Pada malam itu, tangan milik nya terasa dingin seperti es, dengan bermandikan keringat dingin nya, dia menunjukkan wajah yang penuh dengan ketakutan saat dia memegang tangan kanan ku.
Disana aku hanya melihat sekilas wajah nya, berambut panjang yang terurai lurus dengan warna cream cerah, begitu juga dengan mata yang milik nya itu.
Cukup mempesona.
Saat ini dia hanya melihat ku dengan ketakutan, bukan aku yang ia takuti melainkan orang yang sedang mengejarnya saat ini. Aku melihat kedepan dan mendapati dua orang yang sedang berlari ke arah ku dan perempuan ini.
Mereka memakai jas berwarna hitam dengan kacamata yang mereka pakai d layaknya mafia ataupun penjahat yang memiliki pengaruh tinggi di dalam manga maupun anime yang pernah kulihat dulu.
Bukankah ini gawat? Sebenarnya apa yang sedang terjadi disini?.
" Tolong aku... "
Suara minta tolong itu terdengar sekali lagi dari mulut kecilnya itu.
Aku yang sedang memikirkan apa yang terjadi saat ini dibuyarkan oleh suara perempuan yang ada di hadapanku, suara yang begitu lemah dengan diiringi nada ketakutan, aku yang melihat nya dibuatnya bingung, sebenarnya apa yang sedang terjadi?.
" Tu-tunggu, apa yang kau maksud dan siapa mereka berdua yang sedang berlari ke arah sini?. "
" Mereka ingin menculik ku, tolong aku. " Jawabnya singkat.
" A-apa?. "
Ini kasus penculikan rupanya, apa yang harus aku lakukan? Apa aku harus memanggil polisi? Tapi itu sepertinya tidak akan sempat, maka dari itu tidak ada cara lain, aku harus menghadapi mereka berdua, entah aku bisa atau tidak, tapi apa salahnya untuk mencoba..
Aku pun memberi kode agar dia pergi menjauh kebelakang, dan dia pun mengerti lalu dia pergi agak menjauh dari ku.
Dan tanpa aku sadari mereka berdua akhirnya sampai saat aku mengalihkan pandangan ku sebentar. Entah kenapa mereka tidak terlihat kesal saat aku menghalangi aksi penculikan yang akan mereka lakukan saat ini.
Tapi ya... penjahat tidak akan membuat kedok mereka terbongkar dengan begitu mudahnya.
" Minggirlah bocah. " Itulah yang dia katakan setelah sampai di depanku.
Salah satu dari mereka akhirnya membuka mulut, tapi aku sangat terkesan dengan mereka berdua mereka tidak takut sama sekali bahkan sekarang aku bisa saja menghubungi polisi.
Ya... itu adalah hal yang mudah daripada melawan mereka berdua sekaligus, tapi…
Tanpa mendengar ocehan nya akhirnya aku menyiapkan kuda - kuda untuk melawan mereka berdua. Mereka pun melihat ku dengan sedikit terkejut lalu setelah mereka saling bertatap muka satu sama lain, akhirnya mereka berdua juga bersiap untuk menyerang ku.
Tenang saja... ini sangatlah mudah itulah yang aku ucapkan dalam hati.
Ya... hanya sekedar memantapkan diriku yang lemah ini aku berkata seperti itu, takut dan perasaan cemas tidak terelakkan.
Dan juga aku berharap agar aku dapat mengalahkan mereka tanpa terluka namun aku pun terkekeh saat aku mengatakan hal yang begitu bodoh nya.
Itu sangatlah mustahil bagiku, dengan tubuh ku yang seperti ini mana mungkin aku bisa menandingi mereka yang terlihat seperti sudah berpengalaman itu.
Lalu tanpa adanya tanda mereka berdua pun berlari ke arah ku, aku yang menyadari nya membuat hentakan kaki untuk menahan tubuh ku agar pukulan yang aku lancarkan semakin kuat.
Dan orang berambut merah itu memulai pukulan nya terlebih dahulu, aku yang menyadari hal itu hanya bisa menghindari pukulan yang ia arahkan kepada ku, lalu salah satu dari mereka mengambil kesempatan untuk menendang tepat dileher ku, tak tinggal diam aku pun menghindari nya dengan menunduk dan memukul nya tepat di dagu, satu tumbang kata ku dalam hati.
Lalu pemuda berambut merah yang nampak berumur 20 ke atas itu menyiapkan kuda - kuda nya lagi, nampak nya aku merasakan hal yang berbahaya dari nya, postur kuda - kuda nya sangat baik, apakah dia pernah mengikuti seni bela diri atau semacamnya?.
Ngomong - ngomong, aku tidak pernah ikut komunitas atau ekstra bela diri sama sekali, dan itu semua juga tidak masuk akal karena tiba - tiba aku bisa bertarung dengan mereka dan juga saat ini aku tengah mempertaruhkan nyawa ku demi seorang gadis yang akan diculik itu.
Sungguh mengejutkan, ah tapi…
Aku bisa bertarung mungkin karena melihat anime action pada tahun kemarin, ya.. anime itu sangatlah bermanfaat pada saat keadaan seperti ini.
Kalian bisa menirukan apa yang menurut kalian pantas untuk ditiru.
Ah tapi aku mohon untuk menggunakan dengan bijak ya.
Saat aku sedang melamun, tiba - tiba tendangan dari arah kiri mengenai wajah kanan ku dan membuat ku sempoyongan, dan itu rasanya sakit sekali, mungkin wajah bagian kanan ku memerah karena tendangan yang dia lakukan tadi.
Dan juga.. apa - apaan tenaga yang ia miliki itu? Apa aku bisa mengalahkan nya? Dan apakah aku juga harus sedikit serius?.
Ya.. nampaknya aku harus sedikit serius kali ini.
Saat aku melihatnya dia dengan tenang tersenyum kecil kearah ku, dia sepertinya bangga dengan apa yang ia lakukan tadi.
Setelah menerima tendangan milik nya aku pun mundur beberapa langkah dari nya, mungkin dia tahu apa yang akan aku lakukan, akhirnya dia pun ikut mundur beberapa langkah.
Dan setelah sampai nya kami berdua di tempat dan jarak yang kami berdua ingin kan, aku pun mulai menyerangnya terlebih dahulu dengan berlari ke arahnya.
Setelah dia tahu apa yang aku lakukan dia pun berlari ke arah ku juga dengan tangan kanan yang ia kepalkan dan diarahkan nya kepada ku, begitu juga aku, aku pun ikut mengepalkan tangan kanan ku dan aku tujukan ke arah wajah nya.
