Chapter 7 - Chapter 6 - Kashiwagi Rena

Setelah kuamati untuk sekian kalinya, dia memang laki - laki pada malam hari itu.

Rambut nya yang berwarna hitam cerah dengan memakai jaket tipis berwarna hitam dengan kaos putih bersih sebagai dalaman dari jaket itu, membuat dia nampak keren dari yang waktu itu.

Dia.. sungguh keren..

" Rena - san.. "

Aku pun panik saat seseorang memanggilku dan dengan cepat aku membenahi sikap ku dan menoleh ke arah suara orang yang memanggil ku.

Lalu aku pun berhadapan dengan seorang pria yang berumur sekisaran 40 tahunan, kemungkinan besar dia adalah sutradara iklan kali ini.

Dia memiliki rambut hitam terlihat dari sela - sela topi yang ia kenakan, dengan memakai kemeja abu - abu serta memakai celana putihnya menambahkan kesan pria baik.

Pertama yang aku lakukan adalah menunduk hormat kepadanya lalu berkata.

" Apa mungkin.. bapak.. sutradaranya?. "

" Oh maafkan aku, sepertinya aku terlambat mengenalkan diriku, salam kenal Kashiwagi-san aku adalah sutradara kali ini panggil saja Gotoku, lalu.. bisakah kita bicara sebentar dengan manajer pemilik dari toko roti ini? Kita harus memberitahukan bagaimana konsep yang kami miliki. "

" Sepertinya kalian juga menunggu ku, maaf ya pak Gotoku.. tapi yang menjadi pertanyaan ku adalah bagaimana dengan naskah yang kau kirimkan 3 hari yang lalu? Aku dengar dari ibuku kalau itu naskah yang dikirim oleh anda.. "

" Oh itu.., aku lupa untuk memberitahu mu, disana terdapat sedikit perubahan, jadi kita harus mengkonfirmasi tentang naskah yang sedikit aku ubah ini, apa kau keberatan? Kalau iya aku tidak akan mengubahnya. "

Jika dirubah pada saat hari H nya mungkin sedikit merepotkan pikirku, namun jika pak Gotoku bilang tidak apa - apa mungkin dia memiliki penyelesaian nya jika terdapat masalah.

Baiklah untuk kali ini aku akan mengikuti apa yang dikatakan pak Gotoku.

" Baiklah, sepertinya tidak apa - apa.. lalu dimana pemilik toko roti ini?. "

Aku pun menoleh ke kanan dan ke kiri untuk melihat dimana sang pemilik toko ini dan saat aku berkata seperti itu seorang pria dengan memakai seragam putih itu mendekati kami berdua.

" Oh itu saya.. "

Sepertinya umurnya hampir sama dengan pak sutradara ini, pikir ku.

" Saya sudah dengar dari pak Gotoku kalau ada sedikit perubahan.. Nah kalau begitu silahkan ke ruangan ku, jika bicara disini sepertinya tidak terlalu nyaman?. "

Kami bertiga pun menurut dengan apa yang ia tawarkan, lebih baik didalam dari pada di luar dengan suara kegaduhan ini.

Dan sesaat mata kami bertemu kembali, dia.. aku ingin tahu siapa namanya.. dan siapa perempuan itu? Apa itu pacarnya?.

***

~~ Sudut Pandang Arata ~~

Aneh.. ini hampir satu jam kami menunggu, apakah terjadi masalah? dan sepertinya para kru tidak mempermasalahkan hal ini.

Apa ada perubahan atau sang artis itu sedang di *Briefing* tentang bagaimana iklan ini berjalan nanti.

Menjadi artis sangat merepotkan ya.. aku harap Shiori tidak menjadi sepertinya dengan kepopuleran dan kecantikan miliknya kemungkinan besar dia akan direkrut oleh beberapa agensi.

Tapi..

" Kashiwagi Rena.., artis yang sempat menghilang dari dunia hiburan dikarenakan ada rumor bahwa dia sakit keras dan menyebabkannya keluar dari dunia hiburan, lalu satu tahun yang lalu dia muncul kembali sebagai aktris di tv drama.. dan itu membuat berita besar di dunia hiburan tapi bukan itu yang membuat ku penasaran melainkan penyakit apa yang di deritanya?. "

" Itulah yang menjadi masalahnya Arata-kun.. bahkan para fans beratnya juga tidak pernah tahu sakit apa yang dideritanya, dan itu semua masih menjadi misteri sampai saat ini. "

Menjadi misteri ya.. aku tidak tahu apa yang masalah artis itu hadapi tapi yang jelas beberapa pihak akan penasaran dengan hal ini dan akan mencaritahu sampai tuntas tentang apa yang telah terjadi olehnya.

Aku juga tidak terlalu tertarik dengan dunia hiburan bukannya aku tidak suka menonton acara televisi tapi aku tidak pernah sefanatik atau tidak pernah peduli tentang apa yang menimpa para artis yang sedang menghibur para penonton.

" Hm... begitu ya.. "

Aku pun meminum kopi itu kembali dan berkata.

" Ini.. masih menjadi misteri ya.. "

" Jangan bilang kalau kau mulai tertarik kepada nya Arata-kun?. "

" Sedikit. "

Dan tanpa aku sadari, aku telah menginjak sebuah ranjau yang tak terlihat.

Baiklah.. ini yang menjadi masalahnya kali ini.

" Heh~ begitu ya.. " Katanya dengan tatapan kosongnya tapi aku merasakan ada niat membunuh sangat tinggi yang terpancar dari nya.

Aku harus membodohi nya sekali lagi, ya.. hanya itu yang bisa menyelamatkan ku sekarang.

" Ah.. maksud ku tidak menjerumus pada hal yang begituan, aku hanya tertarik dengan apa yang menimpanya, itu saja tidak lebih. "

Hawa antimidasinya pun mereda, aku selamat untuk kali ini.

