"hooooooaaaaamm .... "
Suara bangun tidur yang begitu panjang hingga terdengar sampai ruang tamu dengan bentuk kursi kayu berwarna cokelat tua dan sebuah meja berwarna putih berukiran bunga yang sangat indah bersamaan sebuah rumah besar nan mewah dengan 2 lantai, di ujung pintu serba putih dengan ukuran sangat besar
Dinding berwarna putih dan langit-langit rumah dengan gantungan lampu bersinar sangat terang, menerangi hingga ke bagian terkecil ruangan yang besar ini
Pintu-pintu kamar yang begitu banyak tanpa ada yang mengisinya. ruangan dapur dengan peralatan lengkap siap untuk membuat hidangan apapun yang di inginkan
.
Terdengar langkah kaki dari lantai atas dengan sangat pelan menuju ke arah anak tangga untuk menuruni lantai bawah
Aroma wangi dari hidangan yang akan siap di sajikan di meja makan berukuran 1x5 meter dengan rentetan kursi tertata rapi di setiap celah dan sebuah hidangan siap untuk di sajikan diatasnya
Suara ketukan yang berasal dari ruangan memasak terdengar hingga meja makan yang sangat panjang, begitu pula langkah kaki yang mulai berjalan menuju kamar mandi. suasana sepi dengan rumah yang begitu besar membuat suara kecil menjadi lebih terdengar jelas di antara kuping jagat dan jasmine
Jasmine yang sedang menyiapkan sarapan pagi sebelum beraktifitas sangat bahagia dengan peralatan yang sudah ada sebelum ia masuk ke dalam rumah besar tanpa penghuni ini, di sisi lain jagat sedang mandi dan membersihkan tubuhnya dari bau keringat tidurnya. hidangan dengan penuh daging dan sedikit sayur mayur tertata rapi di atas meja makan dan siap untuk si santap mereka berdua
.
.
Waktu makan telah tiba mulut yang masih mengunyah tanpa henti tetap di paksa untuk terus di masuki sebuah makanan hingga giginya tak bisa mengunyah dengan benar
"sedikit demi sedikit, itu rakus namanya, bodoh!!.."
perkataan jasmine sangat pedas saat melihat jagat yang memakan semuanya tanpa berhenti dan terus mengambilnya tanpa henti
Gluk~suara menelan terdengar hingga kuping jasmine yang sedang menyantap buah apel di tangannya sambil melihat jagat yang terus saja makan dan makan tanpa memperdulikan apapun
.
Makan pun akhirnya selesai perut sudah terisi penuh, jagat dengan santai dan mulai mengelus perutnya dengan memutar telapak tangannya di atas perut kekenyangan itu dengan sedikit menghela nafas serasa nafasnya hanya sedikit yang masuk melalui hidung
"jasmine, aku mau pergi ke guild petualang, kamu disini apa akan ikut denganku"
"aku disini dan mau berlatih, jika kamu mau pergi, pergilah...rumah ini terlalu nyaman untuk di tinggal..."
"dasar wanita..."
Percakapan di pagi hari setelah sarapan itu di akhiri dengan langkah kaki jagat yang keluar dari rumah besar dan mewah ini dengan sendiri
Ia masih tidak percaya bahwa hadiah berupa rumah ini terlalu besar untuk mereka berdua tinggal, karena kebiasaan jagat yang hidup di hutan membuat suasana hatinya tidak begitu bersahabat dengan rumah baru dari hasil misi pertamanya
Apa yang di pikirkan jagat adalah hanya mencari neneknya tapi ia malah terjebak di kerajaan ini berpuluh-puluh hari tanpa mengetahui siapa itu praga yang di maksut oleh neneknya. hari demi hari yang di lalui bersama jasmine di rumah barunya hanya berlatih tanpa henti hingga jagat sudah mencapai titik 5 pusat mana yang membuat tubuhnya semakin ringan serasa daun yang terkena angin dan berhembus ke udara..
Sampailah jagat ke kantor guild petualang yang tidak jauh dari rumah barunya ini, seperti biasanya keributan dan keramaian serta canda tawa terdengar dari luar kantor. suara pintu terbuka dengan perlahan dan entah kenapa detak jantung jagat mulai bergema dengan ritme yang sangat cepat, jagat berfikiran negatif karena hari pertama masuk ia sudah dihadapkan dengan keributan
Tapi apa yang di pikiran jagat sangatlah berbeda dengan kenyataannya, saat kaki mulai melangkah semua orang menyambutnya dengan senang hati dan mempersilahkan jagat untuk duduk bersama mereka, jagat menolaknya dengan halus dan beralasan ingin menemui GuildMaster di kantornya
"hahaha santai saja kawan, naiklah. jika sudah selesai dengan GuildMaster, bergabunglah bersama kami hahaha...."
