tempat ini?. "
Itulah kata - kata yang aku ucapkan untuk mengusir dia dari sini. Membiarkannya terus berada disini bisa membuat ketenangan ku terganggu. Jadi mau tidak mau aku harus melakukannya.
" Memangnya kenapa?. " Dia pun bertanya untuk mempertanyakan alasan dibalik aku berkata seperti itu.
" Bukankah kau tadi sedang berkeliling dengan Takagawa?. " Tanyaku balik.
" Oh dia? Aku tidak mau diantar oleh nya, jadi Natsumi- san yang menggantikannya, mungkin dia sekarang sedang khawatir karena aku pergi tidak bilang - bilang. " Jawabnya dengan seringai jahilnya itu.
Tergambar jelas di wajahnya yang penuh dengan kesenangan itu disebabkan kejahilan yang dia lakukan terhadap Sakayanagi-san.
Dia benar-benar menikmati kejahilannya. Sama seperti anak perempuan pada umumnya, terkadang mereka tidak memikirkan resiko apa yang akan mereka lakukan, mereka hanya ingin memuaskan diri mereka dengan cara apa pun yang mereka inginkan. Itulah sifat yang aku benci dari mereka, tapi terkadang laki - laki juga mempunyai sifat seperti itu namun tidak terlalu seperti anak perempuan.
Aku tidak mau terus berhubungan dengan Kurugaya-san, lebih baik aku kembali ke kelas dan tidak melakukan kontak dalam bentuk apapun dengannya.
Selamanya.
" Kurugaya-san, lebih baik kau tidak perlu terlibat dengan ku. "
" Eh? Memangnya kenapa? Apa aku melakukan kesalahan?. "
" Ya, berbicara denganku itu sudah bisa disebut dengan kesalahan. Mulai hari ini pastikan kau tidak mengajakku bicara atau apapun itu, apa kau tahu? Kau itu benar-benar menyebalkan Kurugaya-san. "
Aku pun pergi dan meninggalkannya sendirian di bawah pohon itu. Bel pun berbunyi menandakan jam istirahat kedua berakhir dan aku harap juga bel tersebut juga menandakan akhir dari hubungan yang belum seutuhnya tercipta ini.
Ya, aku sangat berharap akan hal itu.
Pelajaran dikelas ku pun berjalan dengan lancar sama seperti biasanya, tanpa ada masalah sedikitpun.
Suara decak kapur tulis yang sedang digunakan sensei terdengar di dalam penjuru kelas hingga membuat ketenangan di kelas ku. Aku harap ketenangan ini berjalan selama nya.
Meskipun begitu keinginanku, tapi entah kenapa aku penasaran dengan keadaan Kurugaya-san saat ini begitu tadi aku tinggal kan begitu saja di halaman belakang sekolah tadi.
Wajah ku tak berhenti - hentinya ingin menoleh ke belakang. Rasa penasaran ku semakin menjadi - jadi karena ketenangan yang ada dikelas ini, ada apa dengan ku ini?.
Bukannya aku merasa bersalah atas ucapan ku tadi kepadanya. Tapi dia tetaplah perempuan, bisa - bisa aku menjadi bahan gosip murid - murid di SMA Hashigai ini karena sudah tak sopan berkata seperti itu kepadanya.
Aku harus meminta maaf dan bilang kepada nya agar tidak menyebar kan rumor yang aneh - aneh tentangku. Tapi bagaimana caranya?.
Tak ada satu ide pun terlintas di pikiran ku, bahkan jika aku berpikir keras pun tidak akan ada jalan bagiku untuk dimaafkan olehnya.
Bayangkan saja kalau aku sudah berbicara seperti itu tadi kepadanya lalu tiba-tiba meminta maaf, bukankah itu sama saja menggali kuburan sendiri?.
Kurugaya-san akan langsung blak-blakan berkata bahwa dia telah bertemu dengan orang yang tidak sopan di hari pertamanya dan secara tidak langsung aku akan menarik perhatian seisi kelas.
Ah, aku tidak mau terus memikirkan hal itu.
Tapi jika aku mengingat motto ku untuk menjadi seorang tokoh sampingan. Mungkin apa yang terjadi kepadaku bukanlah masalah yang cukup besar.
Ya, mungkin Kurugaya-san akan menganggapku kerikil di jalanan saja. Lagi pula aku sudah jadi tokoh sampingan di kehidupannya, dengan bertemu hanya sekali dua kali maka syarat untuk menjadi seorang tokoh sampingan sudah terpenuhi.
Biasanya tokoh sampingan hanya muncul beberapa kali dan jarang terlibat dengan sang tokoh utama. Jadi aku hanya perlu menghindarinya sebaik mungkin agar tidak terlibat lebih jauh dengannya.
Beberapa jam pun telah terlewati dengan cepatnya, dan tanpa sadar bel pulang sekolah pun berbunyi.
Baiklah, waktunya pulang dan menikmati waktu sendirian ku dirumah. Namun saat aku telah membereskan buku ku, dari belakang aku mendengar langkah kaki Kurugaya-san yang sedikit terburu-buru.
