Chereads / Watashi wa shujinkōde wanai ( I'm Not The Main Character ) / Chapter 8 - Chapter 7 - Takdir Yang Kedua

Chapter 8 - Chapter 7 - Takdir Yang Kedua

~~ Sudut Pandang Kuruna ~~

Hari ini sama seperti hari yang biasa aku lalui, namun terkadang terlintas awan hitam yang melayang di atas kota ini.

Ya.. mau bagaimana lagi, ini sudah masuk musim panas jadi melihat awan hitam yang berterbangan di langit bukanlah hal yang patut untuk dikejutkan.

Buktinya kota sebelah telah dilanda hujan kemarin malam.

Setelah mengantar adik kelas yang bernama Yohiko Rina, aku pun melangkahkan kaki ku ke arah pohon yang berada di taman belakang sekolah.

Disana tidak ada siapapun kecuali seorang laki - laki yang sedang menyandarkan tubuhnya ke pohon besar tersebut.

Sepertinya dia sudah menunggu cukup lama, pikirku. Lalu tak lama kemudian aku pun berjalan dengan mengendap - endap, saat aku berada di belakang samping laki - laki itu, aku pun langsung menutup kedua matanya dengan menggunakan kedua tangan ku ini.

" Coba tebak.. "

" Hm.. tangan selembut ini tidak mungkin dimiliki oleh Kuruna... Siapa kau?. "

Dia tidak mengenali suara ku? Dan apa - apaan coba, dia bilang tangan ku tidak selembut yang dia kira?.

Ah.. entah kenapa aku dibuat kesal oleh anak laki - laki ini.

Namun, sebelum aku mengatakan kalau yang sedang berada di dekat nya ini aku, dia pun langsung menggenggam erat kedua tangan ku.

Aku pun terheran dengan apa yang ia lakukan saat ini, ada apa dengan nya? Apa dia sedang terkena masalah?.

" Tapi ya... bagiku tidak ada orang yang memiliki tangan selembut ini selain pacarku, benarkan Kuruna. "

" Ah...kau rupanya sudah tahu, aku tadi sempat terkejut saat kau bilang tangan ku tidak selembut yang kau kira. "

Saat aku hendak melepaskan kedua tangan ku dari matanya entah kenapa genggaman nya malah bertambah kuat, aku pun dibuat nya bingung oleh tingkah lakunya ini.

Jarang sekali Arata melakukan hal seperti ini.

" Arata-kun, bisakah kau melepaskan genggaman mu?."

" Aku selalu mencintaimu Kuruna... jadi... maukah kau membuatkan ku bekal makan siang setiap hari?. "

Jadi begitu.. aku kira ada masalah yang sedang menimpanya, tapi apa yang dia katakan patut ditanyakan karena aku tidak tahu maksud dari ucapannya saat ini.

" Apa yang kau katakan Arata-kun? Bukankah ada Shiori dirumah? Kau bisa meminta kepadanya bukan?. " Jawabku.

" Kau benar, tapi setelah Shiori pergi siapa yang akan membangunkan ku setiap hari? Lalu siapa yang akan membuatkan ku sarapan dan bekal makan siang untuk ku? Lalu siapa yang akan memasak makan malam di rumah ku?. "

" Ah..bkau banyak mau nya ya Arata-kun, baiklah aku akan menjagamu jika Shiori telah berangkat ke luar negeri nanti."

Lalu dengan cepat Arata-kun tersenyum tipis kearah ku dan sembari berkata.

" Ah sekalian jika kau mau tidur bersa-

" Tidak akan. "

" Sepertinya itu sudah pasti kau tolak, mungkin aku terlalu berlebihan untuk yang kali ini, tapi setidaknya terima kasih karena telah mau mengurus pria yang tidak berguna ini. "

Dia mulai lagi.

" Arata-kun.. "

Aku pun memaksakan tangan ku agar bisa terlepas dari genggamannya dan akhirnya berhasil.

Lalu aku pun menyentil jidatnya perlahan.

" Aku sama sekali tidak keberatan untuk mengurus mu, meskipun jika kita bukanlah sepasang kekasih aku akan mengurus mu. "

" Kalau kau berkata seperti itu sepertinya tidak akan jadi masalah, baiklah.. akan aku terima tawaran mu itu Kuruna. "

Sepertinya aku sedang dikerjai oleh Arata-kun, sebenarnya saat ini siapa yang membuat permintaan itu? Aku atau Arata-kun?.

Ya.. ini benar-benar aku sedang dikerjai oleh Arata-kun agar aku yang menjadi pemohon saat dipercakapan tadi.

Aku hanya bisa menghela napas dan melihat ke arah Arata-kun yang sedang memandangi langit yang penuh dengan awan.

Tanpa aku sadari wajahku memerah saat melihat nya, gawat.. ini.. tidak, aku harus bisa menahannya.

" Ada apa Kuruna?. " Tanya nya dengan nada datar sama seperti biasanya.

Dari luar dia sangat tidak peduli terhadap lingkungan sekitarnya, namun aku berfirasat kalau dia adalah seorang laki-laki yang baik.

Itulah yang aku rasakan dari lubuk hati ku yang paling dalam.

" Tidak, tidak ada apa - apa. " Jawabku dengan cepat tanpa membuat kecurigaan muncul.

" Lalu? Apa kau membawa apa yang aku minta tadi?. " Lanjut ku.

Dia diam sejenak lalu mengambil bungkusan kotak berwarna hijau sebagai pelindung bagian luarnya, dia pun menaruh bungkusan kotak itu di depan kami berdua lalu membukanya.

" Tenang saja.. aku membawanya. "

Kotak hitam dengan tiga lapis berwarna hitam itu adalah isi dari bungkusan kain tadi.