Lalu kami berdua pun akhirnya saling memukul wajah satu sama lain dengan satu serangan saja, begitu kuat dan keras pukulan yang ia miliki.
Tapi..
Aku juga tidak mau kalah, setelah kami adu pukulan di tengah malam yang dingin ini, orang yang layaknya mafia tersebut itu tersungkur ke tanah dan tak sadarkan diri, apa aku yang terlalu berlebihan ya? Pikirku dengan mengayunkan tangan kanan ku yang terasa sakit itu.
Setelah selesai dengan mereka, akhirnya aku menuju ke tempat perempuan yang tadi meminta tolong kepada ku, dan aku pun menanyai nya tentang apa yang terjadi saat ini.
" Bolehkah aku minta penjelasan mu?, Kenapa kau bisa dikejar oleh mereka berdua?. " Tanyaku untuk memastikan kejadian apa ini sebenarnya.
" Sudah aku bilang.., dia ingin menculik ku-. "
" Apa itu benar?. " Potong ku.
Memang semua kejadian ini terasa sedikit aneh, jika ingin menculik dirinya seharusnya kedua orang ini melakukan hal yang bisa lebih dari ini. Dan aku rasa mereka berdua berkelahi dengan adil tanpa ada senjata yang mereka pegang.
Biasanya jika pencuri itu dalam keadaan terdesak atau tidak menguntungkan mereka akan mengeluarkan kartu AS mereka, misal senjata tajam atau yang paling menakutkan ialah senjata api.
Namun mereka berdua berbeda, jadi. . aku berhak mencurigai perempuan yang ada dihadapan ku ini bukankah begitu?.
Setelah aku memberi pertanyaan kepadanya dia pun hanya terdiam dengan menundukkan kepalanya, jadi pemikiran ku selama ini memang benar, ada sesuatu dibalik ini semua.
" Baiklah jika kau tidak menjawab nya tidak apa - apa, disini ada polisi yang berpatroli rutin setahuku, mungkin mereka akan menolong orang yang sedang mengejar mu ini " Jelasku sambil menunjuk kedua orang yang sedang pingsan dibelakang.
" Jadi sekarang adalah kesempatan mu untuk lari, pulang lah sebelum terjadi apa - apa aku juga mau pulang. " Lanjutku.
Setelah aku mengambil tas sekolah ku, aku pun beranjak dari tempat itu dan meninggalkan perempuan itu seorang diri.
Memang aku pernah dengar meninggalkan seorang perempuan sendirian itu adalah perbuatan tabu bagi seorang laki - laki tapi sayangnya kau sangat tidak beruntung bertemu dengan ku.
Bisa dikatakan seperti itu.
Mau bagaimana lagi, aku... bukanlah laki - laki yang mempunyai pemikiran seperti itu.
Keesokan harinya aku bangun sama seperti biasanya, jam weker ku menunjukkan angka 06.30 yang artinya aku harus bersiap-siap untuk berangkat ke dalam penja-, tidak.. maksud ku sekolah.
Saat ini aku tengah melihati jam weker berwarna hitam itu dengan malas nya, rambutku aku acak - acak dengan tangan kanan ku lalu aku pun menguap.
" Ah... kepagian ya. "
Itu yang aku katakan, rasa kantuk bisa mengalahkan apa pun itu bahkan semangat sekolah mu bisa sirna seketika karena rasa kantuk itu. Jadi... siapa saja yang belajar dipaksakan sampai malam jangan lakukan itu lagi karena otak kalian butuh istirahat juga, ingat itu.
Percuma menerima ilmu itu sedangkan kau tidak didalam kondisi yang mana memungkinkan untuk menerima semua ilmu itu.
Saat aku merebahkan diriku lagi di kasur empuk milik ku ini, terdengar suara ketukan dari arah pintu kamar ku.
Mungkin itu Shiori pikirku, biarlah... dia adalah adik yang paling peka terhadap kakaknya yang malas ini, jadi dia akan mengerti kalau aku ingin tidur kembali, aku bersyukur kalau dia adalah adik ku.
Lalu sebuah cubitan melayang ke arah pipi ku.
" Aduh-duh-duh… Shiori apa yang kau-. "
" Ini sudah pagi... kita akan terlambat jika tidak cepat lo. "
Saat ini dihadapan ku terdapat seorang perempuan berambut hitam panjang dengan warna mata yang sama dengan warna rambut milik nya, namun kedua warna mata nya lebih cerah sedikit dibandingkan dengan rambutnya.
Dia memakai seragam sekolah SMA Hashigai dengan sebuah pita warna merah tergantung di kerah baju nya.
Aku tidak percaya kalau dia akan datang ke rumahku sepagi ini.
" Kuruna ya... boleh kah aku tidur paling tidak 5 menit lagi?." Keluhku dengan masih menutup mata setelah mengetahui siapa yang sedang berada didekat ku.
Aku pun merebahkan tubuh ku lagi di kasur milik ku ini dan membelakangi Kuruna.
" Tidak boleh Arata - kun, Shiori dan aku sudah susah payah membuatkan mu sarapan, jadi ayo segera turun. "
" Ya - ya... sebentar lagi. "
" Kalau begini. "
Hening? Tiba - tiba kamarku menjadi hening saat Kuruna berhenti berbicara, apa yang terjadi?.
Aku berpikir dengan mata tertutup, apa yang sedang Kuruna lakukan saat ini? Mungkin dia sudah menyerah.. kalau begitu baguslah.
Lalu beberapa detik kemudian aku merasakan sensasi hangat di pipi ku ini, dan juga sedikit lembab namun sangat lembut, dengan rasa penasaran akhirnya aku pun membuka kedua mata ku dan melirik ke arah pipi ku yang merasakan kehangatan itu, dan aku dikejutkan oleh Kuruna.
Yang mana saat ini dia tengah mencium pipi ku.
" Etto… Kuruna... apa yang kau lakukan?. " Tanyaku dengan nada datar.
Dan Kuruna pun melepaskan ciumannya dari pipi ku ini, dan bilang dengan mata kirinya yang ia tutup satu itu dengan pipi yang merona merah.
" Ciuman selamat pagi.. " Jawabnya.
Aku yang mendengar jawaban dari Kuruna hanya bisa menghela napas dan dengan masih terbaring di kasur, aku pun berkata.
" Baiklah - baiklah... aku akan turun, kau menang kali ini. "
Dia hanya tersenyum dengan manisnya setelah ia mendengar perkataan ku, ciuman selamat pagi menurut ku sangatlah menyeramkan.
Tidak.
Itu sangat berbahaya bagiku.