Karena suara tersebut terdengar olehku, dengan rasa penasaran ini, aku pun melirik kebelakang dan terlihat Kurugaya-san saat ini sedang berbicara dengan Takagawa.
Dari situ aku mulai berpikir, apakah Kurugaya-san akhirnya bisa dekat dengan Takagawa? Kalau memang benar seperti itu maka alur cerita mereka berdua berjalan kembali, akhirnya aku bisa lega karena alur yang sempat kacau tadi bisa kembali normal.
Untuk memastikannya mungkin aku akan tinggal disini untuk sementara waktu mendengar percakapan mereka berdua.
" Takagawa-kun, maukah kau mengantarkan aku keliling sekolah?. "
" Berkeliling? Bukankah kau dan Sakayanagi sudah berkeliling sekolah? Apa aku salah lihat tadi Kurugaya-san?. "
" Ah itu... aku kabur darinya tadi. "
" Kau sangat merepotkan untuk seorang murid baru, apalagi Sakayanagi barusan pulang. Baiklah untuk kali ini aku akan memaafkan ucapanmu tadi pagi. Ayo kita pergi dan cepat selesai kan urusan berkeliling sekolah ini Kurugaya - san, soalnya aku ada kegiatan klub hari ini. "
" Terima kasih Takagawa-kun. "
Ya, percakapan yang cukup baik. Dengan semua itu kemungkinan akan terjadi sesuatu diantara mereka berdua nanti. Ya, aku yakin akan hal itu.
Aku akan mendukung kalian dari kejauhan ini, selamat.
Setelah itu aku pun berdiri dari bangku ku dan pergi menuju pintu kelas, tapi saat kaki ku akan melangkah keluar dari pintu. Aku mendengar ucapan yang tidak ingin aku dengar sama sekali dalam kehidupan ku saat ini.
Ya. Tentu saja itu berasal dari Kurugaya-san yang saat ini sedang berbicara dengan Takagawa.
" Hei apakah kau tahu Takagawa-kun? Ternyata murid pendiam bisa seperti itu juga ya. "
" Hm? Apa yang kau maksud Kurugaya- san?. "
Dia ingin mengatakan hal yang tidak ingin aku dengar. Dan lagi pula siapa orang pendiam yang sedang dibicarakan oleh Kuruna? Apakah aku atau orang lain?.
Itu terlalu ambigu.
" Tidak kusangka, dia bisa seperti itu. " Ucap Kurugaya-san dengan mengusap belakang kepalanya dengan tangan kanannya.
Ucapan itu membuat murid yang ada dikelas ini memperhatikan Kurugaya-san dengan tatapan bertanya - tanya. Sebenarnya apa yang dia ingin ucapkan? Itu yang aku lihat dari arah pintu kelas ini.
" Kurugaya-san sebenarnya apa yang ingin kau katakan?. "
Perempuan yang ada disebelahnya sangat penasaran dengan perkataan Kurugaya-san langsung mendekatinya. Begitu juga dengan yang lainnya, mereka pun mendekati Kurugaya-san dengan rasa penasarannya mereka masing-masing.
Ini gawat. Apakah masa-masa tenangku akan berakhir hari ini.
Jika aku menjadi pusat perhatian, maka tamatlah riwayat ku. Hari-hari ku disekolah yang ku idamkan agar tidak terlibat dengan semua orang akan berakhir disini.
Apakah aku akan membiarkan ini semua terjadi? Lantas bagaimana aku menghadapi mereka?.
Aku tidak tahu.
Setelah itu, aku akhirnya pergi keluar kelas, tanpa membuat murid - murid yang lain memperhatikan ku.
Aku hanya bisa berjalan seperti biasa dan memikirkan bahwa besok aku akan menjadi pusat perhatian dikelas karena ulah Kurugaya-san.
Mungkin itu imbalan yang kudapat dari berkata kasar kepadanya tadi siang, jadi aku harus bisa menerima konsekuensinya. Tapi perkataan Kurugaya-san itu sangat ambigu, dia sepertinya sedang tidak mengerjai ku atau membalas perbuatan ku.
Aku bisa seyakin itu karena dia sama sekali tidak menatap maupun melirikku, terkadang saat mereka ingin melakukan hal seperti itu mereka akan melihat target untuk memastikan bahwa si target juga ikut mendengarkannya.
Tapi apa mungkin itu pengalihan agar aku tidak terlalu memperhatikannya? Tidak Kurugaya-san, aku benar-benar memperhatikan apa yang ingin kau katakan.
Aku pun menghela napas setelah selesai memakai sepatu ku dari loker. Namun terlintas di pikiran ku tentang sesuatu yang bisa aku lakukan saat ini.
Itu adalah jalan satu-satunya agar aku tidak terlibat dengan kehidupan orang lain. Dan tentunya jawabanya adalah menjadi seorang Hikikomori.
Ya, itu memang ide bagus. Mulai sekarang aku akan mendedikasikan diriku menjadi seorang Hikikomori pada saat ini juga.