" Begitu ya.., kau benar.. meskipun begitu aku juga sempat tertarik dengan masalah yang menimpanya. "

Kau juga ya.., jika boleh memberikan sebuah saran menurut ku jangan diambil pusing untuk masalah yang satu ini karena kita bukan siapa-siapa nya dia.

Jadi.. lupakan saja yang tadi itu.

Setelah lama menunggu di meja itu pada akhirnya juga.. syuting pun dimulai.

Dengan.. berbagai macam masalah.. ya.. ini masalah.

" Action!!. "

" Y-ya.., teh ini enak ya.. "

Tangan ku tak berhenti nya gemetaran saat mengangkat cangkir yang ada di tangan kanan ku.

" Ya.., ini teh yang paling enak kan Arata - kun. "

Dia tersenyum layaknya pemeran antagonis yang telah menetapkan rencana pembunuhan kepada sang tokoh protagonis, seram.. aku tidak pernah melihat senyuman Kuruna seperti itu.

Apa jangan-jangan dia juga sedang gugup? Ya.. jika dilihat dengan seksama dia terlihat kaku.

Jika ujungnya begini kenapa kau mau menerima pekerjaan yang tidak menguntungkan diri sendiri Kuruna.

" Cut!!, jangan tegang anak muda.., di bawa santai saja.. " Kata pak sutradara yang memegang kertas ditangannya.

" Ini sudah ke 25 kalinya mereka membuat kesalahan bagaimana Gotoku-san?. "

Ah.. apa mungkin yang sedang bicara ini adalah asisten sutradara?.

" Maafkan aku.. "

Bagaimana tidak tegang?.

Dibelakang ku terdapat banyak orang yang sedang melihat akting ku, lalu disamping kanan ku terdapat kru pembuat iklan ini yang tengah melihati ku, lalu.. perempuan yang ada di hadapanku lah yang paling membuat ku takut, dia masih tersenyum sama seperti tadi.

" Ada apa Arata - kun?. "

" Tidak.. tidak ada apa - apa. "

Kau juga tegang ya Kuruna.. tapi aku urungkan niat untuk menanyakan hal itu jika aku sampai bertanya tentang dia tegang atau tidak, maka nanti malah lebih parah.

" Bagaimana ini pak sutradara, jika terus begini, syuting nya tidak akan selesai - selesai. "

" Mau bagaimana lagi.., kita istirahat sejenak, 5 menit.., kita istirahat 5 menit setelah itu kita lanjutkan. " Katanya dengan lantang.

Sepertinya aku tidak terlalu berbakat untuk hal yang beginian.

Disaat aku mulai pasrah dengan keadaan, seorang perempuan mengenakan setelan jas berwarna hitam pun mendekati ku dan pada saat itu juga dia melepaskan kacamata hitam yang ia kenakan dan dengan perlahan dia melihat ke arahku dengan wajah yang diselimuti kekesalannya.

" Hoi bocah... "

Aku merasakan hal yang tidak mengenakkan akan terjadi saat ini.

" Aku tidak tahu apa kau sengaja melakukan ini atau tidak, tapi saat ini kalian berdua membuat kami menunggu lama. "

Eh? Apa yang dia maksud?.

" Apa kau tahu? Kami juga memiliki jadwal padat hari ini jadi jangan menghambat kami berdua, atau kau hanya ingin berlama-lama disini karena ada seorang aktris yang sedang melihat mu atau apa?. "

Tapi setelah itu Kuruna pun berdiri dari tempat duduknya dan menundukkan kepala dan meminta maaf kepadanya.

" Maafkan kami.. tapi ini sepenuhnya bukan salah Arata-kun, aku juga melakukan kesalahan yang sama dengannya jadi.. "

" Kau pun sama, seharusnya kau memberi tahu kepada kekasih mu ini agar tidak melakukan kesalahan yang sama berulang kali bukan? Aku sempat curiga jangan-jangan kalian bukanlah sepasang kekasih. "

" Ah.. itu.. kami benar-benar sepasang kekasih, aku tidak akan berbohong akan hal itu. "

Baiklah.. sekarang Kuruna sedang meyakinkan wanita ini, jika dilihat lagi kemungkinan besar dia adalah pengawal artis itu.

Tapi melihat Kuruna yang sedang membela ku itu rasanya seperti kekalahan mutlak.

Aku akan memikirkan jalan untuk meluruskan hal ini.

" Aku tidak suka dengan seorang pembohong, mungkin kalian berdua hanya berpura- pura agar kalian bisa bertemu dengan Kashiwagi Rena yang terkenal itu kan?. "

Ya.. cara dia berkata kepada Kuruna sungguh tidak mengenakkan bagiku.

Ini sudah cukup bukan? Mungkin pak sutradara dan yang lainnya tidak memerhatikan hal ini namun.. bawahan mereka sedang melihat kami bertiga.

Cara melihat kami yang khawatir kemungkinan besar dia akan melaporkan hal ini kepada pak sutradara dan membuat masalah semakin rumit.

Dan…

Pemilik pengawal ini rupanya hanya melihat dari kejauhan dengan tenangnya.

Aku harap ini bukan rencananya.

" Dasar.. jika kalian ingin sekali bertemu dengannya maka silahkan saja pergi ke tempatnya dan berbincang-bincang dengannya aku akan memperbolehkan, jadi cepat menyingkir dari sini dan aku akan mencari pemeran pengganti kalian." Katanya dengan kesal.

Baiklah sepertinya tidak ada cara lain.. aku akan berusaha sedikit untuk kali ini, jadi.. apa yang harus aku lakukan?.

Apa mungkin hanya dengan ini cukup meredakan emosinya?.