Dengan senyum terpaksa dan mengangguk jagat bergegas ke arah meja resepsionis yang sedang tersenyum sembari menyangga wajahnya melihat suasana canda tawa para petualang
"permisi, apa GuildMaster ada di ruangan?" tanya jagat pada resepsionis guild yang masih tersenyum
"oh..iya...dia masih di kantornya.." jawab sang resepsionis itu dengan masih dalam pose tersenyum kearah para petualang yang sedang bercerita tentang pengalaman mereka melawan monster yang mereka anggap sudah kuat dengan balutan candaan dan tawa teman-teman mereka membuat hiruk pikuk suasana guild petualang menjadi lebih khas
Jagat akhirnya melangkah menuju tangga di sebelah meja resepsionis untuk menuju kantor GuildMaster berada, langkah kaki terdengar sangat halus dan ringan hingga tanpa terasa sudah sampai di depan pintu GuildMaster
"SIAPA DISANA!! APA YANG KAU INGINKAN!!!" GuildMaster berteriak keras dari dalam ruangan hingga terdengar sampai lantai bawah dimana para petualang sedang berkumpul
Kriek~suara khas pintu kayu terdengar halus, saat jagat mulai melangkah masuk tanpa permisi sama sekali, seketika kaget melihat GuildMaster sedang mengarahkan pedang yang sangat besar kearah muka jagat, sepontan jagat pun kaget dan mengarahkan kedua tangannya ke atas
"hah-sialan aku kira...hah lupakan dan maafkan aku?" ucap GuildMaster yang mulai menurunkan pedang besarnya ke lantai
"hei nak...sebenarnya siapa dirimu yang sebenarnya?" GuildMaster bertanya pada jagat yang masih berdiri di depan pintu dengan kedua tangan masih di atas, sebelum membuka mulutnya jagat di persilahkan duduk di kursi tamu dan menyuruh milla untuk membuatkan teh
Jagat melihat gerak gerik GuildMaster sedang menyembunyikan sesuatu di dalam pikirannya, wajahnya terlihat gelisah dan sorot matanya seakan tidak mau melihat jagat yang sedang berhadapan dengannya tapi jagat hanya diam sambil melirik kanan dan kiri ruangan GuildMaster ini
"pak tua, apa kau tau orang bernama praga?" tanya jagat pada orang bernama praga yang sedang duduk di depannya, tapi ia hanya diam membisu seakan tidak mau mendengarnya dan menjawabnya hingga milla yang sedang mengaduk teh mendengar dan terus mengaduk hingga cangkirnya pecah
[suasana macam apa ini, apa praga itu orang yang bermasalah]
Pikiran jagat berubah drastis bersamaan dengan suasana yang sangat kacau ini, GuildMaster mendekati milla yang sedang memberesi sisa pecahan cangkir teh itu, dan milla pura-pura tidak butuh bantuan. Tapi jagat tetap diam menunggu GuildMaster kembali ke sofa dan berhadapan dengannya
GuildMaster dan milla seolah-olah sibuk dengan pekerjaannya masing-masing tanpa menghiraukan jagat yang sedang duduk dan menunggu jawaban dari GuildMaster, jagat tetap diam dan terus mengawasi gerak-gerik kedua orang itu yang sedang sok sibuk...
"kalau begitu, apa kau kenal dengan wanita bernama sar...ambemb emba emmb emb bhuah!!!!!" mulut jagat seketika di tutup oleh kedua tangan GuildMaster yang sedang berkeringat dingin dan gemetar
"sssst, jangan teruskan, dengar baik-baik, jangan sebut nama itu disini, mengerti, dan kalau kau mencari praga, dengar, aku praga, kamu mengerti, pokoknya jangan sebut nama itu, mengerti....!"
Dengan jari tangan ditengah bibir sang GuildMaster yang sedang membisikkan jagat dengan perlahan untuk tidak meneruskan perkataannya dan memperkenalkan namanya dengan pelan-pelan
Jagat yang mendengarnya hanya mengangguk di depan wajah praga sang GuildMaster yang selama ini ia cari-cari
"kenapa kau mencari ku nak?" tanya praga yang sudah duduk kembali di kursinya
"aku hanya di suruh nenek untuk mencari mu dan mengambil sesuatu, tapi aku tidak tahu benda apa yang sudah disiapkan nenek pada ku?" jawaban jagat membuat praga diam dan mulai memikirkan sesuatu, tapi yang di ingat praga hanya meja batu yang setiap harinya untuk menemui tamu dan untuk menaruh teh saja, praga terus berfikir harus menjawab apa kepada jagat yang sudah menunggu jawaban darinya. keringat yang terus menetes dari dahi membuat praga bingung, pada akhirnya mau tidak mau dia harus memberi tahu
"ini..benda yang di titipkan nenekmu itu, ambilah?(?)" sambil menunjuk kearah meja batu yang super mengkilat berwarna biru itu
"hemb, tapi meja ini terlalu berat untukku bawa, apa hanya ini saja....apa tidak ada hal lain yang di tinggalkan nenek...haaaah~nenek-nenek, kenapa harus meja batu"
Apa yang di lihat jagat memang meja berbentuk batu berwarna biru. praga yang mendengar jawaban dan teriakan jagat mulai menjelaskan asal usul batu ini berada di ruangannya dengan sangat jelas (chapter 10)
.
.
.
"jadi begitu yaa...hahahaha"
Jagat yang mendengar penjelasan dari praga mulai mengerti dan menerimanya dengan sangat tulus dan berterimakasih kepada praga yang sudah menjaganya selama ini
Ia pun mulai memeriksa setiap sudut meja batu biru ini dengan sangat teliti, dari bawah hingga atas dan memutari meja batu berulang kali, hingga pada akhirnya jagat sangat penasaran dengan bawahnya, karena rasa penasaran itulah jagat mulai mengangkat meja batu itu dan menemukan sebuah pahatan berbentuk pegangan yang sangat pas untuk jagat genggam
Saat jagat mulai meraih dan menggenggam pahatan berbentuk pegangan itu jari tangan jagat tergores yang menyebabkan menetesnya darah jagat
"AAAAAAARRRRRRGGGGGGGGHHHHHHH!!"