" Apakah kakak sudah gila ya?. "
" Pergilah... aku tidak ada urusan dengan mu. "
Setelah sampai rumah aku pun langsung masuk ke kamarku dan menyelimuti diriku dengan selimut yang ada di kasur ku.
Alasanku pulang dan langsung membaluti ku dengan selimut adalah karena aku ingin menjadi seorang Hikikomori mulai hari ini juga.
Tapi saat menjelang malam, adik perempuan ku pulang dari sekolah dan melihat ku sedang terbalut selimut dengan hanya kepalaku yang keluar dari selimut tersebut.
Terlihat wajahnya yang saat ini sedang kesal karena tingkah laku anehku.
Mungkin bagi mereka diluar sana tidak akan takut dengan adiknya yang sedang marah.
Tapi bagiku adik ku ini adalah segalanya. Saat dia marah, secara tidak langsung itu berarti menghancurkan dunia ku sendiri.
Ada alasan kenapa aku bisa setakut itu kepada adikku.
" Aku mau menjadi seorang Hikikomori. " Jelasku kepada Adik perempuan ku.
" Dasar sampah masyarakat, pergilah yang jauh sebisa mungkin. "
" Hei, kau seperti nya sangat menginginkan kakak mu untuk pergi dari rumah ini. Dan juga jangan bilang seperti itu kepada seorang Hikikomori. Minta maaflah kepada mereka yang telah menjadi senior ku dalam ke - Hikikomori an nya. "
Anak perempuan itu hanya menghela napasnya saja setelah mendengar perkataan ku.
Katsuragi Shiori, itulah nama adik perempuanku. Dia memiliki rambut putih panjang yang indah, dengan warna mata nya yang berwarna emas membuat nya terlihat sangat berwibawa dan manis.
Aku dengar adik ku adalah idola di sekolah nya, dan aku juga dengar kalau dia sekarang sedang bersiap - siap untuk pertukaran pelajar di SMA terdekat.
Mendengar hal itu kedua orang tua kami sangat bersyukur, bahwa ada anak nya yang masih waras disini. Sedang kan aku kakaknya hanya ingin pergi dari dunia ini. Bukannya mencari mati, aku hanya ingin tenang tanpa ada yang menggangu.
" Kakak... makan malam nya sudah siap, jadi cepat turun dan jangan banyak alasan. "
" Baiklah... aku akan turun. "
Aku pun hanya bisa menjawabnya dengan pasrah.
Membuat adik ku marah memanglah hal yang mudah bagiku, tapi aku memilih untuk tidak membuat adik ku marah, karena membuat dia marah sama saja membuat dunia ku hancur seketika, itulah yang telah aku katakan tadi.
" Apa ayah dan ibu akan pulang hari ini?. "
Aku pun bertanya sembari duduk disalah satu kursi meja makan yang terbuat dari kayu dan dicat berwarna coklat muda ini.
" Hari ini mereka tidak akan pulang... Tadi aku dapat telepon dari mereka, minggu besok mereka baru akan pulang. "
" Oh begitu. "
Meskipun Shiori bilang Minggu besok tapi mereka tidak akan pernah pulang, sudah hampir satu tahun lebih mereka tidak pulang.
Terakhir kali aku bertemu mereka adalah saat aku pertama kali masuk SMA.
Meskipun sebenarnya aku bisa mengunjungi mereka di tempat kerjanya tapi aku urungkan niat itu.
" Jadi kakak, apa yang terjadi hari ini disekolah mu?. "
" Eh... tidak terjadi apa - apa, sama seperti biasanya. " Aku menjawab nya dengan nada datar sama seperti biasanya.
Saat ini aku sangat tidak tertarik dengan pembicaraan tentang sekolah ku, lebih baik makan tanpa membahas hal - hal yang lain apalagi menjerumus kedalam topik yang namanya kehidupan sekolah.
Seketika itu, aku melihat wajah adik ku yang cemberut sebelum sendok yang berisi makanan ini hampir masuk kedalam mulutku. Aku terdiam dan terpaku saat melihat nya. Diri ku sendiri seketika berkata " ini gawat. "
Memang aku selalu mengalah apapun itu demi adikku, tapi yang tidak kusukai darinya adalah dia itu adik yang selalu ikut campur ke dalam urusan kakaknya.
Mau bagaimana lagi, aku harus menjawabnya agar dia tidak kesal seperti itu.
" Tenang saja, di sekolah sama seperti biasanya aku tetap teguh pendirian dengan peran tokoh sampingan ku. Biar aku ingat kan sekali lagi Shiori bahwa aku tidak akan pernah terlibat dalam masalah kehidupan mereka semua. Cukup aku dan keluarga ini saja yang aku urus, seharusnya kau tahu hal itu kan? Aku selalu berkata seperti itu saat kau bertanya tentang kehidupan SMA ku. "
" Oh begitu ya... " Jawab nya dengan melahap nasi kare dipiring yang ada diatas meja.
Setelah aku berkata seperti itu, aku pun juga ikut melahap nasi kare yang telah dimasak oleh Shiori barusan. Kalau soal memasak Shiori memanglah yang terbaik, bahkan aku diajari Shiori bagaimana cara memasak makanan yang enak.