Ya.. itu adalah bekal makan siang kami berdua, sejujurnya aku sudah tahu apa isi yang ada didalamnya tapi mana mungkin aku memberitahu apa isinya.

Sama seperti biasanya kami makan bekal itu bersama dengan angin yang berhembus perlahan dan tenang membuat suasananya menjadi tenang dan tentram.

Ini benar-benar tempat yang paling nyaman di area sekolah, yang menjadi masalahnya adalah bagaimana kalau ada genangan air ataupun salju yang menumpuk nanti ya?.

Itu mungkin akan dipikirkan oleh Arata-kun nanti.

Setelah kami memakan bekal kami Arata-kun pun mengistirahatkan tubuhnya dengan kepalanya yang ada di pangkuanku.

Sesekali aku mengelus kepalanya dengan lembut dan Arata-kun memejamkan matanya kemungkinan dia sedang menikmatinya.

Tanpa menanyakan persetujuan dari Arata-kun aku pun mengecup keningnya dan reaksi yang aku terima adalah.

" Kuruna… apakah ada yang terjadi?. " Kata Arata-kun dengan nada datarnya seperti biasanya.

Tanpa memperlihatkan reaksi terkejutnya itu sudah membuatku terheran, seharusnya disaat seperti ini Arata-kun akan jadi seperti ' A-a-a-apa yang kau lakukan Kuruna ' membayangkan nya saja sudah membuatku senang bukan main.

" Baiklah sekarang kau mulai aneh Kuruna, kenapa kau tiba-tiba tersenyum seperti itu?. " Lanjut Arata-kun setelah melihat ekspresi ku berubah seketika.

" Tidak.. aku tidak sedang membayangkan apa - apa. " Kataku untuk memastikan Arata-kun tidak memikirkan hal aneh terhadap ku.

" Kuruna… "

Pada saat Arata-kun memanggil namaku, tangan kanannya saat ini sedang memegang pipi kiri ku dan perlahan mengelusnya.

Lalu beberapa detik kemudian dia berhenti dan berkata.

" Aku sangat bersyukur bisa bertemu dengan mu, meskipun pada awalnya aku tidak terlalu peduli denganmu tapi aku sangat berterima kasih kepada mu karena telah memilih ku. "

Ini… tidak seperti Arata-kun yang biasanya, apa yang telah terjadi?.

Tapi..

" Arata-kun... "

" Hm?. "

" Bolehkah aku… mencium mu?. "

Dan kata - kata yang telah aku pendam selama ini telah keluar dari mulutku tanpa disengaja.

Tak ada niat untuk menyangkalnya.

Tak ada niat untuk berhenti.

Aku perlahan mendekatkan wajah ku ke arah wajah Arata-kun yang masih diam saat aku berkata seperti itu.

Tidak ada tanda-tanda untuk menolaknya dan tidak ada rasa malu untuk melakukan hal ini.

Seperti sedang diberikan lampu hijau olehnya, aku pun perlahan demi perlahan mendekatkan bibirku dengan bibirnya dalam keadaan Arata-kun masih di pangkuanku.

Namun saat beberapa senti lagi aku berciuman dengannya, tiba - tiba dia menghentikan diriku dengan mendorong pundak ku menggunakan tangan kanannya dan perlahan tubuhku dipaksa untuk menyandar ke pohon yang ada di belakang ku.

Lalu dengan cepat Arata-kun mencium ku.

Lembut dan hangat itulah yang bisa aku rasakan saat ini, bibirku dan milik Arata-kun telah menyatu.

Tidak ada tanda Arata-kun melepaskan ciumannya lalu 1 menit kemudian dia mulai melepaskannya dengan wajah yang sedikit memerah dia melihat kedua mataku dari jarak dekat.

Begitu pula dengan ku dan akhirnya sebuah kata muncul dari mulutku.

" Lagi.. "

Itulah yang aku katakan kepadanya dengan pelan, dan untuk kedua kalinya aku lah yang mulai mencium nya bibir dengan bibir.

Aku pun memeluknya dengan erat dalam masih keadaan bibir kami menyatu dan respon Arata-kun juga sama, dia memelukku dengan eratnya.

Lalu setelah puas dengan ciumannya aku pun melepaskan ciuman tersebut dan berakhir menyandarkan kepalaku di dada Arata-kun.

" Maaf telah meminta permintaan egois.. " Kataku yang masih berada di dekapan Arata-kun.

" Tidak… aku lah yang kurang bisa memahami perasaan mu Kuruna. "

Dan akhirnya istirahat makan siang kami pun berakhir dengan pertanda bel sekolah yang terdengar di penjuru sekolah.

***

~~ Sudut Pandang Arata ~~

Seolah - olah ini semua telah direncanakan olehnya, entah kenapa aku yang ingin menjauh dari kehidupan ini bisa terlibat dengan masalah.

Kenapa ia selalu menjerumuskan ku kedalam masalah - masalah yang ia buat, bukankah di duniamu masih banyak orang yang menghargai kehidupan nya sendiri? Kenapa harus aku yang dipilih?.

Namun sepertinya aku harus berterima kasih 'kepadamu' karena telah mempertemukan ku dengan Kuruna.

Malam ini terasa begitu dingin, saat ini aku sedang berjalan - jalan di area sekitar pusat kota, sembari memenuhi panggilan dari Paman Sakata.

Ah.. mungkin kalian sudah kenal dengan dia, dia adalah paman yang memiliki toko roti itu.

Dia menyuruhku datang untuk berbicara beberapa jam yang lalu dan sesekali dia menawarkan ku untuk bekerja ditempat nya.