" Kalau begitu kami tunggu di bawah, cepat ganti baju mu dan sarapan ya. "
" Iya - iya... "
Aku hanya bisa menjawabnya dengan malas, seharusnya aku masih tidur jika jam masih menunjukkan pukul saat ini, apakah hidup ku akan berubah jika terus begini?.
Tapi kalau bersama dengannya aku tidak masalah walaupun harus berubah, tapi kenangan pahit itu.. akan terus aku ingat selamanya.
4 tahun yang lalu, meskipun terlalu singkat, tapi hal itu membuat trauma yang begitu mendalam untuk ku.
Lalu saat aku sedang memikirkan kejadian 4 tahun yang lalu, aku pun memegang pipiku yang tadi dicium oleh Kuruna, dan dengan sedikit tersenyum aku mengatakan.
" Ciuman selamat pagi ya... boleh juga. "
Ya... sebenarnya aku cukup senang atas perlakuan nya kepada ku tadi, aku beri 90 poin.
Beberapa hari kemudian telah berlalu statusku sebagai seorang kekasih Kuruna telah diperjelas yang pastinya mereka semua terkejut dengan apa yang dipaparkan oleh Kuruna di depan kelas.
Meskipun tidak perlu berdiri didepan kelas dan mengumumkan nya, kau hanya perlu mencari si tukang gosip dikelas lalu beritahu hubungan kita itu sudah dari cukup.
Tinggal menunggu esok hari, tidak.. tidak perlu menunggu besok hanya istirahat pertama kau akan dihujani beberapa pertanyaan tentang gosip yang beredar itu.
Dan ada beberapa dari mereka yang tidak terkejut dengan pengakuan Kuruna yang bisa dikatakan kalau mereka sudah tahu kejadian waktu ayah Kuruna atau saat Kuruna di rawat kerumah sakit akan berjalan kearah ini.
Ya.. pemikiran yang cukup bagus, akhirnya beberapa bulan pun telah berlalu kali ini musim panas hampir tiba.
Dipertengahan bulan Juli ini kami sedang menikmati keindahan yang bisa disuguhkan oleh yang namanya musim panas bisa dikatakan menikmati panas teriknya matahari.
Dedaunan dari pohon sakura berjatuhan yang saat ini telah berubah menjadi dedaunan hijau yang menghiasi setiap pohon. Musim semi yang ingin aku jalani dengan tenang tidak bisa ku wujudkan karena pertemuan ku dengan Kuruna dan meskipun aku masih ragu tapi hidup ku sedikit demi sedikit mulai berubah.
Hari ini adalah hari Minggu, hari dimana biasanya aku bersantai di rumah dan tidak keluar selama 24jam tapi jika ada keadaan darurat maka mau tidak mau aku harus keluar.
Tapi saat ini aku tengah berada di salah satu bangku taman dan disebelah ku terdapat perempuan yang berstatus sebagai seorang pacar ku.
Ya bisa dibilang kalau kali ini aku sedang kencan dengannya.
" Nanti selama liburan musim panas kita mau kemana Arata - kun?."
Kuruna pun memulai percakapan setelah kami berdiam diri sedikit lama di bangku taman ini, tapi syukurlah kalau Kuruna yang memulai percakapan karena aku benar-benar tak tahu apa yang mau aku bahas.
" Aku mau malas - malasan di rumah dan mungkin berusaha untuk menyelesaikan pr musim panas, tapi kenapa kau menanyakan hal itu?.
Setelah menjawab pertanyaan perempuan berambut hitam ini aku pun di tatap nya, seperti nya dia marah terlihat kedua alisnya mengkerut dengan pipinya yang ia gelembungkan.
" Hei... kenapa kau marah seperti itu?. " Tanyaku.
" Tidak, aku tidak marah, aku pikir kalau kau sudah mulai berubah, tapi ternyata tidak ya. "
Baiklah.. mari kita lihat dari apa yang aku katakan tadi, apakah itu bisa disebut sebagai pencerminan sifat? Aku rasa tidak.
" Merubah kepribadian itu tidak semudah yang kau bayangkan, terdapat beberapa tahap yang harus aku lewati. "
" Ya.. sepertinya aku tidak memikirkan hal itu, maaf ya Arata-kun. "
" Tidak perlu meminta maaf, aku tahu perasaan mu yang ingin cepat-cepat membuat ku menerima kehidupan ini dan menjalani kehidupan normal sama seperti orang lain. "
Dan pada saat yang sama aku melihat beberapa pasangan yang sedang bermesraan disana sini, sepertinya ini spot untuk kencan, aku tidak tahu kalau akan ada banyak pasangan disini.
Karena Kuruna lah yang memilih tempat ini dan aku hanya bisa menuruti nya tanpa ada masalah sedikitpun.
" Aku harap kau bisa bersenang-senang di kencan pertama kita, maaf karena baru hari ini kita berkencan. "
" Mou.. Arata-kun memang tidak peka dalam hal beginian, makanya aku yang berinisiatif untuk memulainya. "
Harga diriku sebagai seorang laki - laki seketika runtuh setelah mendengar keluhan dari Kuruna, ya.. memang aku tidak berguna dalam menjalani hubungan percintaan.
Apalagi ini adalah pertama kalinya aku berkencan dengannya.
Tapi saat aku melihat wajah Kuruna memerah karena mengatakan hal itu dengan malu - malu entah kenapa melihat hal itu aku pun merasa senang meskipun bukan karena aku melakukan sesuatu terhadapnya.
Aku membaca referensi di internet bagaimana cara berkencan bagi pemula, dan dari sekian banyaknya daftar pilihan apa saja yang harus dilakukan hanya ada satu yang aku ingat dengan baik yaitu.
Seorang lelaki harus memimpin jalannya kencan, ya.. itu memang benar aku tidak bisa menyangkalnya dan sayangnya aku tidak memikirkan apa saja yang harus kami berdua lakukan pada saat kencan hari ini.
Jadi.. yang menjadi pertanyaannya sekarang adalah..
Setelah ini apa yang harus aku lakukan? Apa menonton film di bioskop sudah cukup?
Tapi apa genre film yang disukai Kuruna? Seandainya aku mengetahui genre apa yang ia sukai mungkin aku bisa mengatasi hal ini.
Lalu?.
Apa makan di restoran atau cafe lah yang terbaik? Yang menjadi masalahnya adalah apa makanan kesukaan nya?.
Ah sial, aku tidak tahu harus berbuat apa saat ini. Tapi karena aku adalah laki - laki maka aku harus memutuskan hal ini, kalau melakukan kedua - duanya aku takut tidak memiliki uang yang cukup, jika aku tahu kalau akan menonton di bioskop maka hal yang pertama yang harus dilakukan adalah memesan tiket, sialan.. aku tidak memikirkan opsi ini.