Aku pun berdiri dari tempat duduk ku dan wanita itu memandang ku dengan masih menaruh kekesalan di wajahnya.

" Sudah cukup.. jangan merendahkan kami lebih dari ini. " Kataku dengan memandang kearah matanya.

Bisa dibilang bila kau menunjukkan keraguan dalam sikap dan nada bicara mu yang kacau terkadang akan menimbulkan kecurigaan itu benar - benar terjadi.

Jadi setidaknya menghentikan pembicaraan yang merepotkan ini adalah tugas ku.

" Oh.., akhirnya kalian mengaku juga ya.. kalau begitu--. "

" Aku tidak tahu apa yang kau bicarakan tapi dengar ini nona pengawal... "

Dia pun menunjukkan wajah kesalnya lagi ke arahku.

" Aku tidak tahu apa yang ingin kau katakan kepada kami tapi setidaknya kami sudah berusaha untuk mengatasi masalah ini, memang benar kami merepotkan kalian semua tapi jika tidak ada kami maka iklan ini tidak akan berjalan dan pada akhirnya malah menambah pekerjaan kalian bukan?. "

" Lalu? Apa yang ingin kau coba katakan kepada kami semua?. "

Kali ini semua orang memerhatikan kami berdua, merasakan perasaan tidak enak dari kami akhirnya tatapan mereka tertuju kearah ku dengan menunggu jawaban yang ingin mereka dengar.

Bisakah kalian tidak semerepotkan ini?.

" Menambah pekerjaan kalian sama saja dengan menumpuk masalah, jika pak sutradara tidak menyelesaikan hal ini sampai tenggat waktu nya itu akan menjatuhkan reputasi nya selaku sebagai sutradara, lalu untuk manajer toko jika ini ditunda akan membebaninya dengan masalah pembayaran lalu untuk kalian berdua.. apa ya? Aku tidak terlalu mengerti tapi.. kalian sepertinya mempunyai masalah. "

" Masalah katamu?. " Tanya nya dengan nada agak tinggikan.

Seharusnya bagi mereka hal seperti ini tidaklah membuat mereka masalah, jika memang ini tidak selesai tepat waktu mereka akan meminta izin lalu pergi karena ada yang lebih penting dari iklan ini seperti acara tv atau pun syuting film.

Karena ini iklan komersial jadi bisa dikatakan mereka sedang senggang untuk hari ini bukan?.

Meninggalkan tempat syuting film atau apapun itu yang berhubungan dengan film mereka ini tidak seperti artis pada umumnya.

" Baiklah maafkan aku yang terlalu banyak mengoceh tapi setidaknya kalian juga harus tahu posisi kami yang tidak terbiasa dengan hal ini, aku harap kalian bisa mengerti hal itu, tapi jika yang aku katakan memang mengganggu kalian maka kami tidak keberatan untuk pergi dari sini. "

" S-sepertinya itu tidak perlu eh.. Katsuragi-kun, apa yang kau katakan memang sedikit benar, baiklah.. kalau begitu kita lanjutkan syutingnya, berusaha lah sedikit lagi Katsuragi-kun. " Kata pak sutradara dengan mengangkat tangan kanannya dengan semangat.

Sutradara yang pengertian.. aku harap begitu.

" Maafkan atas kelakuan ku, jadi.. bisakah kau pergi dari sini karena syuting akan dimulai. "

Akhirnya wanita itu pergi dengan mendecakkan lidahnya dan menuju ke arah Kashiwagi Rena.

Maafkan atas kelakuan ku tapi akan merepotkan jika pengawal mu itu terus berbicara.

Aku pun duduk kembali dan melihat Kuruna dengan wajah sedihnya, saat dia melihatku dia memberikan senyuman pahitnya.

Ini bukan salah mu Kuruna.

Tapi sepertinya aku agak berlebihan, itu tadi memakan banyak tenaga aku ingin cepat pulang.

Dan pada akhirnya syuting pun dimulai, dan ajaibnya kami berdua berhasil dalam dua kali percobaan.

Ini yang namanya takdir, memperlihatkan sisi buruk lalu mengatasinya secara perlahan, aku tidak menyukai cara ini.

Karena ini sama seperti waktu itu, sial.

***

Matahari mulai terbenam pada hari ini menandakan bahwa hari ini adalah hari terakhir bagi kami berdua untuk bersenang - senang, terlihat cahaya senja mulai perlahan meredup digantikan gelapnya malam.

Saat ini kami berdua tengah menaiki kereta menuju ke kota sebelah.

Aku yang dari tadi diam membisu hanya bisa melihat Kuruna yang tidak begitu bersemangatnya.

Aku pun memulai percakapan dengan sebuah pertanyaan.

" Apa kau marah?. "

Saat ini Kuruna sedang menyandarkan kepalanya ke pundak ku, kemungkinan dia lelah dengan apa yang terjadi pada hari ini.

Jika aku tahu itu mungkin kita tidak perlu pergi ke taman hiburan tapi langsung pulang saja kan? Tapi waktu itu kau memaksa untuk pergi ke taman hiburan.

Dia terlalu memaksakan dirinya sendiri.

" Sedikit.. " Jawabnya singkat.

" Begitu ya.. "

Pada akhirnya aku tidak mau melihat wajah sedihnya Kuruna, jika saja kami menolak tawaran dari paman itu tadi pagi, mungkin kencan pertama ku dengan Kuruna akan baik - baik saja.

Bahkan di taman hiburan kami tidak bersenang-senang sama sekali, entah kenapa Kuruna seperti memaksakan senyumannya saat jalan - jalan bersamaku di taman hiburan itu.

Mungkin dia tidak ingin membuat ku khawatir?.

Tapi ya... rencana awal kami berdua mungkin telah berhasil.