Ya.. aku menolaknya, karena saat ini aku sama sekali belum butuh yang namanya uang, jadi aku tidak akan terlalu rajin dalam bekerja.

Ngomong - ngomong hari ini aku libur dari pekerjaan paruh waktu ku.

Sudah 4 tahun aku menjauhkan diri dari kehidupan sosial ku, dan jangan kalian kira aku *Neet* atau *Hikikomori*, Karena aku bukanlah keduanya.

Aku hanya menjauh karena aku telah merasa dikhianati oleh kehidupan ku sendiri dan juga idealisme ku dulu.

Dulu saat aku masih duduk di bangku sekolah dasar kelas 6, aku pernah melihat sebuah anime dan di dalam anime tersebut aku mengagumi sosok pemeran utamanya, semua masalah dia bisa atasi dengan baik dan yang paling penting dia sangat suka ikut campur dalam masalah orang lain.

Meskipun sosok yang terkena masalah itu sempat menolak bantuan dari nya, tapi sang tokoh utama tersebut tetap ikut campur dalam masalah nya meskipun dia tahu apa resiko yang ia dapatkan. Dan pada akhirnya setelah masalah itu diselesaikan olehnya, pemeran sampingan itu langsung meminta maaf kepadanya lalu akhirnya mereka berteman dengan baik.

Itulah impian ku saat masih kecil dulu, namun sekarang aku sudah paham bagaimana kehidupan nyata itu bergulir pada setiap harinya, semua nya memang benar - benar tidak berguna begitu juga aku.

Namun saat aku sedang melamun kereta yang hendak aku naiki pun tiba, tapi aku melihat seseorang yang sedang memakai sebuah kacamata dengan disertai topi bunga matahari itu keluar dari kereta tersebut dengan memakai jaket kulit berwarna cream cerah menutupi seluruh tubuhnya hingga lutut.

Setelah turun dari kereta dia mengawasi sekitarnya, bahkan saat seseorang melihatnya sedang melakukan itu akan menjadi pusat perhatian secara tidak sengaja.

Melihat tingkah laku perempuan itu aku hanya bisa menghela napas panjang.

Ini bukanlah urusan ku dan juga aku tidak terlalu tertarik dengan ini semua.

Tapi keajaiban pun terjadi kepada ku.

Yang tadinya merasa tidak penasaran saat ini menjadi penasaran sebab perempuan itu memiliki rambut yang panjang dengan warna cream cerah seperti seseorang yang kukenal.

Apa dia sedang melarikan diri dari incaran fans atau apa? Sekarang pertanyaan itu terngiang-ngiang di dalam kepala ku, lalu dengan cepat perempuan itu pergi dari tempat ini menuju keluar stasiun.

" Ya... melihat - lihat sedikit tidak apa - apa bukan?. "

Saat ini aku hanya bisa berharap agar aku tidak ketahuan oleh nya, apalagi jika ada perempuan berambut hitam pendek itu yang tiba - tiba datang, bisa - bisa aku mati ditangan nya karena melihati ku mengikuti seseorang yang dianggap putri nya itu.

Ah perempuan yang ku maksud adalah *bodyguard*-nya

Lama dan lama aku mengikuti nya, dari jalan yang lain ke jalan lainnya sampai - sampai dia melewati gang - gang sempit, Aku yang sedang membuntuti nya pun mulai merasa curiga dengan anak perempuan ini, sebenarnya dia mau kemana?.

Jika seseorang mengenali nya dia bisa terkena masalah yang serius, dan anehnya dia tidak sadar bahwa sekarang ada yang mengikuti nya, dia benar - benar tidak ada rasa takut dan cemasnya sama sekali, dia sungguh pemberani atau dia nya saja yang agak bodoh?.

Namun setelah berjalan kesana kemari mengikuti perempuan yang ada di depan ku ini, dia pun berhenti tepat di sebuah cafe setelah dia melewati gang yang agak menyeramkan tadi, sedikit lama dia memandang cafe tersebut lalu dia pun masuk ke dalamnya.

Aku yang penasaran dengan cafe tersebut langsung berjalan ke depan arah cafe itu dan menemukan sesuatu yang sangat menarik.

" Seorang artis seperti dia, tak disangka dia mempunyai sifat dan kelakuan seperti itu ya, apa yang harus aku lakukan? Meninggalkan nya atau membawanya kembali. "

Disana terpampang jelas, sebuah tulisan di depan cafe itu tertulis Cafe Cinta, dimana tempat pria hidung belang berkumpul, dia tidak tahu apa itu Cafe Cinta?.

Kau ini.. sepolos apa kau ini Kashiwagi Rena.

Ya apa boleh buat, soalnya cafe ini adalah kedok baru bagi para hidung belang agar bisa bersenang-senang.

Jadi kalau dia tidak tahu tentang tempat ini aku bisa memaklumi nya.

Tapi ya..

" Kenapa kau selalu membuat ku mencampuri urusan orang lain, dasar.. dewa macam apa yang sedang mengawasi ku saat ini?. "

****

~~ Sudut Pandang Rena ~~

Saat aku menginjakkan kaki ku keluar dari kereta tersebut, entah kenapa diriku dilanda rasa kecemasan yang tinggi. Memang perbuatan ku ini agak keterlaluan tapi mau bagaimana lagi? Pak Gotoku itu ingin bertemu dengan ku dan membahas masalah iklan itu bersama, tapi entah kenapa dia tidak mau aku mengajak siapapun.

Ya terpaksa aku keluar secara diam - diam untuk bisa menemuinya, tapi ini pertama kalinya aku keluar secara bebas malam ini, jika aku ketahuan sama ibunda bisa gawat, aku harus secepatnya menemui Pak Gotoku itu.