" Arata - kun. "
Suara Kuruna pun terdengar oleh ku dan memecah semua apa yang sedang aku pikirkan tadi. Aku pun menoleh kearahnya dan bertanya.
" Maaf Kuruna, ada apa? Apa ada masalah?. "
" Yang bermasalah disini adalah kau. "
Dia mencubit pipiku perlahan, baiklah.. aku pikir juga begitu.. menghiraukan nya tanpa alasan mungkin akan membuatnya khawatir.
Lalu dia pun melanjutkan perkataannya.
"Tidak perlu dipikirkan Arata-kun, kemana pun itu asal bersama mu, itu sudah cukup membuatku senang. "
Sekarang dia tersenyum ke arah ku dan setelah itu aku hanya bisa bersyukur bahwa bisa bertemu dengan Kuruna dan tentunya dia terlalu baik untuk seseorang yang pendiam seperti ku, ya.. mungkin tidak bisa dikatakan sebagai anak pendiam tapi bisa dikatakan aku adalah anak yang aneh dan bermasalah.
Setelah Kuruna mengatakan hal itu aku hanya bisa membalas nya dengan senyuman tipis di wajahku dan berkata.
" Oh.. begitu, baiklah.."
Aku pun beranjak dari bangku taman tersebut dan melangkah beberapa meter darinya dan berhenti membelakangi Kuruna yang tengah kebingungan melihat tingkah laku ku.
Menoleh ke arahnya dan berkata kepada Kuruna.
" Aku tidak tahu apa yang kau sukai, jadi jangan salah kan aku jika kau tidak menyukai nya. "
Setelah berkata seperti itu Kuruna tersenyum ke arah ku lagi dan akhirnya dia pun beranjak dari kursi panjang tersebut dan melangkah mendekati ku, lalu kedua tangannya merangkul tangan kiri ku dengan erat.
" Kalau begitu.. ayo berangkat Arata - kun, kita buat kencan pertama kita agar tidak mudah dilupakan. "
" Aku tidak begitu yakin kalau soal itu, tapi aku akan berusaha. "
Setelah itu kami pun berangkat ke tempat yang telah aku tetap kan sebagai pemberhentian kami berdua, pada saat seperti ini entah kenapa kenangan masa lalu ku itu muncul kembali.
Dan entah kenapa aku dilanda rasa ketakutan yang begitu besar, apa mungkin gara - gara impian ku waktu itu?.
" Ada apa Arata - kun? Apa kau kurang sehat?. " Tanya nya dengan memasang wajah khawatir.
" Tidak, aku baik - baik saja hanya saja aku teringat sebagian kecil masa lalu ku. " Jawabku agar Kuruna tak lagi khawatir.
" Apa itu mantan pacar mu?. "
Baiklah.. aku kira kau sedang bercanda sekarang, mantan? Yang benar saja..
" Baiklah Kuruna mari kita bicarakan hal itu sekarang, kau tahu bagaimana sifat ku bukan?. "
Dia mengangguk sebagai pertanda iya, aku pun melanjutkan.
" Jadi apa kau percaya kalau aku mempunyai seorang pacar jika sifat ku pendiam dan acuh tak acuh pada yang lain?. "
Baiklah aku tidak tahu kalau ada seseorang yang mendapatkan banyak pacar meskipun mempunyai sifat seperti ku, jika ada mohon maafkan aku yang memandang rendah kalian meskipun aku juga ikut terhina.
Lalu terdengar Kuruna sedang berkata " He~ " seperti tidak percaya dengan ku, tapi yang jelas kali ini aku tidak berbohong.
" Kau sangat unik ya Arata-kun. " Tanggapan nya setelah mendengar apa yang aku katakan tadi.
" Tapi aku suka dengan sifat pendiam mu saat disekolah, karena saat kau seperti itu aku merasa tidak ada yang bisa membuat mereka jatuh cinta kepada mu." Lanjutnya dengan perasaan lega nya.
Heh~, jadi seperti itu ya.
" Apa itu sebuah pujian atau hanya ejekan semata?. "
" Entahlah, coba kau cari tahu sendiri jawabannya, kau kan sedikit pintar. "
Entah kenapa perkataan nya terasa sedikit membuat ku kesal, tapi ya tidak apa - apa.
Untuk kali ini saja aku maafkan, karena saat ini aku ingin bersamanya seperti ini.
***
*Ceklek*
Suara pintu berwarna cokelat kayu itu terbuka dan memperlihatkan semua isi nya yang ada didalam ruangan tersebut.
Tembok yang berwarna putih bersih, lalu sebuah cermin panjang dari ujung tembok ke ujung yang lainnya, lalu terdapat dua sofa panjang disertai meja berwarna hitam itu.
Lalu tak lama kemudian seseorang masuk dari pintu ruangan tersebut.
" Terima kasih atas kerja kerasnya. "
Terlihat seorang perempuan berumur 40 an ke atas yang sedang memakai jas hitam dengan rambut berwarna cream cerah begitu juga dengan mata miliknya yang cerah dengan rambutnya yang dia ikat dengan gaya ala kuncir kuda sedang duduk di salah satu sofa tersebut tengah memandangi smartphone yang ia pegang menggunakan tangan kanannya itu.
" Itu sangatlah melelahkan, tapi demi hadiah yang kau janjikan aku akan melakukan nya yang terbaik. "
Setelah ia disambut oleh wanita itu dia pun duduk berhadapan dengannya.
Dia adalah seorang perempuan yang umurnya setara dengan pelajar SMA meskipun dia saat ini tidak memakai seragam sekolah melainkan memakai busana yang modis dengan warna cerah.
Ciri-ciri yang dimilikinya sama dengan wanita yang ada dihadapannya yang menjadi perbedaan nya adalah gaya rambut yang ia uraikan tidak seperti wanita itu yang di kuncir kuda.
" Tidak apa kalau kau begitu bekerja keras dengan apa yang kau inginkan, tapi setidaknya kali ini kau mendatangi acara yang sudah kita bicarakan kemarin, ini masih ada beberapa yang harus diurus. "
Dia berkata seperti itu dengan membolak-balikkan kertas yang sepertinya jadwal yang telah di putuskan hari ini dan sesekali ia menyesuaikan kaca mata yang ia pakai sebagai alat bantu untuk melihat catatan tersebut.
" Hari ini ada berapa jadwal yang harus aku datangi?. " Tanya nya sambil memainkan smartphone miliknya.
" Ada 3, kau sepertinya bisa mengurus hal ini. "
" Aku akan mengambil satu, sisanya serahkan kepada 'dia'."