Seingat ku kami berdua menginginkan kencan pertama yang tidak pernah bisa kami lupakan, dan akhirnya inilah yang terjadi, sungguh konyol.

" Sepertinya rencana awal kita berjalan dengan baik ya?. " Aku pun mengatakan apa yang aku pikirkan tadi.

" Rencana apa?. "

Kuruna membalas pertanyaan ku dengan nada lemasnya, ya.. aku tidak begitu terkejut.

" Kau bilang kencan pertama yang tidak akan pernah kita lupakan, benarkan?. "

" Ah… kau benar, aku lupa soal itu. "

Dia menjawab dengan suara pelan yang hampir tidak terdengar oleh ku.

Sebagai manusia kita hanya harus menerima apa yang telah terjadi, tapi meskipun begitu menerima secara mendadak tidak akan berjalan dengan baik.

Ya.. hanya itu yang bisa kami berdua lakukan.

" Kapan - kapan... kita pergi lagi bagaimana Kuruna? Aku belum puas untuk yang satu ini. "

Hanya ini caranya agar Kuruna bisa kembali ceria lagi, aku hanya harus berusaha sedikit lagi untuk kedua kalinya.

Untuk kebahagiaan Kuruna, akan aku lakukan apapun itu.

" Ya... itu pasti akan sangat menyenangkan. "

" Ini adalah janji… Kuruna. "

Aku yang saat ini sedang menatap Kuruna dari pantulan kaca kereta yang ada di depan ku hanya bisa tersenyum tipis.

Dan akhirnya aku mengangkat tangan kanan ku lalu memperlihatkan jari kelingking ku kepadanya. Dari sini aku bisa melihat senyuman nya yang tidak ia paksakan, aku sedikit lega melihatnya bisa tersenyum kembali seperti itu.

Lalu jari kelingking milik Kuruna meraih jari kelingking ku.

" Kalau bohong, aku tidak mau membangunkan mu lagi.. "

" Itu sungguh kejam… bisakah kita mengganti hukuman nya?. "

" Tidak boleh.. "

Saat Kuruna tertawa kecil, aku melepaskan senyuman kepada pantulan bayangan diriku sendiri, dan pada saat itu juga aku mulai berpikir, apa ini tidak apa - apa? Apa aku akan membuat Kuruna menderita jika terus bersamanya?.

Saat jari kelingking kami berdua masih melekat, aku pun langsung menggenggam tangan Kuruna dengan erat nya, lalu aku mencium tangan putih milik nya itu dan berucap.

" Aku mencintaimu Kuruna. "

Terlihat raut wajah nya yang terkejut, sepertinya dia benar - benar terkejut saat aku mengatakan hal yang memalukan di tempat umum seperti ini, namun perlahan dia tersenyum dan bilang.

" Aku juga sama Arata - kun. "

Lalu pada hari itu, kencan pertama kami yang penuh dengan masalah itu pun berakhir dengan ditandai matahari yang terbenam.

***

Terlihat sebuah mobil hitam sedang melaju dengan cepat di atas jalan raya.

Dan didalam mobil tersebut terdapat dua orang yang sedang sibuk dengan pekerjaan nya masing-masing, yang satu mengemudikan mobil itu dan yang satunya lagi sedang memainkan smartphone miliknya.

Kashiwagi Rena, itulah nama dari perempuan yang memiliki rambut cream cerah tersebut. Dia adalah artis muda yang memiliki tingkat kepopuleran yang tinggi di masa ini.

Tidak ada yang tidak kenal dengannya. Dia merupakan artis yang saat ini sedang naik daun karena kontroversi tentang bagaimana dia bisa bangkit lagi setelah sakit yang lumayan cukup lama itu.

Lalu…

Masami Yohiko, dia adalah pengawal atau bisa disebut sebagai *Bodyguard* dari seorang artis yang usianya telah menginjak angka 17 tahun pada tahun ini.

Memiliki rambut hitam pendek serta wajah yang cukup cantik namun mempunyai sifat pemarah, itulah yang bisa dideskripsikan tentang dirinya sejauh ini.

" Sungguh mengesankan bukan?. "

Dengan ekspresi datar Rena memulai pembicaraan dengan bertanya kepada Masami sang *Bodyguard* nya di dalam mobil.

Masami hanya bisa diam dan tak berucap, mungkin dari ekspresi yang di tunjukkan sangat berbeda sebelum Rena bertanya kepada nya, Masami yang dari tadinya diam dan tak bisa berkata pun akhirnya menjawab pertanyaan milik Rena dengan nada sedikit kesal.

" Ya.. itu tadi sungguh sangat mengejutkan, aku belum pernah menemui seseorang seperti dirinya itu, dia berani berkata kepada semua orang dan melihat sisi buruknya tanpa aku pikirkan sama sekali. "

" Apakah menurut mu dia tipe peduli dengan sekitarnya? Jika iya maka aku sangat bersyukur bertemu dengannya. "

Mendengar perkataan Rena, Masami sepertinya sedikit terkejut, terbukti dari raut wajahnya yang berubah menjadi seperti itu.

" Apa kau mengenal nya?. " Tanya nya untuk memastikan kecurigaan nya benar atau tidak.

" Ya... begitu lah. "

Masami pun menghela napas saat Rena mengakui kalau dia pernah bertemu dengannya.

" Biar aku tebak, apa 2 setengah bulan yang lalu saat kau kabur dari rumah?. "

" Ya... kau benar. "

Terlihat dari raut wajahnya Masami yang sekarang berubah menjadi datar setelah Rena menjawab tebakan nya, lalu setelah itu suara dering pesan dari smartphone milik Rena pun terdengar di dalam mobil ini.

