Zhou Cheng Cheng tersentak mendengar pernyatan itu. Tangannya yang sedang mengulurkan roti itu, pelan-pelan di tariknya kembali, dan meletakkan roti itu di tempatnya. Ia tertunduk sambil menahan perasaan yang berkecamuk dalam hatinya tak menentu. Di cabutnya sebatang rumput liar yang ada di depannya.
"Ayah ku seorang pemabuk!" ujar Zhou Cheng Cheng mengalihkan pembicaraan.
"Aku tidak menanyakan ayah mu!" kata Zhang Han kesal.
"Bukan aku menceritakan ayah ku, ia sering ke tempat ini kalau malam hari." ujar Zhou Cheng Cheng sambil melonjorkan kakinya.
"Lantas apa hubungannya dengan ayah mu?" tanya Zhang Han.
"Yah, aku ingin malam hari ke tempat ini, tapi sayang tak ada orang yang mau menemani ku!" kata Zhou Cheng Cheng menjelaskan.
Di pandanginya wajah Zhang Han dengan sorot mata manja menantang. Lalu dengan nada sendu ia bertanya, "Apakah kau masih bersedia memeluk ku?"
Zhang Han hanya menggeser duduknya hingga lebih dekat dengan Zhou Cheng Cheng, lalu memeluknya mesra sekali. Seketika itu juga ia lupa bahwa ia harus mengawini Hu Bi Qing.
Sinar matahari pagi terasa lembut dan hangat menyelusup ke dalam kamar hotel. Mereka tidak pulang semalaman, dan memilih motel ini sebagai tempat untuk tinggalnya. Zhou Cheng Cheng muncul dari kamar mandi, tubuhnya kurus langsing, seperti seorang gadis yang menjelang dewasa, sementara Zhang Han masih sering terbaring di tempat tidur.
"Kau ku rasa begitu aneh." katanya. "Entah ilmu apa yang kau miliki, sehingga begitu mudah menguasai diri ku. Sebenarnya aku ingin main-main dengan mu tapi kau telah mempermainkan ku. Yah kau memang telah menang dalam permainan ini." ujar pemuda itu.
Zhou Cheng Cheng kemudian mendekatinya, sambil membelai-belai dagunya dan berkata, "Aku telah menang? Apa maksud mu?" tana gadis ini tidak mengerti.
"Kau telah mendapatkan jiwa seorang pria, memenangkan kemampuan berpikir, dan dengan mudah sekali kau mempermainkannya di atas telapak tangan mu!" kata Zhang Han.
Zhou Cheng Cheng pun menjatuhkan tangannya, dan memandang keluar, ke arah ombak yang berdebur-debur.
"Betul kau akan menikah?" tanya Zhou Cheng Cheng kemudian.
"Ya!" jawab pemuda ini pendek saja.
"Dengan gadis yang pernah ku lihat itu?" tanya Zhou Cheng Cheng lagi.
"Betul! Tiga tahun sudah hubungan ku dengannya, dan dia tak pernah berpaling pada pemuda lain." jelas Zhang Han.
Nada keras Zhang Han membuat gadis ini tertegun. Bahunya terasa agak bergetar ia mengalihkan pandangannya dari laut ke wajah pemuda itu.
"Apakah kau mencintai ku? Aku pernah mempunyai perasaan itu. Cinta begitu menggelegar, seolah-olah ingin menelan diri ku bulat-bulat, datang dan perginya begitu cepat. Setelah jemu ia mulai mengkritik aku mengatakan aku sinting… bahwa manusia seperti aku ini tidak boleh hidup di atas dunia ini… akhirnya…" Zhou Cheng Cheng tidak meneruskan kalimatnya.
Lama sekali mereka saling berpandangan, dan keudian gadis ini berkata, "Akhirnya ia mengatakan kalau aku ini adalah bibit penyakit, dan yang ketularan semua akan mengalami kesialan. Aku pernah tiga kali jatuh cinta, semuanya berakhir serupa." keluh gadis ini.
"Aku cinta kau… aku harap kau jangan takut, aku tak akan meninggalkan mu… percayalah!" bisik Zhang Han.