" Kau ini... padahal kaulah tokoh utama di panggung yang kau buat tapi kenapa kau tidak menyukai nya?. "
" Aku hanya tidak mau saja, ayo kita berangkat dan akhiri ini semua, aku ingin hadiahnya setelah kita menyelesaikan semua jadwal yang ada di kertas yang sedang kau pegang. "
" Baiklah, Aku akan menghubunginya sekarang. "
Lalu.
Di sebuah ruangan apartemen yang kecil, terlihat seseorang sedang tidur di atas kasur nya yang berwarna hijau tua itu dengan lelapnya.
*Drrrt,Drrrt* dari sakunya dia merasakan getaran dari smartphone yang ia miliki dan akhirnya dia pun mengambilnya dan mengangkat telepon dari seseorang dengan nada bicara malasnya itu.
" Ada apa lagi?. "
" *Ah.. maaf, hari ini tolong antarkan anak ku ke tempat yang telah aku kirim kan ke email mu, aku harap kau mengantarkannya tepat waktu.* "
" Apa kau tahu aku sedang sibuk disini?. "
" *Palingan kau sedang minum dirumah mu lalu botol - botol itu masih berserakan di sana - sini, kau bisa menyuruhnya untuk bersih - bersih rumah mu nanti.* "
" Dengar ya... aku tidak perlu omong kosong mu itu lagi, asalkan dapat uang apapun itu akan aku lakukan. "
" *Baiklah jika itu maumu, pokoknya hari ini antarkan anak ku ke tempat yang telah aku kirimkan ke alamat email mu, itu saja, sampai jumpa dan maaf mengganggu acara mu itu.* "
Dan akhirnya telepon dari seseorang itu pun berakhir, tepat setelah ia memberitahukan apa yang harus dilakukan oleh perempuan ini.
" Ah sial.. " Dia berucap sekaligus dengan membuang smartphone milik nya ke kasur.
" Dia seenaknya lagi.., ya apa boleh buat waktu nya bekerja.. " Lanjutnya.
Perempuan dengan memiliki rambut berwarna hitam ini akhirnya berdiri dari duduknya dan pergi ke arah lemari pakaian nya, disana terlihat jas hitam layaknya *bodyguard* itu sedang menggantung, tapi saat ingin menggapai setelan jas itu dia pun berkata.
" Pada akhirnya.., aku masih belum bisa berbuat apa - apa untuknya. "
Dan setelah mengambil jas nya itu, dia pun menutup lemari miliknya dengan sedikit bertenaga membuat suara yang begitu keras setelahnya.
***
Berbuat baik adakalanya tidak bisa memuaskan diri sendiri, terkadang aku selalu memikirkan nya apakah tindakan ku ini benar atau tidak.
Meskipun begitu, aku sama sekali tidak keberatan jika aku tidak dianggap yang telah melakukan suatu kebaikan, tapi jujur.. aku senang bisa membantu seseorang.
Aku pun merapikan rambut ku yang berwarna cream cerah ini dan memastikan bahwa jepit rambut yang aku gunakan untuk menguncir rambut ku telah rapi dan sesekali aku mengecek baju serta rok ku yang berwarna biru laut.
*Tiin*tiin*
Suara klakson mobil berwarna hitam yang berhenti dihadapan ku tanpa aku sadari, aku pun juga sedikit terkejut saat mendengar suara klakson tersebut, namun keterkejutan ku berhenti karena orang yang aku tunggu sedang berada di dalamnya.
Dia melambaikan tangannya kepada ku dan tersenyum sambil berkata.
" Maaf - maaf, apakah aku terlambat?. " Katanya dengan senyuman pahitnya.
" Sedikit. " Aku pun menjawabnya dengan senyuman yang ku ukir wajah ku ini.
" Wah... kau tetap jujur ya, aku sedikit merasa bersalah jika seperti ini terus. "
" Jujur lebih baik dari pada tidak, jika kau tak ingin merasa bersalah lagi kau harus bisa merubah sikap mu itu. "
" Baik - baik.., hari ini aku tidak mau mendengarkan idealisme mu itu lagi, ayo kita berangkat, sebentar lagi acaranya akan dimulai. "
" Ya... kau benar. "
Wanita yang ada didalam mobil itu pun turun dan membukakan pintu mobil untukku.
Aku pun masuk dan duduk dengan menyandarkan tubuh ku ke tempat duduk mobil yang empuk itu dan menghela napas lega.
Tak perlu berlama-lama wanita itu pun duduk kembali ke kursi pengemudi dan kami pun berangkat menuju tempat yang akan kami tuju.
Aku melihat ke luar kaca mobil dan melihat apa yang ada diluar tanpa adanya percakapan diantara kami berdua, namun pada saat aku tengah mengamati pemandangan di luar akhirnya dia pun berkata.
" Nee.. "
" Iya?. " Jawabku singkat dengan maksud bertanya apa yang ingin ia bicarakan.
" Bolehkah setelah acara ini selesai kita bisa makan makanan di tempat biasanya?. "
Aku kira ada apa, jangan - jangan dia tidak sarapan lagi?.
" Apa jangan - jangan kau tidak sarapan lagi?. "
" Ya begitulah.. aku tadi terburu - buru dan akhirnya aku tidak sempat sarapan, hahaha.. "
" Sudah aku bilang bukan? Kesehatan mu itu lebih penting dari pada pekerjaan ku, kalau kau nanti sakit siapa yang akan kesusahan coba?. "
" Hahahaha.. kau baik sama seperti biasanya ya. " Ucapnya dengan mengelus rambut belakang kepalanya.
" Sebelum kau melanjutkan amarah mu itu, bolehkah aku bertanya sesuatu?. " Lanjut nya dengan sedikit nada serius seakan-akan tawa lepasnya tadi tidak terjadi sama sekali.
Bertanya sesuatu? Jadi tadi bukan topik yang ingin dibahas ya? Dari nada bicaranya nampaknya dia sedikit serius.
" Kenapa kau menerima nya?. "
Aku sedikit terkejut dengan apa yang ia tanyakan sekarang, dari mana dia tahu? Atau jangan-jangan dia diberitahu 'olehnya'?.
Sepertinya aku tidak perlu berbohong untuk hal ini, ya.. aku akan berkata jujur.
" Sudah ketahuan ya... tadi pagi ibu bilang kepada ku, dia akan memberikan ku sebuah hadiah setelah mengerjakan pekerjaan yang diberikan dari nya hari ini. "
" Hanya itu?. " Tanya nya untuk memastikan kebenaran dari jawabanku.