Saat ini aku sedang melihat smartphone milik ku, karena aku tidak tahu tempat pertemuan nya itu dimana maka Pak Gotoku mengirim lokasinya sekarang.

Setelah beberapa menit berjalan mengikuti petunjuk arah dari aplikasi smartphone ku ini.

Akhirnya smartphone milik ku ini menunjukkan ke arah gang gelap dikiri ku, aku diam sejenak dan mulai berpikir, sebenarnya tempat apa yang menjadi tempat pertemuan kami berdua itu? Tidak berpikir panjang aku pun melangkahkan kaki ku masuk ke gang sempit itu, tapi tak ternyata ada tempat yang semenyeramkan seperti ini.

Saat aku melangkahkan kakiku ke dalam gang aku merasa ada seseorang yang membuntuti ku, aku tidak menoleh dan terus berjalan.

Tapi pikiranku yang sedang bermain sekarang.

Apa hanya perasaanku saja ya? dia sepertinya sedang mengikuti dari tadi, apa jangan - jangan dia tahu kalau aku adalah Kashiwagi Rena? tidak mungkin juga dia bisa mengetahui nya kan?.

Setelah hampir 30 menit berlalu, akhirnya aku sampai di tujuan, entah kenapa tempat ini terlalu sepi dan tidak banyak orang melalui jalan ini, dan di depan ku saat ini ada sebuah cafe dengan latar depan nya berwarna merah muda secara keseluruhan, kalau tidak salah namanya Cafe Mutiara.

Dan aku terkejut saat melihat tulisan kertas di depan jendela cafe tersebut, disana tertulis kalau menginap semalam bisa menghabiskan 4,500 hingga 9000 Yen tergantung dengan kamar yang kita pesan.

Aku sedikit salut dengan cafe ini, meskipun mereka menjual makanan tapi mereka juga bisa menyewakan tempat tidur bagi mereka yang telah lelah seharian beraktivitas, apa sekali - kali aku mengajak Masami datang bersama ku kesini ya?.

Saat aku melihat kedalam jendela, seorang pria yang ternyata adalah Pak Gotoku menyapa ku dari dalam, aku yang melihatnya hanya bisa tersenyum lalu masuk ke dalam.

Saat kami duduk di salah satu meja yang telah dipesan olehnya, seorang pelayan yang memakai baju minim yang hampir memperlihatkan lekuk tubuhnya datang dan meminta apa pesanan ku.

Aku langsung memesan jus stroberi dan pak Gotoku memesan sebuah kopi hitam, setelah mencatat nya pelayan itu pergi dari tempat kami.

" Ah.. maafkan aku ya Rena - san. "

" Tidak apa - apa pak Gotoku, lagi pula kita membahas tentang pekerjaan jadi mau tidak mau aku harus datang bukan?. "

" Ya... kau benar. "

Dia hanya bisa memperlihatkan senyuman lembutnya itu kepada ku. Aku yang melihatnya tersenyum hanya bisa membalas nya dengan senyuman yang agak aku paksakan ini.

Setelah itu seorang pelayan yang tadi itu datang lagi dan memberikan minuman pesanan kami, tapi anehnya terdapat dua bungkus kecil berwarna putih disana, aku yang melihat nya hanya bisa bertanya - tanya tentang bungkusan tersebut.

Saat pak Gotoku menyobek bagian ujung nya, dia pun menaburkan nya ke dalam kopi yang tadi ia pesan.

" Anu pak Gotoku, apa yang anda masukkan ke dalam kopi itu?. "

" Ah ini? Ini adalah gula, pelayanan disini sangatlah unik, saat mereka membuat minuman, gula itu mereka pisahkan, jadi para konsumen bisa menentukan berapa banyak gula yang ingin mereka pakai. " Katanya dengan tersenyum lembut.

" Hoh~ mereka juga memperhatikan konsumen yang sedang lansia ya. "

" Ya, tentu saja. " jawabnya dengan mengaduk kopi hitam miliknya itu.

Lalu setelah ia mengaduk nya, ia pun langsung meminum kopi tersebut, tapi entah kenapa dia tidak merasakan panasnya kopi itu malahan dia meminumnya langsung habis seketika.

" Anu pak Gotoku apa anda tidak apa - apa? Apa kopi itu tidak panas?. " Tanyaku dengan khawatir.

Namun saat aku melihatnya wajahnya pak Gotoku tiba - tiba wajahnya berubah menjadi merah seperti orang yang sedang mabuk.

" Ah.., wajah mu sangatlah cantik seperti biasanya ya Rena - san. "

Lalu dia pun memegang pipi kiri ku dengan tangan kanan miliknya itu, aku yang terkejut dengan perlakuan dari nya langsung bergegas berdiri dari kursi yang aku duduki dan sedikit menjaga jarak dari nya.

Kenapa dengan pak Gotoku saat ini?.

" Kau tidak bisa lari dari sini Rena - chan~ ini sudah malam... bagaimana nanti kalau ada orang asing yang mengancam mu dan menyuruh mu berbuat sesuatu hal yang buruk? Sebaiknya kita menginap disini bukan? Bersama dikamar yang sama. "

Lalu pak Gotoku cepat - cepat menangkap tangan kiri ku. Dan menyadari perbuatan tak pantas nya itu aku pun memberontak dari nya dan mencoba melepaskan tangannya dari tangan ku. Tapi semua yang aku lakukan sia-sia karena tangan laki - laki ini sangatlah kuat.

Tunggu dulu, apakah dia sudah merencanakan ini semua dari awal!? Jika itu benar maka alasannya dia meminta ku agar pergi sendirian itu hanya untuk menjebak ku!?.

Tidak…

Itu tidak mungkin.