Dia memang serba bisa. Aku bersyukur punya seorang adik yang bisa diandalkan.
" Kakak sebentar lagi lulus bukan?. " Dia pun bertanya kembali saat dia mengeluarkan smartphone nya dan mengotak-atiknya.
Etto, itu tidak baik loh Shiori-chan. Seharusnya kau menaruh smartphone itu dan makan makananmu.
Tapi mengingat pertanyaan aneh Shiori tadi, aku jadi tersontak kaget mendengarnya. Memang benar aku sebentar lagi lulus tapi aku masih membutuhkan waktu 2 tahun lagi agar bisa lulus.
Dan setelah lulus aku bisa hidup dengan tenang di rumah.
" Itu Masih lama, masih ada 2 tahun lagi sebelum kakakmu lulus. Tapi kau jangan khawatir, kakakmu ini akan hidup tenang di dalam rumah ini, jadi pikirkan saja masa depanmu nanti Shiori. " Jawabku.
" Justru karena itulah aku khawatir kepada kakak! Dengar ya kak, sebelum kau lulus kau harus mendapatkan teman minimal 1 atau seorang pacar. Jika dalam kurun 2 tahun itu kau tidak mendapatkan salah satu diantaranya, maka kau bisa angkat kaki dari rumah ini. " Jelas Shiori dengan nada kesalnya.
" Tunggu dulu... memang nya siapa yang mempunyai rumah ini?. "
Lalu dia menunjukkan pesan yang ada di dalam smartphone nya kepadaku. Aku melihat pesan tersebut dan membacanya dengan hati-hati, namun saat kubaca dari atas hingga bawah semua isi pesan tersebut benar-benar membuatku kesal.
Pasalnya di dalam pesan itu tertulis seperti ini, " Kepada shiori, kami akan mengandalkan mu untuk mengurus kakak mu yang sulit diatur itu. Karena kami sudah lama tidak pulang, maka kami menyerahkan seluruh urusan rumah kepadamu. Kau boleh memaksakan apapun kehendak mu karena aku dengar kalau dia tidak bisa menolak keinginan adiknya. Dan maafkan ayah dan ibu karena tidak bisa berada disisi kalian dan mengawasi kalian dalam beberapa bulan terakhir ini. "
Dan dari itu semua hanya ada satu kalimat yang tidak kusukai. Dibawah pesan tersebut tertulis, " P.S : Berjuanglah Arata. "
Kalian memang yang terburuk, kenapa timingnya begitu pas dengan apa yang sedang kami bahas saat ini? Apa jangan-jangan dari tadi Shiori merencanakan skenario percakapan kami tadi?.
Aku benar-benar terjebak kali ini.
Dan juga apa - apaan dengan pesan itu? Ayah ibu padahal aku sudah menjadi anak penurut untuk kalian berdua tapi kenapa kalian mencoba menggiring anak mu sendiri ke dalam masalah kehidupan orang lain? Apakah ini balasan nya?.
Dan apa maksud nya dari Berjuanglah Arata. Ini tidak adil sama sekali.
" Jadi mulai dari sekarang cepat cari teman sana kakak. "
" Mustahil. "
Itulah jawaban singkatku.
" Heh... Begitu ya, jadi kakak tidak mau. " Ucapnya dengan berdiri dari kursi meja makannya.
" Tunggu, apa yang akan kau lakukan Shiori. "
" Tenang saja, ini tidak akan berlangsung lama kakak... "
Ah...
Aku sudah menginjak ranjau rupanya.
***
Pagi hari yang cerah dengan cahaya matahari yang menembus dari balik gordeng jendela kamar ku.
Aku pun bangkit dari tempat tidur ku saat kehangatan dari sinar mentari itu menyentuh kasur serta tubuhku yang masih terbalut dengan selimut.
Sama seperti biasanya, aku mengawali pagiku dengan melakukan peregangan otot dan berakhir membuka lebar gorden jendela ku agar seluruh sinar mentari masuk kedalam kamarku.
Terasa hangat di sekujur tubuh ku saat sinar mentari itu menyentuh seluruh permukaan kulit ku.
Jika mengingat kejadian kemarin, tentang apa yang di lakukan Shiori kepadaku aku sama sekali tidak ingin membicarakannya. Karena begitu mengingatnya kepalaku akan terasa sedikit pusing.
Shiori benar-benar tiada ampun saat menghukum ku. Dia seperti ibunya yang selalu menyelesaikan masalah menggunakan cara apapun agar si pembuat masalah itu merasa jerah.
Jadi aku akan melakukan apa yang diinginkan oleh Shiori tentang mencari seorang teman atau pacar itu.
Tapi.
Mengingat motto ku untuk menjadi seorang tokoh sampingan tentunya mana mungkin aku melakukah hal itu bukan? Jadi aku berbohong kepada Shiori kemarin soal aku menerima permintaannya itu.
" Bagus Arata. "
Aku memuji diriku karena bertindak dengan cepat kemarin.