" Ya hanya itu, tapi bukankah kau sudah tahu? Dari dulu hingga sekarang aku tidak pernah mengharapkan hadiah balasan dari nya, apapun itu akan aku kerjakan asalkan dia senang atas kerja keras ku, bagiku itu sudah cukup. "
Setelah menjawab pertanyaannya dia sepertinya sedang memikirkan sesuatu tapi dia nampaknya sedang menahannya.
Aku tidak tahu apakah ini benar atau tidak, tapi sepertinya aku menginginkan hadiah ini meskipun aku tidak tahu apa hadiah yang ingin 'beliau' berikan kepadaku.
Tapi apapun hadiah yang akan ia berikan nanti, akan aku terima dengan senang hati.
***
~~ Sudut Pandang Arata ~~
--Wuaah…, kenapa bisa seramai ini? Aku pikir akhir pekan biasanya tempat ini sepi sama seperti toko yang ada disekitar nya?.
Tapi nampaknya toko ini mulai terkenal jadi saat melihat kerumunan orang seperti ini di akhir pekan tidak perlu terkejut lagi, aku akan memberitahu Shiori tentang ini.
Tapi yang menjadi masalahnya adalah tempat ini adalah tempat yang seharusnya aku dan Kuruna menghabiskan waktu bersama, sepertinya aku tidak beruntung hari ini.
Apa perlu mengganti tempat tujuan? Kalau begitu aku akan berkonsultasi dengan Kuruna tempat apa yang seharusnya kita kunjungi kali ini.
" Kuruna seperti nya kita harus--, eh?, Kuruna.. kau ada dimana?. "
Tidak ku sangka dia akan menghilang disaat seperti ini.
Aku pun menoleh kebelakang dan tidak ada tanda kehadiran dia sama sekali, lalu? Dimana dia sekarang?.
Tidak mungkin dia tersesat karena aku yakin Kuruna tadi berada disampingku sampai ketempat ini.
" Arata - kun. "
Suara dari arah belakang ku membuat ku sedikit terkejut dan aku akhirnya menoleh kebelakang dan mendapati sosok yang dari tadi aku cari, aku pun hanya menghela napas dan berkata.
" Dari mana saja kau itu? Kau tahu? Kau membuat ku khawatir. "
" Hehehe... maafkan aku Arata - kun, oh iya ada hal yang ingin aku tanyakan kepada mu. "
Seharusnya aku yang bertanya saat ini, tapi sepertinya aku tidak perlu memastikan kemana tadi dia pergi.
" Apa itu?. "
" Kau kenal dengan pemilik toko roti yang ada di depan mu itu kan?. " Berkata dengan menunjuk toko roti yang sedang di kerumuni banyak orang.
" Ya... karena itu aku mengajak mu kesana, dan disana kemungkinan besar kita bisa mendapatkan diskon untuk makan makanan enak. Tunggu dari mana kau bisa tahu kalau aku kenal dengan pemilik toko roti itu?. "
" Heh.. begitu ya.. "
Are? Sepertinya aku merasakan hawa pembunuh di sekitar Kuruna, mungkin aku salah sangka.
Tetapi.. entah kenapa aku melihat aura gelap dari balik punggung Kuruna, aku pun mengalihkan pandangan ku dan mulai mencari dimana letak kesalahan ku saat ini, dan pada akhirnya aku tidak menemukan jawabannya.
Sungguh, perempuan itu sulit dimengerti.
" Kuruna.., apa aku membuat sebuah kesalahan?. "
Dan pada akhirnya aku malah bertanya kepadanya.
" Entahlah.. "
*GLARE* Aura hitam itu semakin gelap setelah aku bertanya, dia pasti marah.
Ya.. tidak salah lagi lalu jika aku memang salah dimana letak kesalahanku? Bukankah dia bilang *kemana pun itu asal bersama ku, sudah cukup membuat nya senang*- kan? Lalu apa ini?.
" Ayo ikut aku.. "
Dia pun menarik ku menuju ke arah toko roti tersebut dan pada akhirnya aku masih memikirkan dimana letak kesalahan yang telah ku perbuat sejauh ini.
Namun tidak ada yang bisa aku pikirkan, lalu dimana letak kesalahan ku?.
Aku hanya bisa diam saat Kuruna menarik ku kedalam melewati kerumunan orang-orang yang sedang ada disana, tapi Kuruna sungguh hebat dia bisa melewati mereka semua dalam satu terobosan.
Kalau begini jadinya kita berdua bisa makan makanan yang di diskon oleh pemilik toko roti ini.
Tunggu dulu, pertanyaan ku tadi belum dijawab Kuruna.
Dan saat aku duduk di salah satu meja yang disediakan oleh toko ini aku hanya bisa diam dan tak melakukan apapun.
" Bisa jelaskan?. " Tanyaku kepada Kuruna yang ada dihadapan ku.
Aku pun mulai bertanya saat melihat beberapa kamera terpasang dan menyoroti kursi yang sedang kami duduki saat ini.
" Etto... Syuting iklan.. " Jawabnya dengan wajah yang dihiasi oleh senyuman manisnya.
" Baiklah ayo kita pergi dari sini.. "
" Eh~ kenapa? Bukankah ini bagus?. "
Bagus dari mana? Ini namanya bunuh diri bagiku.
Aku tidak ingin hal merepotkan terjadi besok atau lusa, karena saat iklan ini ditayangkan maka mau tidak mau aku dan Kuruna akan jadi pusat perhatian.
Kuruna.. seharusnya kau perlu bertanya kepadaku jika ingin melakukan sesuatu.
Aku pun hanya bisa menghela napas panjang dan melihat sekeliling, dari apa yang aku bisa simpulkan bahwa kami berdua sepertinya akan jadi tokoh pembantu di dalam syuting iklan ini.
Dan melihat kerumunan yang ada diluar sepertinya akan ada artis terkenal yang akan datang ketempat ini.
" Kuruna.. aku mau bertanya satu hal, apa yang paman itu tawarkan sebagai hadiahnya?. "
" Paman pemilik toko ini berkata setelah selesai syuting, kita bisa makan gratis disini. "
Gratis ya..
" Baiklah ayo lakukan yang terbaik Kuruna… "
" Eh!? Kenapa tiba-tiba?. "
Jika aku menjawab pertanyaan Kuruna kemungkinan besarnya dia akan mengeluarkan aura gelapnya lagi dan itu sungguh merepotkan, jadi aku tidak akan menjawabnya.
Dan sekarang aku harus mencari alasan untuk menjawab pertanyaannya.
Baiklah.. apa yang harus aku katakan kepadanya?.
" Arata - kun.. "
" Ya? Ada apa Kuruna?. " Jawabku dengan hati - hati.