***
Rasanya janggal sekali melihat seorang pemuda yang berjalan mondar-mandir di sebuah toko besar. Seperti kali ini Han Shan Yan berjalan sendirian untuk melihat-lihat sesuatu barang yang akan di belinya. Ketik sedang asyik melihat-lihat, tiba-tiba ada seorang wanita mendekatinya. Tidak salah lagi, orang ini adalah Ling Long.
"Sendiri?" sapa wanita ini. Memakai celana jeans dan kaos berlengan panjang di gulung, nampaknya Ling Long lebih muda dari usianya yang sebenarnya.
"Mau beli kado buat pacar, yah?" tanya Ling Long lagi.
"Aku ingin menghadiahkan sesuatu pada dua orang tua ku yang akan merayakan hari perkawinannya." sahut pemuda ini sambil tersenyum.
"Yang ke berapa?" tanya wanita ini lagi.
"Empat puluh!" jawab pemuda itu.
"Ada yang bisa ku bantu?" tanya wanita ini lagi.
"Tentu saja, kau kan seorang wanita tentu dapat memilih yang terbaik untuk mereka berdua…" jawab pemuda itu.
Selesai memilih barang yang di cari, kemudian Ling Long mengajak Han Shan Yan untuk minum. Mereka berdua masuk ke sebuah cafeteria dekat tempat mereka berbelanja. Begitu makanan di hidangkan, Ling Long langsung melahap beberapa potong kue. Melihat Ling Long banyak makan makanan yang mengandung gula, Han Shan Yan pun berkata sambil bergurau, "Hati-hati, kau tambah gemuk!"
"Oh… itu sih… kuno. Aku telah hampir tujuh tahun tinggal di Eropa dan sudah terbiasa dengan makanan-makanan seperti ini. Aku yakin jika aku sudah memasuki setengah umur nanti, pasti tubuh ku akan gemuk!" ujar wanita ini sambil tertawa.
"Senang kau tinggal di sana?" tanya Han Shan Yan.
"Yah… gimana yah? Kalau aku menderita mana ada orang yang mau membantu ku? Ya… kan?" kata Ling Long.
Sudah berapa tahun Han Shan Yan mengenal Ling Long, tapi wanita ini tak menunjukkan rasa penderitaannya. Han Shan Yan kaget ketika Ling Long akhirnya mengungkapkan hal itu.
"Apakah aku dapat membantu meringankan penderitaan mu?" tanya pemuda ini serius.
Ling Long pun tersenyum kecut sambil terus melalap kue di hadapannya.
"Selama ini kepahitan hidup ku sembunyikan rapat-rapat, hingga tak satu orang pun tahu. Aku pernah menikah!" ujar Ling Long santai.
Tentu saja Han Shan Yan kaget bukan main mendengarnya. Ia sama sekali tidak menyangka kalau Ling Long pernah menikah.
"Aku juga pernah melahirkan. Tapi anak ku hanya hidup sepuluh hari dan meninggal." ujar Ling Long dengan nada kosong dan datar, seolah-olah ia sedang berbicara tentang kehidupan orang lain.
"Setelah aku melahirkan dan anak ku meninggal, kemudian kami pun bercerai. Waktu itu memang tidak ada lagi persamaan pada kami. Tadinya kami bertahan sampai mempunyai anak, mungkin dapat bersatu kembali. Tapi anak yang kami dambakan itu ternyata meninggal… kemudian ia pun menceraikan aku dan memberi uang kerugian untuk ku. Nah, dengan uang itu lalu aku pulang ke sini, membeli rumah yang sekarang ku tempati dan hidup berfoya-foya…" ujar Ling Long sambil tertawa kecut.
Han Shan Yan rasanya ingin menghibur wanita kesepian dan malang ini, dan kemudian ia pun berkata, "Apakah pernah terpikir kau akan menikah lagi?"
"Tentu saja. Aku tidak pernah terpengaruh oleh kegagalan itu." jawab Ling Long.
"Apakah ada orang yang dapat meggantikan kedudukan suami mu?" tanya Han Shan Yan.
"Belum… apa kau kira segampang itu membeli kacang goreng?" ujar Ling Long sambil tertawa.
***
To Be Continue…
Terima kasih buat kalian semua yang sudah membaca chapter ini ya. Sampai jumpa di chapter selanjutnya ya~