Setelah mengganti pakaian ku dengan seragam sekolah, aku pun keluar dari kamarku dan turun dari lantai atas menuju ke arah ruang makan.
Terlihat Shiori sedang memasak sarapan pagi dengan bersenandung ria disana. Dan saat dia menyadari keberadaanku, dia pun langsung menyapaku dengan senyuman indah yang terukir diwajahnya.
" Oh kakak, kau sudah bangun? Tunggu sebentar ya kak sebentar lagi makanannya siap. "
" Ya, tidak perlu terburu-buru. " Ucapku sembari duduk ke kursi meja makan dan meraih secangkir kopi yang ada di atas meja. Mungkin Shiori yang sudah menyiapkannya untukku, pikirku setelah meraih secangkir kopi tersebut.
" Ngomong-ngomong kakak... "
" Ya?. "
" Kakak tidak bohong soal yang kemarin kan?. "
Seketika itu tanganku berhenti disaat aku hampir meminum kopi yang berada dicangkir tersebut. Pertanyaan yang tidak ingin kudengar pun terlontar saat ini.
Jika berdasarkan ingatan kami berdua kemarin, aku menjawab bersedia untuk mengikuti apa yang Shiori mau. Tapi jika itu berurusan dengan masalah hidupku maka tentunya aku tidak akan setuju dengan apa yang ingin aku lakukan dalam dua tahun ini.
Dengan memasang wajah polos disertai senyuman ku, aku pun berkata.
" Ya, tentu saja aku akan melakukannya. "
Aku berbohong kepada adikku, karena saat ini nyawaku sedang terancam olehnya.
" Syukurlah kalau begitu, aku harap kakak tidak berbohong kali ini. " Ucap Shiori dengan memperlihatkan senyumannya kepadaku dan sekaligus dengan pisau dapur yang ia pegang saat ini.
Melihat hal itu, aku pun meminum dengan perlahan kopi ku. Tentunya ada perasaan gelisah di dalam diriku saat melihat senyumannya dengan pisau dapur yang ia pegang itu.
Jadi Shiori, tolong singkirkan pisau itu sebelum terjadi hal yang tak diinginkan di rumah ini.
Tapi membicarakan soal mencari teman ataupun pacar itu tidaklah semudah yang Shiori katakan. Salah satu faktor yang tidak kusukai saat memiliki teman ataupun pacar adalah terlibat masalah kehidupan mereka.
Setidaknya aku tidak ingin hal itu terjadi kepadaku.
Ah membicarakan soal pacar ada satu cara agar aku mendapatkan nya secara instan, bahkan hari ini pun aku bisa mendapatkan seorang pacar.
Jadi aku pun berkata seperti ini disaat Shiori sedang memasak.
" Kalau kau ingin kakak mu untuk cepat mendapatkan seorang pacar, maka jadilah pacar ku Shiori. "
Seketika tangan Shiori berhenti bergerak dan dia hanya diam dan tak bergerak sedikitpun dari tempatnya.
Are? Apa aku salah bicara?.
Bagiku orang yang tepat untuk dijadikan seorang pacar hanyalah Shiori. Karena dialah yang pantas untuk menjaga orang seperti ku. Manusia yang ingin menjauhi masalah orang lain dan ingin menjadi tokoh sampingan di kehidupannya sendiri, memang dia adalah pasangan yang cocok untukku.
Dia selalu peduli meskipun aku selalu membuatnya repot. Bahkan pada saat itu dia selalu mendukungku dan menyemangatiku.
Jadi dia memang orang yang cocok untuk menjadi pacarku.
" Apa kakak bodoh?. " Ucapnya dengan menatapku dengan tatapan seolah-olah aku adalah orang yang paling rendah di seluruh dunia. Bisa dikatakan dia menatapku jijik karena pernyataanku barusan.
" Atau jangan-jangan kakak itu seorang siscon?. "
Dia pun langsung memeluk dirinya sendiri setelah berkata seperti itu didepanku.
Oi, tidak perlu menunjukkan ekpresi berlebihan seperti itu bisa kan? Kalau kau menatap kakakmu seperti itu terus maka kakak mu ini akan sangat sedih loh.
" Lupakan saja soal pernyataanku tadi. "
Setelah obrolan singkat itu selesai, akhirnya kami pun sarapan dengan tenang dan tidak ada salah satu diantara kami yang mulai pembicaraan. Dia sepertinya marah dengan ucapanku barusan.
" Ah... hancur sudah... "
Dengan menggunakan bangku sekolah, aku membenturkan jidatku ke arahnya karena kebodohan yang kuperbuat tadi pagi.
Bila dipikir-pikir lagi, kata - kata itu akan menjerumuskanku ke jalan seorang tokoh utama.
Kenapa aku tidak memikirkan hal itu coba, sebelum berkata seperti itu kepada Shiori.
Mungkin karena kebodohan yang telah kulakukan tadi pagi ini secara tidak sengaja memunculkan flag kisah cinta terlarang antara adik dan kakak.
Dan aku tidak mau hal itu sampai terjadi. Ya... Tidak akan aku biarkan hal itu sampai terjadi di kehidupanku.