" To-tolong!!. "

Aku pun menjerit meminta tolong kepada pengunjung yang ada di cafe ini, tapi reaksi yang diberikan oleh mereka hanya tertawa dan tersenyum sinis kepadaku.

Mereka sama sekali tidak memperdulikan aku yang akan di bawa oleh pria mesum ini. Menyadari hal keanehan ini, aku pun melihat sekitar dan banyak pasangan yang sedang bermesraan dan bahkan berciuman di tempat ini.

Apa - apaan mereka ini? Bukankah ini tempat umum!?.

" Seperti dari rumor nya, Artis Muda Kashiwagi Rena, dia adalah perempuan yang sangat mudah untuk dibodohi, ayo ikut aku kedalam!!. "

Dia pun menarik ku dengan kuat sehingga membuat topi serta kacamata yang kupakai lepas dan seketika itu ada seseorang yang berteriak " ada Kashiwagi Rena ", dan beberapa orang mengambil kesempatan memfoto diriku yang sedang ditarik oleh pria hidung belang ini.

Pak Gotoku sama sekali tidak terganggu dengan hal ini bahkan sampai saat ini dia masih berusaha menarik ku dengan paksa.

Kenapa... kenapa harus jadi seperti ini?.

Apakah ini hukuman yang aku terima karena sudah durhaka kepada ibuku!? Tidak… Aku tidak mau, aku tidak mau ini semua terjadi.

Seseorang tolong selamatkan aku, aku janji.. aku akan berbuat baik nantinya Ibunda!.

*Cekrek*

Suara kamera smartphone itu terdengar sangat dekat disaat aku sedang memohon sambil menutup mataku. Dan saat aku membuka mata ku aku melihat pak Gotoku sedang melihat ke arah belakang ku dengan wajah yang dipenuhi perasaan kesalnya.

Aku yang penasaran akhirnya menoleh ke arah belakangku dan mendapati seorang laki - laki berambut hitam yang memakai kemeja polos hitam dengan kaos putih sebagai dalamannya. Tak terkecuali celana panjang yang sama warnanya dengan kemejanya tersebut.

Aku yang melihatnya saat ini hanya bisa menahan tangis ku dan bersyukur bahwa ada orang yang kukenal yang saat ini mencoba menyelamatkanku untuk yang kedua kalinya.

Aku benar-benar bersyukur akan hal itu.

Dia adalah kakak kelas ku di sekolah yang baru saja aku masuki, yaitu Katsuragi Arata - senpai.

" Wah - wah... Kenapa kau menahan tangis mu itu Kashiwagi-san, dan juga sepertinya kalian sedang bersenang-senang disini, apakah aku mengganggu kalian?. "

Mendengarkan hal itu aku sangat terkejut, aku kira dia ingin menyelamatkan ku, tapi ternyata aku salah besar, dia malah memojokkan ku.

" Ternyata Artis Muda Kashiwagi Rena yang tengah menjadi perbincangan hangat saat ini tengah masuk kedalam Cafe para lelaki hidung belang seperti ini bersama sutradara yang baru dikenalnya kemarin, ini mungkin bisa menjadi berita heboh. "

" Hoi anak muda, cepat hapus foto itu! Dan kalian semua juga... hapus foto itu secepatnya! Jika kalian mau mendengarkan perkataan ku akan aku berikan uang dengan jumlah yang cukup banyak nanti. "

Setelah mendengar perkataan dari pak Gotoku, mereka yang tadinya memfoto kami sekarang l tengah mengotak - atik smartphone milik mereka sendiri, kemungkinan besar mereka tergiur dengan tawaran nya.

Dan untuk yang kedua kalinya aku mencoba melepaskan genggaman miliknya namun percuma saja, genggaman nya saat ini mulai bertambah kuat.

" Aku tidak akan melepaskan nya, kalau begitu ayo kita cepat bermain - main di dalam kamar sewaan ku. " Katanya dengan memperlihatkan senyuman liciknya.

" Ku hitung sampai 3 pak tua.. "

Aku pun mendengar suara Katsuragi-senpai yang dingin sekarang.

Saat ini dia sedang menunjukkan 3 jari nya ke arah kami berdua dengan tatapan tenangnya tidak ada maksud ancaman darinya. Namun dari matanya tersirat hawa intimidasi yang cukup kuat.

Serta suaranya yang tenang itu begitu menakutkan bagiku.

" Jka kau tidak mau melepaskan nya, aku akan menguploadnya di sosial media sekarang juga. " Lanjutnya.

Aku pun terkejut dengan apa yang dia katakan, menguploadnya? Tidak... tolong jangan lakukan itu Katsuragi-senpai.

Namun aku tidak bisa menyuarakan perkataan itu kepadanya.

Mulutku tidak bisa bergerak karena ketakutan, dan hal ini adalah pertama kalinya aku alami.

" Tu-tunggu dulu, jika kau menguploadnya maka bukan aku saja yang terkena masalah, perempuan ini juga bisa terkena masalah bukan?. "

Pak Gotoku tiba - tiba mengangkat tangan ku untuk menunjukkan bahwa saat ini yang paling penting diantara kami bertiga adalah aku.

Namun..

" Apa aku peduli dengan itu semua? Aku sama sekali tidak peduli dengan apa yang terjadi kepadanya. " Jawabnya dengan cepat.

Ya.. itu benar, aku tidak berhak untuk minta tolong kepada nya.

Mungkin gara - gara syuting iklan waktu itu kesannya terhadap ku menjadi buruk, aku waktu itu tidak memperdulikannya dan akhirnya aku menerima apa yang telah aku lakukan kepada mereka berdua waktu itu.

Tapi... ternyata aku salah.

