"Kamu kenapa? Daritadi kayanya keliatan gusar gitu" ucap Arya sambil menatap Valerie saat mobilnya berhenti karena lampu merah.
"Gapapa.." jawab Valerie sambil tersenyum kikuk diikuti helaan nafasnya yang entah sudah keberapa kali dia menghela nafas.
"Saya belajar dari Anya, katanya kalau perempuan bilang gapapa itu berarti ada masalah.. jadi, kamu kenapa?" Ucap Arya mengundang kekehan dari Valerie, "berarti Andrea banyak gaul sama anak muda ya.. soalnya dia pernah bilang gitu sama saya, percis banget kata-katanya" bales Valerie, tidak mengindahkan pertanyaan Arya barusan.
"Kamu belum jawab pertanyaan saya Valerie" ujar Arya sembari menginjak pedal gasnya karena lampu lalu lintas kini sudah kembali hijau.
"Kalau kamu gelisah karena hari ini, buang jauh-jauh.. saya udah bilang kan kalau saya bakal terus ada di samping kamu" lanjut Arya lagi. Mengingat saat dirinya menjemput Valeriw dirumahnya pun Valerie sempat bertanya lagi perihal ajakan Arya untuk makan malam di rumah ayahnya.
"Iya.. saya tau, saya percaya sama kamu. Cuman gatau kenapa saya gelisah terus, mungkin karena-"
"Alana? Iya kan?" Tebak Arya. Tak bisa dipungkiri, memang yang menjadi kegelisahan Valerie sejak awal adalah Alana. Katakan Valerie takut dengan Alana, karena Valerie merasa Alana adalah tipikal orang yang akan menyingkirkan siapapun jika menghalangi dirinya. Dan Valerie benar-benar tidak mau mengambil risiko yang dapat merugikan dirinya sendiri. Apalagi membuat masalah dengan sesama perempuan itu sangat melelahkan.
"Val, kita udah pernah bahas soal ini kan?"
"Iya.. saya tau, tapi jujur aja Ya.. saya takut sama adik kamu itu" jujur Valerie.
"Iya, saya tau dia tu emang nekat orangnya.. tapi saya bakal jamin, kamu gaakan disentuh sama dia. Kalau dia berani ganggu kamu.. saya bakal pastiin dia bakal nyesel seumur hidupnya dia"
"Masa iya kamu bakal begitu, dia adik kamu loh Arya.."
"Saya juga udah pernah bilang kan sama kamu Valerie, saya udah muak sama Alana. Jadi dia emang perlu dikasih pelajaran supaya kapok kalau emang berulah lagi"
--
Mobil Arya terparkir dengan sempurna di pekarangan mansion mewah milik ayahnya. Dari sebelum masuk, Valerie sudah mengagumi bangunannya karena memang sudah mencolok dari jauh.
Dan Valerie semakin kagum lagi saat dirinya benar-benar melihat bangunan mansion itu secara jelas, Arya hanya bisa tersenyum melihat Valerie yang sibuk memandang kagum mansion milik ayahnya. "Jadi, kamu berubah pikiran?" Tanya Arya tiba-tiba, sontak Valerie pun langsung menatapnya bingung.
"Berubah pikiran gimana?"
"Iya, kamu setuju orang tua kita nikah. Karena kalau mereka jadi nikah, udah dipastikan kamu bakal disuruh tinggal di rumah ini sama ayah saya" jawab Arya santai tanpa dosa. Ekspresi muka Valerie pun langsung berubah saat mendengar ucapan Arya barusan, "kagum bukan berarti mau kan?" Ujar Valerie dengan nada yang sinis.
Mendengar nada bicaranya berubah, Arya langsung tertawa. Tangannya pun terulur untuk mengusak rambut Valerie yang tentu saja mendapat protes dari si empunya. "Saya bercanda lagi.."
"Ga lucu becandanya, kamutu ngomongnya seakan-akan saya tu cewek yang matrealistis tauga?"
"Iya iya.. saya minta maaf. Sekarang ayo masuk" ajak Arya sambil menarik tangan Valerie, namun oleh Valerie sendiri langsung ditahan. "Kenapa?" Tanya Arya saat dirinya membalikkan badan.
"Di dalem... rame?"
Sejenak Arya melihat ke arah jam tangannya, kemudian menggelengkan kepala sembari menatap Valerie. "Ini masih terlalu siang, jadi masih pada asik sama kegiatannya masing-masing." Jawab Arya kemudian dia kembali menarik tangan Valerie untuk diajaknya masuk.