Disaat aku masih memikirkan kebodohanku tadi pagi, suara seseorang yang kukenal pun terdengar. Dari balik pintu kelas di depan dia pun pergi ke arah Sakayanagi-san beserta teman-temannya yang saat ini sedang mengobrol.
Sakayanagi-san yang menyadari kedatangan Kurugaya-san langsung menyapanya terlebih dahulu.
" Selamat pagi Kurugaya - san. "
" Selamat pagi juga Natsumi. "
Ah, ngomong-ngomong soal Kurugaya-san. Aku jadi teringat tentang masalah anak pendiam yang dia bicarakan kemarin itu.
Sejauh ini murid-murid yang ada dikelas tidak terlihat sedang menggosipkan ku atau pun melirik ku dengan tatapan tak terima dengan perbuatan yang kulakukan kemarin terhadap Kurugaya-san.
Apa yang sebenarnya terjadi?.
" Oh Kurugaya - san akhirnya kau datang juga, jadi begini ini tentang anak pendiam kemarin, aku belum sempat mendengar cerita mu kemarin karena aku sedang terburu-buru ikut kegiatan klub. Jadi aku mohon ceritakan itu lagi kepadaku ya sekarang. "
Seorang murid perempuan yang sedang berada disebelah Sakayanagi-san memohon kepada Kurugaya-san untuk menceritakan kembali tentang anak pendiam yang kemarin ia singgung.
Detak jantung ku seketika itu berdetak dengan cepat . Saat aku mendengar sebutan anak pendiam, pasti pikiran mereka akan tertuju kepadaku karena hanya aku dikelas ini yang merupakan anak pendiam dan tak banyak tingkah.
Apa benar yang sedang mereka bicarakan itu aku?.
Mengingat hanya aku anak pendiam dikelas ini, maka kemungkinannya tidaklah nol. Dia benar-benar ingin membalas perbuatanku kemarin.
" Oh, soal anak pendiam itu? Sebenarnya dia kemarin tiba - tiba menyatakan perasaannya kepada ku, dengan alasan kalau itu cinta pada pandang pertama. " Jelasnya.
" Heh... Kurugaya - san bukankah dia terlalu sedikit bodoh? Mana mungkin kau menerimanya bukan?. "
" Tentu saja aku menolaknya, dan akhirnya dia berlari dengan wajah memerahnya. Mungkin pada saat aku menolaknya dia jadi tersadar bahwa apa yang dia lakukan itu salah. "
" Hahaha... Dia benar-benar payah. Ngomong-ngomong soal cinta pada pandangan pertama. Jadi bagaimana dengan orang yang pertama kau sukai itu Kurugaya-san?. "
" Eh? Apa kita akan membahas soal siapa orang yang disukai pertama kali oleh Kurugaya-san?. "
" Hm? Bagaimana ya?. "
" Apa perempuan secantik dirimu belum pernah merasakannya? Cinta pada pandangan pertama?. " Tanya Sakayanagi-san yang tadi hanya diam dan mendengarkan teman-temannya yang saling berbicara.
" Sepertinya iya, soalnya aku tidak punya waktu untuk merasakan hal - hal yang semacam itu. " Jawab Kurugaya-san dengan menunjukkan senyuman lembutnya.
Seketika itu aku yang sedang meliriknya saat ini merasa sedikit aneh dengan senyuman yang ia perlihatkan kepada teman-temannya itu.
Bagiku Senyumannya itu, hanya sebuah senyuman yang ia paksakan. Tidak ada kelembutan ataupun ketulusan di dalamnya.
Apa dia...
Tidak, jangan kau ulangi kebodohan yang pernah kau lakukan Katsuragi Arata. Memang aku merasakannya keanehan tersebut tapi itu bukanlah urusanku. Jangan sampai kau terlibat kedalam masalah orang lain.
Tapi aku bersyukur bahwa anak pendiam yang kemarin ia bicarakan itu bukanlah aku. Jadi dengan ini aku masih aman dan bisa menjalani kehidupan sekolah ku dengan tenang kembali.
Beberapa jam pun terlewati hingga bel jam istirahat berbunyi.
Hari ini sama seperti biasanya. Halaman belakang sekolah adalah tempat yang aku kunjungi saat ini.
Hari ini juga paman pemotong rumput datang, dia yang menyadari keberadaanku yang sedang duduk dan bersandar di bawah pohon besar ini langsung memberikan senyuman yang hangat kepadaku. Aku yang melihat dia tersenyum otomatis kuanggukkan kepala ku seperti sedang menyapa balik. Setelah itu dia pun melanjutkan pekerjaannya yang sempat terhenti beberapa detik tadi.
Tapi berkat paman itu aku bisa berpikir mungkin jadi pemotong rumput setelah lulus sekolah bisa dilakukan. Sebab menjadi pemotong rumput itu sangatlah mudah, kebanyakan para tokoh utama juga tidak bekerja pada bagian hal - hal yang seperti itu..
Terima kasih paman kau telah memberikan ku sebuah ide pekerjaan yang menarik untuk dilakukan, meskipun memerlukan tenaga yang banyak untuk pekerjaan pemotong rumput.