" Kau aneh Arata - kun, apa ada masalah?. "
Baiklah dia sudah menganggap ku aneh sekarang.
Mau tidak mau aku akan menggunakan alasan ini.
" Tidak - tidak, aku hanya kepikiran tentang masa lalu ku, itu saja... "
Kepekaan miliknya itu sangatlah menakutkan dan terkadang itu membuatku kerepotan, tapi sepertinya kepekaan itu telah tumbuh saat Kuruna tidak menyadari hal itu
" Begitu ya... apa itu 'Mantan'?. " Tanya nya dengan senyuman di wajahnya.
Baiklah saat ini kau menakutkan Kuruna, bisakah kau bertanya tanpa menunjukkan senyum manis mu itu?.
Entah kenapa senyuman itu memiliki maksud berbeda dari yang aku pikirkan.
Baiklah.. anggap saja ini yang terakhir kalinya aku jelaskan kepadanya.
" Tentu saja tidak Kuruna… dan juga kenapa saat aku mengatakan masa lalu kau selalu kaitkan dengan kata mantan, biar aku katakan sekali lagi aku tidak mempunyai seorang mantan, kau adalah pacar ku yang pertama dan yang terakhir aku harap kau mengingatnya."
Aku mengatakan hal memalukan di depan banyak orang, kehidupan ku telah benar-benar hancur saat ini.
Motto ku.. aku minta maaf.
Membiarkan Kuruna dalam kesalahpahaman bisa merepotkan bagiku, jadi aku harus meluruskan kesalahpahaman nya.
" Ya... sejujurnya aku senang saat kau mengatakan kalau aku adalah yang pertama dan yang terakhir untuk mu. " Katanya dengan malu - malu.
" Tapi jika kita membicarakan tentang masa lalu.. mungkin yang kita ingat hanyalah kenangan pahit saja kan?. " Lanjutnya dengan senyum pahitnya.
Aku pun tersadar.
Dan pada saat itu aku hanya bisa terdiam setelah Kuruna bilang seperti itu.
Yang dikatakan Kuruna hampir benar, terkadang saat kita mengenang masa lalu yang di pikirkan hanyalah kenangan pahit serta perbuatan yang tidak bisa dikembalikan lagi.
Bisa dikatakan itu kenangan buruk, maaf Kuruna sepertinya aku salah menilai mu.
Aku akan mencoba untuk lebih memahami mulai sekarang.
" Baiklah…, akulah yang salah disini, maaf. " Kataku tanpa rasa bersalah sedikitpun.
Mempersalahkan dan memunculkan rasa bersalah disini tidak ada gunanya jadi aku akan tetap menjadi diriku sendiri.
" Baguslah jika kau sudah tahu letak kesalahanmu itu. " Katanya dengan mengangguk puas.
" Kalau begitu.. sehabis dari sini kau mau pergi ke taman hiburan? Jika masih ada waktu. "
" Ya.. jika Arata-kun memaksa aku mau.. " dengan wajah malu - malu nya itu kali ini dia menjawabnya.
Apa ini? Perubahan ke karakter *Tsundere*?.
Ya.. meskipun begitu ini tidak terlalu buruk.
Lalu setelah beberapa menit kami menunggu, muncullah seorang laki - laki yang berumuran 40 dengan menggunakan celemek putih dan di dalamnya dia memakai sebuah kemeja putih bergaris mendatangi kami berdua dengan membawa 2 kue yang masing-masing diatasnya terdapat satu buah stroberi.
Saat dia menyadari keberadaan ku, dia pun tersenyum dengan wajah bahagia nya itu.
" Nak Arata.. maafkan aku ya jika tiba - tiba kau mendadak ikut seperti ini, aku dapat telepon dari pemeran yang seharusnya disini mereka sepertinya mendapatkan masalah, jadi akhirnya kalianlah yang menggantikan nya. " Katanya dengan menggaruk belakang kepalanya.
" Tidak apa paman.. lagi pula tujuan ku kemari hanya untuk makan gratis. " Jelasku.
" O-oh.. begitu ya.. "
" Arata - kun.., kau tidak boleh seperti itu.. "
Bukankah itu tujuan kita berdua untuk bisa memakan makanan gratis disini?.
" Oh.. kau teman perempuan Arata yang baik ya.. "
" Kau bicara apa paman?. "
" Eh? Apa ada yang salah saat aku mengatakannya?. "
Aku pun menyilang kan kedua tangan ku dan disaat bersamaan aku menyandarkan tubuh ku di kursi dan menjelaskan kepadanya.
" Dia bukanlah teman ku.. "
" Bukan teman mu?. "
Terlihat wajah paman ini kebingungan dengan apa yang aku katakan, tapi memang benar dia bukanlah teman ku, soalnya dia adalah..
" Dia adalah pacar ku. "
Paman terdiam beberapa detik untuk mencerna apa yang aku katakan dan akhirnya..
" Hiks, begitu ya.. "
Dia menangis.
Saat ini paman yang ada di samping ku tengah menangis, aku dibuat nya terkejut oleh apa yang ia lakukan saat ini, begitu juga dengan Kuruna.
Sepertinya Kuruna panik saat mengetahui bahwa sekarang paman itu menangis.
Ya.. itu juga bukan salahku membuat dia menangis.
" Hei.. tidak perlu menangis bukan?. "
" Habisnya... aku sangat senang... Nak Arata... kau sekarang sudah bisa menerima mereka, sudah dua tahun kau dan adik mu menjadi pelanggan ku, jadi.. kau sudah aku anggap keponakan ku sendiri, mendengar berita ini siapa coba yang tidak bahagia, Arata yang dulu telah menutup hati nya dari dunia ini akhirnya bisa menerima dunia ini kembali.. "
" Sudah cukup.. "
Aku melihat Kuruna yang saat ini sedang kebingungan dengan apa yang tengah kami bicarakan berdua disini, tapi demi mencegah agar Kuruna tidak mengetahui masa lalu ku, aku saat ini sedang mencoba untuk tidak membuat paman ini membicarakan tentang masa lalu ku, aku harus berhati - hati dalam berbicara sekarang.
" Dan paman... bisa jelaskan peran kami berdua disini sebagai apa?. "
Aku pun bertanya untuk merubah topik pembicaraan nya dan seketika paman tersadar apa yang harus ia lakukan dan dia berkata.
" Oh... kalau itu biar pak sutradara yang menentukan, tadi dia bilang kalau dia sedang mencari sepasang kekasih yang mau menjadi peran sampingan di dalam iklan nya, lalu pacar mu datang dan mengajukan diri. "
" Oh... begitu ya. "
Aku yang telah mendengar penjelasan dari paman ini langsung menatap Kuruna, namun Kuruna mengalihkan pandangannya ke arah lain.