" Mungkin… jika kau mau melepaskannya aku tidak akan jadi menguploadnya. " Katanya dengan suara agak mengancam.

Dari pada menghabiskan malam dengan pak Gotoku lebih baik aku menanggung malu ini seumur hidup dan siap menerima konsekuensinya di masa depan nanti.

Tapi aku disini juga memiliki opsi lain untuk bisa keluar dari situasi ini.

Aku ingat kalau Katsuragi-senpai memiliki kekuatan fisik yang begitu tinggi jadi, meminta pertolongan nya itu kemungkinan besar bisa.

Jadi..

" Anu.. "

Belum selesai menyuarakan apa yang ingin aku katakan tiba - tiba pak Gotoku menarik ku kebelakang nya membuatku tersentak akhirnya pembicaraan ku dipotong olehnya dan dengan perasaan kesal dia berkata.

" Jangan bercanda!! Kau ingin mengancam ku!? tidak semudah itu bocah!! Aku tidak yakin kalau kau akan menguploadnya, kau kemari hanya untuk menyelematkan nya bukan!? Kalau kau ingin menguploadnya silahkan aku tidak akan menahan mu, apa kau ingin menjadi seorang pahlawan yang akan menyelamatkan nya hah!! Jangan membuatku tertawa--. "

Sebelum menghabiskan perkataan nya.

Aku terkejut saat smartphone milik Katsuragi-senpai melayang ke arah wajah nya pak Gotoku dan membuat nya kesakitan sehingga kedua tangan milik nya itu menutupi wajahnya yang saat ini.

Dia benar-benar melakukannya.

***

~~ Sudut Pandang Arata ~~

" Kau memilih pilihan yang salah.. "

Itulah yang kukatakan setelah melemparkan smartphone milik ku tadi.

" Ah!! Dasar bocah!!!. "

Setelah melempar smartphone milik ku itu aku langsung lari kehadapan nya dan dengan seketika aku memegang tangan kanan nya lalu membalik tubuhnya kemudian ku dorong tubuhnya hingga wajah nya sampai terbentur di meja yang tadi ia duduki bersama Kashiwagi.

Bisa dikatakan aku sedang mengunci pergerakan nya dengan tambahan wajahnya aku lukai sedikit.

Lalu setelah nya aku pun mendekatkan wajah ku ke kuping nya dan berkata.

" Jika kau mau menutup mulut mu dan menutup mulut mereka yang ada disini, aku akan memaafkan perbuatan mu dan tak akan menganggap bahwa ini pernah terjadi sama sekali, bagaimana pak tua? Tapi kalau tidak… mungkin kau bisa berakhir di rumah sakit dengan satu tangan patah dan satu kaki patah. "

Tanpa ba-bi-bu, sutradara itu langsung menerima tawaran ku dengan suara yang sedikit ketakutan.

" Ya - ya, akan aku lakukan, akan aku lakukan jadi tolong lepaskan aku. "

Setelah berhasil bernegosiasi dengannya meskipun dengan cara memaksa aku pun melepaskan cengkraman ku dari tangan milik nya itu. Kemudian dia hanya bisa tersungkur kesakitan setelah aku melepaskan nya.

Aku tidak habis pikir dengan kehidupan yang aku jalani ini, kenapa setiap aku keluar selalu ada masalah yang mendatangi ku?.

Setelah menghela napas panjang, aku pun melihat Kashiwagi yang tengah ketakutan di samping ku dan akhirnya aku memegang tangan nya dan menarik nya keluar dari tempat ini.

Sebelum itu aku pun mengambil smartphone milikku yang tergeletak setelah melempar ke wajah sutradara tadi.

Mempercayai orang yang baik di mata kita tidaklah salah, asal jangan terlalu percaya kepadanya karena suatu saat mereka juga akan berubah tanpa sepengetahuan kita, itulah yang telah aku pelajari selama aku mengamati kehidupan sekolah ku yang buruk itu.

Setelah kami pergi agak jauh dari cafe itu akhirnya aku memutuskan untuk duduk istirahat sejenak di salah satu bangku yang di depan kami terdapat laut yang tengah dihiasi langit malam berbintang.

Kami pun duduk dan tak berbicara sama sekali, ya dalam keadaan seperti ini mana ada orang yang tidak canggung, apalagi setelah mengalami dan melihat kejadian seperti tadi.

Mungkin akibat kejadian tadi itu bisa membuatnya trauma dan tidak mau percaya lagi kepada laki - laki yang ada di sekitar nya.

Aku yang tidak tahu apa - apa dengan situasi ini hanya bisa diam dan mengistirahatkan tubuh ku yang kelelahan karena lari tadi, meskipun aku bisa menahannya tapi mau bagaimana lagi aku adalah tipe orang yang tidak pandai berolahraga, jadi saat kelelahan setelah berlari sangatlah wajar bagi ku.

Disaat tengah istirahat aku mulai merogoh saku ku dan mengambil smartphone milik ku, dan untungnya benda ini masih bisa hidup meski tadi aku melemparkan nya dengan sangat kuat.

" Syukurlah.. "

" Apa smartphone mu tidak apa - apa?. "

" Ya... kau juga tahu sendiri kan saat aku bersyukur tadi, tapi itu tidaklah penting kali ini, setelah menyelamatkan mu aku mau imbalan yang pantas dengan penyelamatan ku tadi. " Aku berkata seperti itu sembari memasukkan smartphone milikku kedalam saku lagi.

" Ya.., aku tahu kau mau uang kan?. "

Hah? Uang? Ya.. maksud ku bukan begitu tapi memang wajar bahwa uang adalah suatu imbalan yang sering diberikan.