" Siapa itu Rena?. "

" Oh ini? ini pak sutradara tadi pagi, katanya dia ingin meminta nomor ku agar dia mudah untuk menghubungi ku dan menjelaskan secara rinci tentang iklan yang diadakan 2 Minggu yang akan datang nanti. "

" Oh...apakah dia menawarimu pekerjaan lagi?. "

" Ya.. kau benar lagi."

Terlihat wajah senangnya Rena saat membalas pesan dari pak sutradara tadi pagi itu. Masami hanya bisa melihat dari tempat mengemudi nya dengan perasaan senang juga, Karena dia tidak pernah melihat wajah senang nya Rena sebelumnya ini.

Tapi kecurigaan Masami tak lepas dari sutradara laki - laki tersebut, lalu Masami pun mengeluarkan ponselnya dan menghubungi seseorang.

Dan akhirnya tersambung.

" Ah maaf, bisakah kau datang nanti malam, aku ada perlu dengan mu, Hm? Ya.. boleh saja... akan aku tunggu jam 12 nanti. "

Lalu ponsel yang tadi dia gunakan langsung dia lemparkan ke kursi belakang nya, Rena yang melihat tingkah laku dari penjaga satu - satunya ini terkejut dengan kelakuan yang ia tunjukkan. Namun Rena tidak berencana untuk menanyakan apa yang akan dia lakukan nanti malam dengan temannya itu.

Yang ada dipikiran Rena hanya sekedar teman yang mungkin akan menemani Masami minum - minum lagi nanti malam, dari jauh hari kemarin Rena sudah khawatir dengan kondisi kesehatan nya Masami, apakah dia sehat atau tidak dengan kelakuan nya yang liar seperti ini.

" Oh ya, aku melupakan sesuatu, ibu mu bilang kalau besok pagi kau harus bangun pagi sekali, lalu setelah nya kau akan dijemput oleh bawahan ibu mu. Untuk informasi lebih jelasnya akan aku tanyakan nanti kepadanya. "

" Terimakasih atas informasinya. "

" Apakah ibumu sudah bilang apa hadiah yang akan diberikan?. "

" Belum, dari tadi pagi dia tidak bilang apa - apa kepada ku."

" Oh begitu ya, aku harap hadiah yang diberikan nya bisa membuat mu senang. "

" Ya... aku juga berharap begitu. "

***

~~ Sudut Pandang Arata ~~

Keesokan harinya, sama seperti biasa Kuruna datang ke tempat ku dan memberikan ku ciuman selamat pagi, setelah adegan layaknya suami istri itu selesai aku pun bergegas menuju ke ruang makan rumah saat aku sudah memakai seragam sekolah ku.

Pada saat di meja makan aku melihat mereka berdua yang tengah menyiapkan sarapan pagi hari ini, adik ku yang menata piring lalu Kuruna yang sedang memasak di dapur, aku yang melihat ini mulai membayangkan keluarga yang bahagia itu mungkin sederhana seperti yang ada di hadapanku ini.

" Ah... kakak, apa kau sedang membayangkan yang tidak - tidak. " Tanya Shiori yang sedang menata piring di meja makan.

" Tenang saja, sekarang aku sedang membayangkan kalau kita adalah keluarga yang bahagia saat ini. " Jawabku yang sedang menuju ke lemari es.

" Heh.., kakak nampaknya telah berubah setelah kenal dengan Kuruna - san ya.. "

" Tidak juga kok Shiori, ini juga berkat mu yang telah menjaga kakak mu sampai sejauh ini, aku sangatlah senang mengetahui bahwa kau adalah adik yang baik bagi Arata - kun. " Ucap Kuruna memuji Shiori.

Itu memang benar, aku juga sangat senang kalau Shiori adalah adikku.

" Ya.. itu memang benar, aku sungguh bersyukur kalau dia adalah adik ku. "

" Kakak... apa kau tahu?, jijik tahu saat kau bilang seperti itu. "

Setelah percakapan itu selesai, kami bertiga pun mulai sarapan pagi.

Sarapan pagi yang sedikit berbeda dari yang biasanya.

Setelah sarapan selesai kami pun berangkat menuju ke sekolah. Tidak ada yang penting saat kami berdua berjalan bersama namun sesampainya di kelas aku baru ingat bahwa ada satu hal yang ingin kukatakan kepada Kuruna.

" Eh? Aku baru dengar.. "

Raut wajah Kuruna berubah seketika aku menceritakan bahwa Shiori akan pindah sekolah ke luar negeri.

Saat ini kami berdua sedang duduk saling berhadapan di kelas, kami berdua sedang membicarakan tentang Shiori yang akan pindah ke luar negeri untuk belajar.

Bisa dikatakan pertukaran pelajar mungkin?.

Mungkin ini tidak ada hubungannya dengan Kuruna tapi setidaknya aku bisa menceritakan dan mendengarkan pendapat Kuruna tentang Shiori yang akan dipindahkan sekolahnya.

" Kalau begitu.. 2 tahun yang akan datang, kau akan tinggal sendiri di rumah?. " Tanya Kuruna.

" Ya.. kau benar, terkadang aku tidak mau melepas kepergian Shiori ke luar negeri. " Jawabku dengan memejamkan mata sebentar.

" Kenapa tidak mau? Bukankah itu baik bagi Shiori? Sekolah di luar negeri itu impian dari setiap pelajar yang ada di sekolah. "

" Ya.. aku juga tahu akan hal itu. "

Tapi yang menjadi masalah nya adalah, aku tidak tahu sekolah mana yang akan menampung adik ku ini, bahkan aku juga tidak tahu negara mana yang akan dia kunjungi, yang aku tahu hanyalah Shiori akan dipindahkan sekolah nya di luar negeri, itu kata kedua orang tua ku.

Bagiku kalau Shiori akan dipindahkan ke sekolah luar negeri adalah hal yang tidak mustahil, aku banyak mendengar prestasi yang diraih oleh adik ku ini, dan aku dengar kalau dia adalah calon ketua OSIS berikutnya di sekolahnya yang sekarang.