Tapi itu bukanlah masalah, karena bagiku yang terpenting adalah menjauhi hal-hal yang berbau tokoh utama.
Tepat saat aku berterima kasih ke paman lewat hati ku ini, tiba - tiba kedua mata ku tertutup oleh sesuatu. Hangat dan lembut, apa ini? Tangan beruang? Tidak - Tidak.
Itu tidaklah mungkin.
Jangan jadi orang bodoh seperti itu Arata. Tidak mungkin beruang bisa masuk ke sekolah ini. Meskipun jika beruang itu bisa masuk ke sekolah para penjinak hewan akan menanganinya dan juga dari speaker gedung sekolah, pihak sekolah akan memberitahukan kepada seluruh siswa ada seekor beruang terlepas di sekolah.
Maka hanya satu jawabanya. Seseorang yang mengenaliku saat ini sedang mencoba menjahiliku.
Dan tentu itu adalah...
" Coba tebak Arata - kun. "
Sudah aku duga, sepertinya ucapanku kemarin tidaklah cukup berpengaruh kepadanya.
" Kurugaya-san... mau apa kau kemari?. "
" Ah... kau benar, pingpong. " Serunya.
Dia pun menunjukkan dirinya dari balik pohon, dan kemudian tersenyum kearah ku setelah berhasil menebaknya.
" Sudah aku bilang untuk tidak kemari bukan?. "
" Hm? Aku tidak pernah mendengar kalau aku tidak boleh kemari, tapi kenapa kau pindah dari pohon besar itu? Bukankah lebih baik kau tetap di sana?. " Dia berkata sambil menunjuk ke arah pohon yang kemarin aku pakai untuk berteduh.
Saat Kurugaya menunjuk ke pohon besar rindang itu aku hanya diam dan menikmati suasana yang disuguhkan alam hari ini dan berkata.
" Ya... memang itu tempat terbaik ku tapi sesekali mengganti suasana boleh juga bukan?. "
" Eh... tidak kusangka kalau Arata-kun seperti itu. "
Rencana yang sempurna Arata. Aku sengaja mengganti tempat agar kau tidak menggangu ku. Sudah kuduga kalau kau akan kemari jadi aku memikirkan cara agar kau tidak bisa berlama - lama disini.
Bisa kau lihat? disini hanya ada satu pohon kecil yang hanya bisa menampung satu orang saja. Jadi kau akan berpikir seperti ini, " ah.. bayangan pohon hanya bisa untuk satu orang ya, aku pergi sajalah, nanti kulit ku jadi hitam bagaimana?." Setelah itu kau akan pergi dari sini dan tidak akan pernah datang kembali, rencana yang sangat sempurna.
" Aku duduk ya.. " Dengan melipat roknya dia pun duduk tepat disebelahku.
Se-sepertinya tidak berhasil.
Perempuan yang cukup tangguh. Mungkin itu yang bisa kukatakan setelah melihat murid perempuan yang bernama Kurugaya Kuruna ini.
Kenapa dia sampai mau duduk di bawah teriknya matahari seperti itu? Apa kau yakin Kurugaya-san? Bukankah perempuan itu mementingkan penampilan agar bisa mendekati laki - laki pujaan hati nya, tapi kenapa kau berbeda dari yang lain?.
Melihatnya seperti itu membuat ku terpaksa untuk berpikir apakah aku akan memberikan tempat ini kepadanya atau tidak.
Tidak... aku tidak bisa membiarkan hal ini terus terjadi.
" Oi... apa kau tidak merasa kepanasan?. " Tanyaku sambil melirik kearahnya.
" Hm? Tidak... tenang saja Arata-kun, aku tidak apa-apa, tapi tidak kusangka kau perhatian kepada perempuan yang tidak kau sukai."
" Tidak juga... aku hanya memikirkan beberapa hal saja, jadi aku hanya memastikan saja. "
Dia ini selalu membuat ku kerepotan, jika begini terus aku jadi merasa bersalah kepadanya. Bagaimana kalau dia tidak bisa menemukan sang tokoh utama nya gara - gara aku?.
Tidak... itu tidak boleh, memang aku tidak mau menjadi seorang tokoh utama, tapi menghalangi seseorang untuk menemukan apa yang paling penting bagi hidup nya, itu kejahatan namanya.
Setelah berpikir panjang, aku pun menggeser tempat duduk ku, dan bilang.
" Dari yang aku dengar, perempuan sangatlah sensitif dengan kulit mereka, cerah sedikit mereka senang, hitam sedikit mereka ketakutan. Jadi berteduhlah... "
Kurugaya-san melihatku sebelum dia menggeser tempat duduknya, sepertinya dia tidak pernah memikirkan hal ini akan terjadi.
" Te-terima kasih... "
Manusia memanglah seperti itu, kita tidak bisa saling mengerti satu sama lain dengan cepat, harus melalui tahap - tahap yang ada untuk bisa saling mengerti satu sama lain.
Ya, itu benar. Tidak mungkin jika kami berdua saling mengerti satu sama lain begitu saja. Mungkin jika itu benar terjadi maka itu hanya sebuah kebetulan belaka.