Tapi itu bukanlah yang aku inginkan saat ini.

" Jangan kau kira aku laki - laki bodoh seperti kebanyakan orang yang mementingkan kesenangan dunia, aku tidak mau imbalan yang seperti itu. "

Setelah berkata seperti itu dia memperlihatkan wajah berpikir nya dan pada akhirnya mencapai kesimpulan.

" Bukankah kau tadi berkata jika kau tidak peduli dengan ku?. " Dia berkata dengan memalingkan wajahnya.

Itu yang dia pikirkan ya.. dia mempunyai ingatan dan mampu mengamati sekitar nya dengan baik.

Meskipun dia mudah untuk dibohongi.

Ya, memang aku tidak peduli dengan masalah nya, tapi jika aku tidak menyelesaikan dengan cepat masalah yang ia alami tadi, maka masalah yang lain akan berdatangan kepada ku.

Setidaknya itu yang bisa aku pikirkan saat ini, ikut campur dalam masalah orang lain itu bukanlah hal yang kuinginkan, tapi mau bagaimana lagi kejadian itu terjadi tepat didepan mata ku sendiri, orang yang melihat itu biasanya tidak akan melakukan apa - apa dan menganggap kejadian itu tak pernah terjadi.

Atau bisa disebut mereka menghiraukan nya.

Tapi tidak bagi ku, saat melihat Kashiwagi dalam bahaya entah kenapa tubuh ku tiba - tiba bergerak dengan sendirinya, tubuhku serasa berkata selamatkan dia, dan itulah kebiasaan yang aku punya dari waktu SMP dulu.

Tidak hanya pada saat kejadian yang menimpa Kashiwagi saat ini, waktu masih SMP aku biasanya membantu para tetangga yang sedang kesusahan, dan karena itu aku terkenal dikalangan mereka, dan pada saat Kuruna waktu ditampar oleh ayahnya entah kenapa tubuh ku ingin sekali kesana dan menolong nya tapi aku menahan tubuhku agar tidak mencampuri urusan miliknya, tapi saat aku bertemu dengan ayahnya lagi di rumah sakit, aku tidak bisa menahannya lagi.

Dan akhirnya kejadian itu pun terjadi.

" Bolehkah aku meminta sesuatu sebagai imbalannya?. " Tanyaku dengan wajah serius.

" Ada apa ini? Kenapa tiba-tiba kau menjadi serius seperti ini?. "

Mau bagaimana lagi, aku tidak bisa meminta imbalan apa - apa selain hal ini kepadanya.

Untuk memuaskan rasa penasaran ku dan membuatku lega dari rasa haus penasaran ini, akan aku lakukan.

" Kau kenal dengan Kuruna kan?. "

" Ya... tentu saja, Kuruna - senpai yang itu kan?. "

Aku pun menghela napas lega, ternyata dia tahu rupanya, syukurlah..

" Tapi kenapa Katsuragi-senpai menanyakan hal ini?. "

" Ah... tidak ada apa - apa, oh iya sekarang aku ingin minta imbalannya."

" Heh? Tadi itu bukan imbalan yang kau minta? Senpai jangan memerasku- . "

" Siapa kau sebenarnya? Jawablah sekarang. "

Tiba - tiba Kashiwagi Rena yang tadi mengoceh sekarang terdiam bagaikan patung.

Dan terlihat mulutnya gelagapan seperti orang ketakutan, aku yang melihat hal ini semua sekarang sangatlah yakin bahwa, Kashiwagi Rena saat ini adalah Kashiwagi Rena yang pernah aku temui di malam hari pada waktu itu.

" Te-tentu saja aku Kashiwagi Rena sang artis kan?. "

" Jangan menutupi nya lagi, aku sudah tahu semua.. jawablah.. siapa kau sebenarnya?. "

" Ah.. Se-senpai sepertinya aku harus pulang duluan, ibunda ku memanggil ku. "

Saat dia berdiri dari kursi tempat duduknya itu, aku pun menahan tangannya dan menariknya kearah ku, dan pada saat itu wajah kami sangatlah dekat, dan terlihat wajah Kashiwagi saat ini memerah.

Cukup lama kami bertatap mata dan saat Kashiwagi menyadari nya dia pun memberontak dari ku.

" Jawablah dulu pertanyaan nya Kashiwagi Rena, baru akan aku lepas. " Kataku dengan agak mengancam.

Dia pun memperlihatkan wajah ketakutannya sekilas lalu dengan cepat dia membuat wajah paniknya untuk menutupi ketakutannya itu.

" Sudah aku bilang kalau aku adalah Kashiwagi Rena bukan!?. "

Yang aku lihat tadi bukanlah wajah takut karena aku yang sedang mengancam dirinya namun ketakutan akan sebuah rahasia yang akan terbongkar darinya.

" Apa tadi lembaran ulangan itu sudah kau kumpulkan?. " Tanyaku dengan nada datar untuk tidak membuatnya lebih takut lagi.

" Hah!? Tentu saja sudah!!, Aku tidak mau kalau sensei memandang sebelah mata tentang-- "

Bingo..

Dan seketika mulut Kashiwagi ini berhenti berbicara, aku yang merasa menang sekarang hanya bisa tersenyum ke arah Kashiwagi, dan pada saat bersamaan dia memperlihatkan wajah terkejutnya.

" Salam kenal, namaku adalah Katsuragi Arata kelas 2-B di SMA Hashigai, apa kau baik-baik saja Yohiko Rina. "

Dia benar-benar terkejut saat aku mengatakan hal itu kepadanya, nama yang tidak ingin dia dengar saat ini telah keluar dan bergema di kedua telinganya.