Tapi ya biarlah..
Yang menjadi pertanyaan ku sekarang adalah bagaimana Kuruna bisa menemui paman? Bukankah pandangan ku tadi ada pada toko roti ini?.
Lalu saat aku sedang memikirkan bagaimana cara Kuruna bisa menemui paman pemilik toko roti ini, tiba - tiba segerombolan pengunjung yang tadi datang sebelum kami menjerit dengan histeris.
Aku kira terjadi sesuatu tapi ternyata tidak, saat pintu toko ini terbuka aku melihat seseorang yang tidak asing lagi bagiku.
Aku merasa kami berdua telah bertemu di suatu tempat, aku hanya bisa memandangi nya dari kejauhan.
Lalu disaat itu juga perempuan yang berambut cream itu melihat ku dengan sedikit terkejut, tapi keterkejutan nya berubah menjadi senyuman.
Bukankah dia..
" Dia perempuan yang waktu itu. "
Tanpa aku sadari aku telah membuka mulutku dan berkata seperti itu.
Gawat.
" Heh? Tadi kau bilang apa Arata - kun?. "
" Ah.. aku tidak bilang apa - apa. " Dan disaat bersamaan aku memutar pandangan ku dari nya ke arah Kuruna yang ada di depan ku.
Memang pertemuan ini terlalu mendadak, jadi dari sini aku bisa mengetahui sesuatu bahwa, pada malam itu tidak ada namanya kasus percobaan penculikan, apalagi 2 orang *bodyguard* waktu itu, mereka sama sekali tidak mencurigakan, yang mencurigakan waktu itu adalah dia.
Karena dia adalah idol atau bisa disebut sebagai artis, aku pernah melihatnya di papan periklanan maupun bus yang ada dijalanan.
Dan pada saat itu aku merasa bahwa aku pernah melihatnya entah dimana dan akhirnya aku mengingat nya setelah aku dan dia bertemu sekarang.
Kalau tidak salah namanya…
Aku lupa siapa tapi mungkin Kuruna tahu.
" Kuruna... apa kau tahu siapa nama artis itu?. " Tanyaku dengan meminum kopi yang dibawakan oleh paman tadi.
" Eh? Kau tidak tahu dia Arata-kun? Padahal dia sering muncul di serial drama pagi hari dan terkadang muncul di iklan TV katanya. "
Kuruna.. barusan kau bilang katanya kan? Itu.. apa mungkin kau juga tidak terlalu mengenal artis itu?.
Mungkin lebih baik tetap mendengar penjelasan Kuruna sekarang.
" Aku tidak menanyakan apa pekerjaan nya, aku butuh namanya. "
" Jiit~. "
Dia menatap ku dengan wajah rumit.
Apa aku berbuat salah lagi? Aku benar - benar tidak tahu jalan pikiran seorang perempuan itu seperti apa.
Saat ini Kuruna sedang melihati ku dengan pandangan yang tajam, terus dan terus hingga beberapa detik berlalu dia pun berkata.
" Selingkuh?. "
" Maaf Kuruna, kau bilang apa tadi?. " Tanyaku untuk memastikan.
" Ku bilang… apa kau mencoba selingkuh dari ku?. "
Aku hanya bisa menghela napas saat Kuruna berkata seperti itu, selingkuh?.
Sayang sekali selama kita berpacaran aku tidak pernah memikirkan yang namanya selingkuh dari mu.
Tetapi menghubungkan pertanyaan ku dengan jawaban milik mu itu sungguh sama sekali tidak benar.
Semua orang tahu bahkan diriku sendiri sudah tahu.
Mana mungkin seorang pemuda biasa yang tidak tertarik dengan kehidupan orang lain bisa berpacaran dengan seorang artis sepertinya?.
Dia terlalu bersinar jika dipandang dengan sudut pandang ku, dia bagaikan matahari yang menyinari dunia.
Memiliki hubungan dengan seorang seperti dirinya bisa dikatakan mustahil bagiku.
" Kuruna... setidaknya kau tahu kan.. aku hanya akan menjadi tokoh utama di kehidupan mu seorang dan aku juga tidak mau selain dirimu, satu saja sudah cukup bagiku. "
Benar, itulah yang aku inginkan..
Memiliki dua atau bahkan lebih dari itu bisa membuatku kerepotan.
Dan juga masalah akan bertambah jika aku memulai hubungan dengan orang lain.
Itu sungguh merepotkan.
" Oh.. begitu, karena kata - kata mu tidak meyakinkan mulai besok tidak ada ciuman selamat pagi lagi. " Katanya dengan mengalihkan pandangannya.
Ini.. bahaya..
Akan aku jelaskan apa itu ciuman selamat pagi bagi diriku.
Ciuman itu mulai terjadi pada saat kami mulai berpacaran lebih tepatnya pada keesokan harinya setelah acara makan malam dengan keluarga Kuruna.
Setelah itu aku meminta untuk Kuruna melakukannya setiap hari jika itu tidak merepotkan dirinya, dan akhirnya sampai saat ini dia tidak pernah mengeluh sedikitpun tentang ciuman selamat pagi.
Dan pada akhirnya hal itu menjadi penyemangat diriku untuk pergi sekolah.
Hal sepenting itu direnggut dari ku.. bisa menjadi masalah.
Mungkin? Aku juga tidak tahu akan menjadi masalah atau tidak, tapi yang jelas aku tidak akan membiarkan hal itu terjadi.
Dan kesimpulannya.. aku tidak mau.
" Kuruna, bisa kau pertimbangkan lagi?. " Tanyaku dengan nada membujuk sedikit.
" Aku merasa jika kau tidak melakukan hal itu, aku… akan mati. " Lanjut ku dengan nada datar.
" A-arata - kun.. bukankah itu gawat?. "
Baiklah.. ternyata pacarku ini mudah dibohongi, aku tidak bisa senang atau pun bahagia.. tapi jika dia mudah dibohongi seperti ini..
Bukankah ini lebih gawat dari pada ciuman selamat pagi?.
" Ya.. itu gawat. " Kataku dengan mengangguk dua kali.
" Awawawa… kalau begitu.. aku akan datang setiap hari Arata-kun. " Katanya dengan wajah panik.
Sepertinya.. memiliki sifat seperti itu.. tidak masalah, dia.. sangat imut.
Aku ingin melindungi nya..
" Yosh-yosh.. "
Aku pun mengelus kepalanya sebagai tanda akhir percakapan ini dan dengan wajah bahagianya dia tersenyum dengan manisnya.
Bila dipikir-pikir lagi..
Aku.. bukan penjahat kan?.