Meskipun dia akan pindah sekolah tapi status tersebut masihlah ada pada Shiori.

Sebagai kakaknya aku harus mendukung nya, tapi entah kenapa aku sepertinya malah menghalangi Shiori untuk pergi.

Ini benar - benar merepotkan.

" Kalau boleh tahu, dimana dia akan dipindahkan?. " Tanya nya lagi kepadaku.

" Itulah yang menjadi masalah nya, aku juga tidak tahu dimana dia akan dipindahkan. "

Aku memang seorang kakak yang payah bagi adikku sendiri.

Saat mendengar perkataan ku sendiri aku pun menghela napas panjang dan menyandarkan tubuh ku ke kursi.

Apa yang harus aku lakukan sebagai kakaknya, itu yang aku katakan di dalam hati ku ini.

Lalu suara jeritan histeris terdengar sampai ke kelas ku, sepertinya itu bukanlah jeritan meminta tolong, tapi seisi kelas ku menjadi tertarik dengan suara tersebut, akhirnya salah satu murid datang ke kelas ku dengan napas yang tak teratur seperti melihat hantu.

Lalu dia pun bilang dengan suara yang lantang dan keras.

" Dia ada disini!! Kashiwagi Rena!!. "

Seketika mereka semua bersorak dengan kerasnya setelah mendengar seruan dari murid tersebut. Dan dengan cepat mereka pun mulai berhamburan keluar ke lorong kelas dan melihat ke arah luar jendela sekolah dari lantai 2.

" Kashiwagi… Rena ya.. "

Saat aku mengucapkan nama itu, entah kenapa Kuruna berdiri dari bangku nya dan menuju keluar kelas tanpa mengatakan apapun kepadaku. Setidaknya dia bisa mengajakku keluar bersama untuk melihatnya bukan?.

Tapi sepertinya… ada yang aneh dengan Kuruna saat mendengar nama Kashiwagi Rena itu. Apa mungkin karena kejadian kemarin?.

" Apa ini? Kenapa dia begitu tidak suka nya dengan Kashiwagi? Padahal sebelumnya dia sangat mengidolakannya, aku tak tahu jalan pikiran seorang perempuan. "

Aku yang juga ikut penasaran pun keluar kelas dan melihat artis yang bernama Kashiwagi Rena itu dari balik kaca jendela.

Terlihat dari sini Kashiwagi Rena di kelilingi banyak orang, tapi yang paling mengejutkan adalah kenapa dia harus membawa 2 *Bodyguard*nya?.

Dan dari penampilan kedua pengawalnya itu sepertinya aku pernah bertemu dengan mereka, apa jangan - jangan pada saat malam hari itu ya?.

Aku tidak terlalu terkejut dengan hal itu melainkan yang membuat ku terkejut adalah tidak ada *Bodyguard* perempuan yang kemarin.

Aku kira perempuan itu adalah *Bodyguard* terpercaya Kashiwagi Rena, tapi nyatanya tidak.

" Nee Arata-kun, apa kau mau bertemu dengan Kashiwagi - san lagi saat istirahat makan siang nanti?. " Tanya Kuruna yang masih melihat ke bawah luar jendela.

" Hm... bagaimana ya... dari pada menemuinya lebih baik aku makan bersama dengan mu di tempat yang biasanya, bisa dibilang begitu. "

" Jadi?. "

" Kuruna... bukankah aku sudah pernah bilang, kalau aku tidak suka ikut mencampuri urusan orang lain? Apa kau sudah lupa tentang sifat dan bagaimana karakteristik pacar mu ini?. "

Setelah aku berkata seperti itu, Kuruna pun menunjukkan wajah bahagia nya saat ini, aku yang melihat nya hanya bisa memberikan senyuman serasa berkata 'Ya.. mau bagaimana lagi ' itu.

Biar aku perjelas ke sekian kalinya, aku bukanlah tokoh utama di cerita kehidupan ku ini, meskipun banyak yang bilang bahwa kehidupan ini adalah milik kita dan kita adalah tokoh utama dari kehidupan kita sendiri aku tidak peduli sama sekali dengan perkataan itu.

Yang bisa ku yakini adalah bahwa aku bukanlah tokoh utama melainkan tokoh tambahan di cerita kehidupan mereka semua yang ada disekitar ku beserta diriku sendiri.

Ya... itu termasuk Kuruna, aku pun juga tidak tahu sampai kapan hubungan ini akan terus berlanjut, yang hanya bisa aku lakukan adalah melihat dan menunggu bagaimana akhir dari cerita romansa yang aku bangun bersama dengan Kuruna ini.

" Hm?. "

Aku pun menyadari sesuatu, seperti nya aku menemukan hal yang menarik diantara mereka semua yang ada dibawah itu.

Aku melihat seorang perempuan dengan rambut cream cerah yang ia ikat dua kelabang dan diwajahnya terlihat dia menggunakan kacamata itu sedang jalan dari arah samping menuju ke pintu masuk belakang sekolah.

Dan yang membuat ku tertarik adalah dia menjauhi kerumunan itu, apakah dia.. murid baru juga? Ini membuatku sedikit penasaran.

Karena dari sekian banyaknya orang, hanya dia yang menghindari kerumunan itu.

Ini sungguh mengejutkan.

" Ada apa Arata - kun?. "

" Tidak, tidak ada apa - apa.. "

" Hm.., mencurigakan kalau begitu kau makan sendiri saja nanti. " Kata Kuruna dengan menggelembungkan kedua pipinya.

" Kenapa harus disaat seperti ini? Kau marah? Padahal aku tidak berbuat hal yang aneh. "

Ya.. apa yang aku katakan memang benar, sekarang aku tidak berbuat hal aneh.