Dan benar saja, saat keduanya masuk ke dalam. Suasananya benar-benar sepi, seperti tidak ada penghuninya. Valerie sedikit menyayangkan rumah sebesar dan semewah ini tidak dinikmati sedemikian rupa, malahan sudah seperti rumah kosong, tidak ada tanda-tanda kehidupan.
Arya membawa Valerie menuju lantai dua, mereka berdua pun menyusuri sebuah lorong yang kemudian berhenti tepat di depan dua pintu yang saling bersebelahan. Namun Arya membuka pintu yang sebelah kanan, dan kembali mengajak Valerie masuk ke dalam.
"Ini kamar siapa?" Tanya Valerie sambil melihat-lihat ruangan yang luasnya 3 kali kamarnya Valerie.
"Ini kamar saya, tapi itu dulu. Karena sekarang gapernah saya tempatin, kecuali kalau saya mampir ke sini terus buat santai-santai aja" jawab Arya sambil mendudukkan dirinya di sofa.
Jiwa penasarannya Valerie masih mendominasi, sehingga dirinya masih terlalu asik mengitari kamarnya Arya. "Kamu suka sama kamar saya?"
"Ya? Oh.. engga, saya cuman suka liat-liat aja kalo lagi ke tempat baru." Jawab Valerie kemudian dirinya menghampiri Arya lalu duduk di sebelahnya.
"Saya boleh tanya?" Ujar Valerie dan Arya pun menganggukkan kepalanya.
"Kenapa harus kamar?"
"Maksudnya?"
"Iya, kamu kenapa harus ajak saya ke kamar?"
"Kamu lucu ya" jawab Arya sambil terkekeh.
"Lucu apanya?"
"Kamu udah ada beberapa menit di sini, tapi baru nanya pertanyaan itu sekarang" bales Arya.
"Ya gatau.. tiba-tiba kepikiran aja" jawab Valerie sekenanya, dirinya pun mendadak jadi kikuk sendiri.
"Di rumah ini emang punya banyak ruangan. Bahkan ada satu ruangan yang nyaman banget dipake buat ngobrol. Dulu saya suka banget diem disitu karena tenang, tapi.."
"Tapi apa?" Timpal Valerie karena Arya menggantungkan kalimatnya.
"Cuman kamar saya yang paling aman, karena gaakan ada yang berani masuk sini" jawab Arya kemudian dirinya tersenyum simpul.
"Aman? Aman dari siapa? Alana?"
"Kamar Alana di sebelah kamar saya, tapi bukan dia.."
"Terus?"
"Mamanya Anya.."
"Kalau bukan karena Anya, saya sebenernya gaakan pernah mau nginjek kaki di rumah ini. Apalagi saya terlalu muak sama topeng mamanya dia.." sambung Arya lagi.
"Jadi maksud kamu mamanya Anya tu suka nguping?"
"Bisa dibilang begitu, ada beberapa pelayan di rumah ini yang nurut banget sama dia. Jadi kalau misal kaya kita berdua gini ngobrol di ruangan yang lain, pasti mamanya Anya bakalan tau"
"Ohh oke saya ngerti. Kalau gitu, di rumah ini ga bebas dong sebenernya? Kalau apa-apa di pantau terus gampang di aduin kaya gitu"
"Iya.. waktu saya labrak Alana tempo hari pun malamnya saya langsung diomelin sama ayah saya karena berantem lagi sama Alana. Padahal saat itu saya yakin cuman ada saya sama Alana yang lagi adu argumen, tapi ternyata ada orang lain lagi"
Secara tiba-tiba Valerie langsung memutar bola matanya, menatap sekeliling kamar Arya dengan perasaan yang ragu. "Kamu kenapa?" Tanya Arya.
"Ini... di kamar kamu gaada alat penyadap gitu kan? Waktu kamu cerita tadi saya jadi ragu kamar kamu dipasang alat sadap.. kan gaada yang tau juga, apalagi kamu bilang kalo kamu gapernah nempatin kamar ini lagi" jawab Valerie yang sebenarnya terkesan konyol tapi ada benarnya juga. Arya pun jadi terdiam mendengar ucapannya Valerie, dia juga merasa jadi ragu. "Tapi, apa ga berlebihan ya sampe harus pasang alat sadap? Kamu jangan bikin saya takut Val"