Biarkan aku menjelaskan kepada kalian sebab dari kenapa kejadian ini bisa terjadi. Pada saat jam istirahat makan siang setelah bersama Kuruna dengan Yohiko Rina, aku yang penasaran dengan Kashiwagi pun pergi ke kelasnya.

Dan setelah aku sampai ke kelasnya, aku melihat bahwa dia sangatlah berbeda dari Kashiwagi Rena kemarin yang aku kenal.

Yang aku kenal dari Kashiwagi dia tidak pernah menunjukkan derajatnya sebagai Artis dan menyombongkan dirinya sendiri. Yang kutahu dari nya adalah dia sangatlah menghormati setiap orang bahkan para fans muda nya, maka dari itu aku hanya melihatnya dari pintu masuk kelasnya.

Dan membuat spekulasi yang dapat aku terima dan akhirnya mencapai sebuah kesimpulan yang benar - benar tidak mudah diterima.

Aku pun membandingkan sifatnya yang saat ini dan kemarin, pada akhirnya aku sampai pada kesimpulan bahwa Kashiwagi Rena ini bukanlah Kashiwagi Rena pada saat itu.

Setelah puas melihat sifatnya yang berubah itu aku pun pergi dari tempat itu dan menuju ke tempat dimana aku dan Kuruna sering menghabiskan waktu.

Dan memikirkan tentang pelayan yang hampir mirip dengan Kashiwagi Rena yaitu Yohiko Rina.

Saat dia dan aku bertemu, dia tidak pernah melihat ke arahku sama sekali dengan alasan bahwa Rena menunjukkan foto ku kepadanya, namun yang menjadi pertanyaannya adalah kapan dia mengambil foto tersebut?.

Jika aku mengingat syuting kemarin, aku saat itu sedang berada dihadapan pengawal serta Kuruna.

Dan dia berada di arah belakang mereka berdua, apa mungkin dia bisa mengambil gambar diriku dengan keadaan seperti itu?.

Ya.. bisa saja itu tapi aku sama sekali tidak menerima hal itu, bukannya aku berlagak sok pintar pada saat ini, namun ini hanya pendapat pribadi diriku sendiri.

Dan itu adalah alasan ku kenapa penasaran dengan peran artis milik Kashiwagi Rena itu, tapi.. yang membuat ku yakin bahwa yang ada di hadapanku ini adalah perempuan yang bernama Yohiko Rina adalah, karena dia satu - satunya orang terdekat Kashiwagi yang bertemu dengan ku dan memanggil ku dengan sebutan *senpai*.

Dan juga masih ada banyak lagi, Kashiwagi Rena yang asli belumlah tahu nama dari Kuruna, tapi tiba - tiba saat tadi kita berbincang- bincang dia entah kenapa tahu Kuruna, dan yang pernah bertemu dengan Kuruna adalah Yohiko Rina.

" A-apa yang kau maksud senpai?. "

" Senpai? Bagaimana kau bisa tahu kalau aku adalah senpai mu?, Apakah aku pernah bertemu dengan mu disekolah? Atau apakah aku begitu terkenal nya dikelas mu sampai - sampai ada yang menyinggung nya? Itu tidaklah mungkin kan. "

" Ee.. etto.. "

Dia kehabisan kata - kata, terlihat dia sedang mencari sesuatu untuk menghindari pertanyaan - pertanyaan yang akan aku berikan kepadanya.

Jika dia menjawab bahwa pelayan nya yang memberitahu dirinya maka aku tidak bisa melanjutkan pembicaraan ini.

Tapi aku terlanjur masuk kedalam lingkaran masalah yang ia buat, dan sudah semestinya aku menghancurkan nya secepat mungkin bukan?.

" Jawablah dengan jujur Yohiko Rina, siapa kau sebenarnya? Tenang saja aku takkan memberitahukan nya kepada siapapun itu, kau hanya perlu berkata sejujur-jujurnya. "

" Bagaimana kalau aku menolak?. "

Dia menundukkan kepalanya seketika, mungkin saat ini dia berharap agar masalah ini tidak sampai diketahui oleh siapapun, baiklah kalau itu yang kau mau aku akan menuruti harapan mu.

" Kalau itu terjadi apa boleh buat, aku tidak akan membahasnya lagi, aku berjanji jadi jawaban mu?. "

Setelah itu terdapat jeda sebelum menjawab pertanyaan ku dan kemudian dia menarik napas nya kemudian mengeluarkannya.

Kemungkinan dia sedang memutuskan apa yang akan dia lakukan saat ini, memang ini keputusan besar jadi.. meskipun dia menolaknya maka jalan satu - satunya adalah menghargai keputusan perempuan ini dan setelah itu menjauhinya.

" Baiklah... akan aku pegang janji mu itu, aku akan memberitahumu. "

Keputusan ini benar - benar tidak aku harapkan, tapi setidaknya aku bisa lega karena rasa penasaran ku telah selesai.

" Lalu? Siapa kau sebenarnya.. "

" Aku adalah kakak Kashiwagi Rena, namaku adalah Kashiwagi Rina. "

Dan pada malam hari itu, terjadilah sesuatu hal yang tak terduga, rahasia dari Artis muda Kashiwagi Rena akhirnya terbongkar dengan cepat di hadapanku.

Dan pada akhirnya aku tersadar keterkejutan ku bukan karena mengetahui rahasia Kashiwagi Rena melainkan aku terkejut karena mulai detik ini…

Pasti aku ditakdirkan untuk berjalan dilingkaran kehidupan mereka berdua.

Kashiwagi Rina dan Kashiwagi Rena.

Takdir macam apa ini? 'Kau' sungguh tidak mempunyai belas kasihan kepadaku setelah apa yang 'kau' perbuat kepada diriku ini.