***

Beberapa jam yang lalu, terlihat dua orang perempuan lebih tepatnya ibu dan anak sedang berbincang-bincang di ruang tamu di rumah besar ini, jam masih menunjukkan angka pukul 6 pagi, dan anak tersebut dikejutkan oleh sesuatu yang tidak bisa ia percayai selama ini, ya.. itu adalah..

" Sekolah!? A-apa ibunda yakin?. "

" Ya, inilah hadiah yang aku janjikan kepada mu. "

Terlihat wajah terkejutnya orang yang biasanya disapa dengan nama Kashiwagi Rena ini, namun keterkejutannya menghilang saat dia teringat sesuatu yang lebih penting dari nya.

" Apa dia 'juga' akan pergi ke sekolah?. " Tanya Rena dengan hati - hati agar ibunya ini tidak tersinggung.

" Dia? Ya.. tentu saja. "

Ibunya hanya menjawab dengan nada biasa tanpa ada emosi di dalam perkataan nya, yang dia lakukan saat ini hanya meminum teh dari cangkir putih dengan corak bunga itu.

" Tapi.. "

" Jika kau tidak mau tidak apa - apa, aku tidak memaksa mu untuk pergi ke sekolah, tapi yang jelas aku sudah memberimu sedikit kebebasan, hanya menunggu keputusan mu saja, mau atau tidak. " Potongnya.

Di dalam benaknya Rena diberikan sebuah kebebasan adalah hal yang dia inginkan sejak dia kabur waktu itu.

Tapi berkat dari kelakuan yang dia lakukan itu ibunya tidak mengizinkan Rena untuk pergi keluar lagi kemanapun, kecuali untuk bekerja.

Baginya ini adalah kesempatan sekali dalam seumur hidupnya, hanya saja ia ragu, bagaimana nantinya kalau dia pergi ke sekolah dengan berpenampilan mencolok seperti ini? Itulah yang dia khawatirkan saat ini.

" Bukankah jika aku pergi ke sekolah dengan nya, bisa menimbulkan keramaian?. "

Saat Rena memberanikan diri untuk menanyakan itu ke ibunya, ibunya hanya bisa menghela napas lalu ia pun menaruh cangkir yang tadi ia pegang ke atas piring kecil yang dia pegang di tangan kirinya dan menjawab pertanyaan Rena.

" Untuk itu aku sudah mempunyai rencana agar kau bisa pergi ke sekolah dengan aman, jadi.. bagaimana? Mau.. atau tidak, putuskan saat ini juga, jika kau mau aku akan memberikan seragam sekolah nya kepada mu sekarang. "

" Tunggu, apa Ibunda sudah mendaftarkan ku meskipun ibunda tidak tahu bagaimana jawabanku nanti?. "

" Ya... aku sudah mendaftarkan mu tanpa sepengetahuan dan izin dari mu untuk itu maafkan kelakuanku. "

" Ibunda tidak perlu meminta maaf, tenang saja.. aku akan pergi ke sekolah, aku mau.. "

" Oh.. begitu ya, kalau begitu syukurlah kalau kau mau pergi sekolah, jika kau tidak mau aku sama saja membuang uang ku dengan percuma - cuma tanpa menghasilkan apa - apa. "

" Kalau itu terjadi, aku akan merasa bersalah kepada ibunda. "

" Lalu ada hal penting yang harus aku beritahu, maafkan aku, tapi sayangnya kau harus sekelas dengan orang yang kau sebut '*Dia*' itu selama 3 tahun ini. "

" Ya... tidak apa - apa, aku mau. "

Terlihat senyuman Rena yang menghiasi di wajahnya, tapi itu bukanlah senyuman tulus melainkan senyuman yang ia paksakan hanya agar ibunya itu bahagia.

Setelah percakapan yang begitu singkat nya itu usai, ibunya pun meninggalkan Rena sendirian di ruang tamu ini, dan saat dia berjalan menuju lantai 2 terdengar suara dia memerintahkan pembantu nya untuk mengambilkan seragam sekolah milik Rena yang berada di dalam kamar tamu, itulah yang Rena dengar saat ini.

Namun meskipun dia diperlakukan seperti itu oleh ibunya, Rena sama sekali tidak menunjukkan kekesalan nya sama sekali, malahan dia begitu senang bahwa selama ini tidak ada yang berubah dari hubungan dari ibu dan anak ini.

" Aku harap... aku tidak membuat nya kerepotan. "

Itulah yang dia katakan dalam hati nya itu.

***

Jam istirahat makan siang pun berbunyi, di kelas 1 - A terlihat banyak orang yang sedang mengelilingi satu anak perempuan.

Ya.. dia adalah Kashiwagi Rena, dia adalah artis muda yang tengah *Naik Daun* saat ini, akibat prestasi yang ia dapatkan sebagai penyanyi dan aktris terkenal, dia pun menyandang sebutan Idol maupun artis muda berbakat di usianya.

" Hei Kashiwagi - san, bagaimana kau bisa merawat kulit mu hingga bisa seputih ini?. " Tanya salah satu teman sekelas nya.

" Ah.., aku rutin perawatan jadi hasilnya seperti ini. "

" Wah.. aku juga ingin seperti mu.. "

" Aku juga.. "

" Kalau kalian mau, aku bisa memberikan alamat dimana aku sering perawatan. "

Pertanyaan demi pertanyaan dilontarkan ke arahnya, meskipun di dalam hatinya ini adalah hal yang paling melelahkan tapi demi fans nya ia akan melakukan apapun agar para fans yang ia punya senang.

" Tunggu sebentar, ah.. Rina. "

Dia mengangkat tangan kanannya untuk menghentikan obrolan sementara dan memanggil seseorang.