" Langit nya sangat cerah ya.. "
" Ya... kau ben--. "
Tunggu dulu, tidak secepat itu Arata. Kau hampir membalas perkataannya. Jika pertemuan ini akan menimbulkan rasa nyaman di dalam dirinya maka semua ini akan berakhir pada kemenangan Kurugaya-san. Seandainya aku bisa mengatakan nya kalau aku tidak mau terlibat dalam masalah kehidupan yang ia miliki, mungkin aku bisa tenang.
Tapi jika aku memberitahu nya tentang aku yang ingin menjadi seorang tokoh sampingan, dia mungkin akan menganggap ku anak yang aneh, lalu keesokan harinya aku akan jadi bahan bicaraan di dalam kelas.
Mau tidak mau aku harus menahan mulut ku untuk sementara ini.
" Aku dengar kau adalah anak pendiam. "
Kau dengar dari mana coba.
" Aku dengar dari Natsumi. "
Dasar Sakayanagi-san... kenapa dia memberitahu tentang ku kepada Kurugaya-san? .
" Aku tahu kalau kau marah kepada nya, tapi dia terpaksa memberitahu ku tentang dirimu karena aku yang memaksa nya. "
Oh begitu, jadi kemarin dia tidak tahu kalau aku adalah anak pendiam dikelas rupanya. Apa kau tahu, kemarin kau hampir saja membuat ku terbunuh Kurugaya-san. Meskipun kata terbunuh itu mempunyai makna lain saat ini.
" Maafkan aku atas apa yang telah ku lakukan, mungkin aku terlalu berlebihan juga saat menceritakan anak pendiam yang menyatakan perasaannya kepada ku. "
Menakutkan, kenapa pembicaraan nya bisa terhubung seperti ini? aku seperti berbicara dengan nya meskipun tidak langsung. Dia benar-benar harus aku hindari dalam 2 tahun ini.
Tapi yang ia katakan tadi memanglah benar, menceritakan hal seperti itu memanglah kejahatan namanya, mungkin gosip sudah beredar hingga penjuru sekolah soal anak pendiam itu.
Tidak ada jalan untuk menarik kembali gosip yang telah beredar itu.
" Arata - kun... bagaimana rasanya menjadi seorang anak pendiam?. "
" Eh?. "
Pertanyaan yang rumit itu tiba - tiba terucap dari mulut sang gadis berambut hitam ini. Menurut ku itu adalah pertanyaan yang konyol, dia menanyakan tentang rasanya menjadi anak pendiam? Bukankah hidup mu sekarang jauh lebih baik dari pada menjadi seorang anak pendiam?.
Namun beberapa detik kemudian dia berubah pikiran.
" Tidak... lupakan pertanyaan itu, oh iya apa kau pernah merasakan cinta pada pandangan pertama?. "
Kali ini apa lagi?.
" Kau menanyakan hal yang aneh Kurugaya-san...cinta? Aku tidak butuh itu. "
" Jadi percuma ya aku menanyakan hal itu kepada mu? Kira - kira bagaimana ya rasanya, aku ingin merasakan cinta pada pandangan pertama, aku dengar gara - gara cinta kita bisa menggila, setidaknya aku ingin merasakan hal itu."
Hah? Kau ingin menjadi gila karena cinta? Jangan bercanda, itu bukanlah hal yang patut untuk dirasakan.
Terkadang kegilaan itu bisa menjerumuskan kita kepada hal - hal yang buruk, contoh kecilnya adalah mempunyai sifat Yandere... seumur hidup ku aku belum pernah menjumpai orang yang mempunyai sifat seperti itu.
Mungkin beberapa orang akan menemukan pasangannya yang bersifat posesif tapi tidak seburuk sifat Yandere, mungkin bisa dikatakan hampir mendekati Yandere.
" Kalau begitu sudah dulu ya, maaf telah mengganggumu tadi. "
Lalu dia pun berdiri dari tempat duduknya dan langsung melangkah ke dalam sekolah melewati pagar pembatas yang ada sebelum masuk ke dalam gedung sekolah. Saat Kurugaya-san telah pergi aku melihat ke langit biru itu sekali lagi.
Dan memikirkan perempuan yang bernama Kurugaya Kuruna tersebut.
Dia sangat aneh, datang jauh-jauh kemari hanya untuk membahas hal sesepele itu.
Tapi soal Cinta pada pandangan pertama ku ya. Dasar... aku sama sekali juga tidak tahu bagaimana rasanya.
Jika aku merasakan hal itu... mungkin aku tidak ada di jalur yang aku lalui saat ini.
Ya... itu benar.
Kemudian jam istirahat siang pun berakhir dengan terdengar nya bel panjang. Aku pun berdiri dari tempat duduk ku dan melangkah ke arah gedung sekolah.
Namun sebelum aku beranjak pergi aku mengingat ada hal yang penting yang harus aku lakukan sebelum aku masuk pergi dari sini.
" Ah, kalau tidak salah sampah ku ada disekitar sini. "