" Ya?. "

Salah satu murid perempuan yang memiliki rambut yang hampir sama warnanya dengan sang artis Rena dan ia kepang dua itu dengan wajahnya yang dibalut kacamata menjawab panggilan dari sang artis Kashiwagi Rena.

Kemudian semua pandangan pun tertuju ke arahnya.

" Bisakah kau membelikan ku air mineral di kantin?. "

" Ya... tentu saja, tapi setelah memberikan lembaran ulangan ini, apa tidak apa - apa?. "

Perempuan yang bernama Rina ini menunjukkan lembaran kertas yang ada ditangannya.

" Ya terserah apa yang kau mau, tapi ingat kembalilah ke sini dengan membawakan pesanan ku. "

" Baik. "

Lalu dia pun pergi ke luar kelas, dan di saat bersamaan itu salah satu teman nya menanyakan hal ini kepada Rena.

" Siapa dia?. "

" Ah dia? Dia adalah pelayan ku, ibu ku mendaftarkan dia agar dia bisa menjaga ku di sekolah. " Katanya dengan memejamkan matanya dengan anggun.

" Heh~ ternyata ibu mu baik sekali ya.. "

" Ya begitulah. "

Saat ini dilorong kelas, terlihat jelas wajah bingungnya dari pelayan Kashiwagi ini, mungkin semua orang akan bersikap sama dengan nya kalau dia baru pertama kali memasuki sekolah yang menurutnya besar seperti SMA Hashigai ini.

Lalu saat dia tengah menyusuri lorong sekolah dan memperhatikan satu persatu tanda dari setiap ruangan, dan dia pun akhirnya tak sengaja menabrak seseorang.

* *Bruak* *

" Ah.. maafkan aku.. "

" Ah tidak apa - apa, aku juga yang salah karena tidak memperhatikan kalau ada orang lewat. "

Namun pelayan ini tidak membuat wajah seperti orang yang merasa bersalah malahan dia membuat wajah terkejut saat melihat seorang perempuan berambut hitam panjang di hadapan nya saat ini.

" Eh? Ada apa?. " Tanya perempuan yang ada didepannya dengan memasang wajah penuh pertanyaan.

" A-ah.. maafkan aku *Senpai*. "

" Oh.., kau murid kelas 1? Sepertinya kau baru disini, kalau boleh tahu siapa nama mu?. "

Dengan malu-malu dia pun menjawab pertanyaan nya.

" Yo-yohiko.. Rina. "

" Heh~ Yohiko-chan ya... Kalau aku Kurugaya Kuruna, salam kenal ya. "

Setelah berkenalan satu sama lain, pelayan yang bernama Rina ini mengingat sesuatu hal yang penting yang harus ia lakukan sekarang.

Yaitu mengumpulkan lembar ujian harian yang sedang ia pegang saat ini.

" Ah... maafkan aku Kurugaya - senpai, tapi apakah senpai tahu dimana ruang guru?. "

" Hm... ruang guru ya. "

" Ada apa Kuruna.. "

Setelah bertemu dengan Kuruna, saat ini dia mendengar suara yang tak begitu asing bagi kedua telinga nya dari arah dalam kelas di sebelah nya ini, ya.. itu adalah seorang laki - laki yang terlihat begitu familiar bagi nya.

" Ah.. Arata - kun, ini ada adik kelas yang menanyakan kantor guru. "

" Eh... Tidak biasanya. "

Murid laki-laki yang ternyata bernama Arata ini langsung menatap ke arah perempuan berambut cream yang ada di dihadapan Kuruna itu.

Yang bisa Rina lakukan saat ini hanya menundukkan kepalanya dan tak berani menatap laki - laki yang bernama Arata itu.

" Kau.. kenapa kau menundukkan kepala mu? Apa ada yang aneh?. " Tanya Arata keheranan dengan apa yang Rina lakukan saat ini.

" Tidak... maafkan aku atas ketidaksopanan ku ini, tapi.. Kashiwagi - san pernah menunjukkan sebuah foto seorang laki - laki, dan entah kenapa dia sangat mirip dengan *Senpai*. "

" Hah? Si Kashiwagi itu? Memangnya apa hubungan mu dengannya?. " Tanya Arata mencoba memastikan apa hubungan Rina dengan Kashiwagi Rena.

" Aku adalah pelayan nya.. "

Entah kenapa tiba - tiba suasananya menjadi hening seketika ditempat mereka bertiga berdiri saat ini, Arata hanya bisa diam lalu Kuruna pun mulai membuka percakapan.

" E-etto... apa Yohiko-chan mau kuantar ke ruang guru?. "

" Ya.. boleh. " Dia tersenyum menandakan bahwa dia lega pekerjaan nya akan selesai dengan cepat.

" Baiklah, ayo kita berangkat, jangan lama - lama disini, bisa - bisa kau diincar oleh laki - laki yang ada disebelah ku ini... "

" Ok Kuruna.. entah kenapa perkataan mu itu membuat dadaku terasa sakit. "

" Ayo - ayo Yohiko-chan, kita pergi.. "

Lalu kedua perempuan itu pun pergi meninggalkan Arata sendirian di depan kelas nya.

" Tidak bisa dipercaya... tapi dia... sepertinya aku pernah melihatnya, begitu pun dengan senyuman milik nya itu."

Lalu Arata pun mengingat perempuan yang tadi pagi menghindari kerumunan yang sedang menyambut kedatangan sang artis Kashiwagi Rena.

" Ah.. rupanya dia ya. "

Arata yang tadi melihat mereka berdua pergi menjauh sekarang berganti melihat jam tangan milik nya.

" Hm... masih ada waktu. "

Aku akan melihatnya sebentar, itulah yang ia katakan sebelum melangkah ke tempat yang ingin dia tuju saat ini.