Derasnya hujan yang turun di sore hari ini tidak membuat dua sejoli yang tengah bergumul di atas kasur itu terganggu. Dinginnya udara karena hujan justru membuat mereka semakin bergairah melakukan aktivitas nya.
Sejenak mereka melupakan fakta kalau apa yang mereka lakukan saat ini adalah suatu perbuatan yang hina, ditambah lagi dengan status pernikahan yang masih melekat di keduanya.
Melakukan pengkhianatan terhadap janji pernikahan sama sekali tidak mereka pedulikan, yang terpenting keduanya bisa saling memenuhi apa yang mereka butuhkan saat ini.
"Jadi kapan kamu mau bercerai dengan suami mu itu? Kamu tau sendiri aku ga bisa nikahin kamu kalau kamu masih sama dia" ucap pak Heri sambil memeluk erat tubuh polosnya ibu Julia.
"Sabar mas.. aku udah kasih suratnya sama dia, tapi dia terus aja nolak untuk tanda tangan. Padahal aku udah jelas-jelas gugat cerai dia itu karena perlakuan kasarnya."
"Pengacara yang aku tunjuk kemaren, ga bantu sama sekali?"
"Dia banyak bantu aku mas, cuman... kan gamungkin juga kalau pake cara kekerasan. Pokonya mas sabar aja, yang penting rencana kita tetep seperti awal"
Helaan nafas panjang keluar dari mulut pak Heri, membuat ibu Julia mengadahkan kepalanya menatap 'kekasih'nya itu dengan tatapan khawatir. Karena ibu Julia tau jika pak Heri sudah menghela nafas seperti itu ada sedikit kekhawatiran yang dia rasakan.
"Ada apa mas?"
"Aku gatau kalau ternyata anak kamu kenal sama Arya. Bahkan mereka dekat, sangat dekat" ibu Julia kini beranjak dari posisi tidurnya, dirinya menatap pak Heri diikuti dengan kerutan di dahinya.
"Maksud mas Valerie temenan sama Arya? Kalau begitu bukannya bagus ya? Jadi kita ga perlu bukan ngenalin mereka lagi" ujar ibu Julia yang mendapat tanggapan berupa gelengan kepala dari pak Heri.
"Terus?"
"Valerie sama Arya pacaran"
"Hah?! Ko bisa mas?!"
"Kemarin malam aku sengaja ngadain makan malam, Arya datang dan dia membawa Valerie bersamanya. Lalu Arya dengan terang-terangan mengenalkan Valerie sebagai pacarnya" jelas pak Heri dengan nada yang gusar.
"Bukannya mas bilang kalau Arya ga tertarik menjalani hubungan? Kenapa tiba-tiba dia pacaran, dan sama Valerie pula? Lalu kita gimana mas?"
"Yang aku tau memang begitu, tapi kamu tau sendiri hubungan aku dengan Arya itu ga jauh berbeda dengan kamu dan juga Valerie. Jadi udah pasti banyak yang aku gatau tentang anak itu, aku sendiri ga nyangka kalau ternyata Arya dan Valerie menjalin hubungan"
"Lalu kita gimana mas? Kita gimana?!" Tanya ibu Julia lagi tidak sabaran.
"Kamu gausah khawatir, karena jika mereka punya keinginan untuk menikah aku tidak akan memberikan restu. Aku akan terus menentang hubungan mereka, yang terpenting sekarang kamu harus cerai dulu dengan suami kamu dan perbaiki hubungan kamu dengan Valerie"
--
Arya menjatuhkan badannya di atas sofa yang berada di ruangannya. Tangannya pun mengarah kepada dasi kemudian di longgarkan olehnya, setelah itu Arya memilih untuk memejamkan matanya sejenak ditutupi oleh lengannya.
Hari ini terasa melelahkan untuk Arya, baik itu pikiran, tenaga dan juga emosi. Entah sudah berapa kali Arya mengeluarkan nada tingginya akibat kecerobohan yang dilakukan oleh beberapa karyawannya. Bahkan Tere pun sempat kena semprot Arya karena teledor.
Entah Arya yang memang sedang sensitif atau orang-orang yang melakukan kesalahan, pada intinya itu sangat melelahkan bagi Arya.
Tok
Tok
"Pak Arya permisi.." panggil Tere dengan hati-hati.
Mendengar suara Tere, Arya pun langsung menolehkan kepalanya kemudian memberikan gestur untuk menyuruh Tere masuk.
"Maaf pak, ini revisi laporan dari bagian Keuangan. Dan ini ada titipan untuk bapak" ujar Tere sambil menaruh beberapa map dan juga satu paper bag di atas meja.
"Itu dari siapa?" Tanya Arya sambil menunjuk ke arah paper bag.
"Oh.. saya gatau pak, ini dari frontdesk. Tapi mereka gaada yang bilang siapa yang nitipinnya"
"Yaudah, makasih" ucap Arya yang hanya dibales dengan anggukkan kepala oleh Tere. Setelahnya Tere pun segera keluar dari ruangan Arya.
Dengan gerakan malas, Arya meraih paper bag tersebut dengan sangat susah payah karena dirinya masih berada di sofa, tidak mau mengangkat badannya sedikitpun untuk mengambil paper bagnya.
Setelah berhasil diraih, Arya langsung melihat isi di dalamnya. Senyuman di wajah Arya tiba-tiba saja mengembang, rasa lelah yang menghampiri dirinya saat ini hilang begitu saja saat tau jika isi dari paper bag itu adalah makanan kesukaannya.
Dengan semangat Arya merogoh saku celananya untuk mengambil ponselnya kemudian dia langsung menghubungi seseorang.
"Bunda kangen ya pasti sama Arya"
'Mana ada. Emang makanannya udah sampe'
"Udah, baru aja.. masih anget pula. Yang masak bi Yumi ya?"
'Menurut kamu aja? Masa iya bunda yang masak..'
"Ya siapa tau gitukan. Tapi bunda ko irit banget sih, kenapa ga sekalian yang banyak gitu buat dirumah"
'Kamu ini gimanasih? Kan itu yang masaknya juga bi Yumi, ya kalau kamu mau lagi minta lah ke bibi..'
"Ya maksud Arya tu bunda yang masak, bunda kerumah Arya gitu"
'Kan.. kamu suka mulai deh, kan bunda udah pernah bilang. Untuk sekarang belum bisa nak, sabar ya.. bunda pasti bakal ngunjungin kamu'
'Ohiya, kamu udah kerumah ayah kamu hari ini?'
"Udah bunda.. tadi sekalian jemput Anya Sekolah. Tapi ayah gaada di rumah, jadi Arya gamau lama-lama, lagipula kerjaan Arya banyak di kantor"
'Weekend kamu usahain nginep ya Ya.. kamu udah janji kan sama bunda'
"Iya bunda.. nanti Arya usahain ya"
'Kamu udah janji nak.. kamu lupa apa sama-'
"Iya bunda ku sayang.. Arya inget, ga lupa. Arya juga inget sama pesen bunda"
'Yaudah, bunda tutup ya telfonnya. Biar kamu cepet makan, nanti kalau udah dingin gaenak'
"Iya bunda.. dah bunda"
-pip-
"Iya bunda~ dah bunda~" Arya dibuat terkejut saat mendengar sebuah suara yang tiba-tiba saja terdengar di dalam ruangannya. Dan itu berasal dari Fito.
Dengan iseng Fito mengikuti gaya berbicara Arya yang terkesan dibuat-buat kepada ibunya, lalu setelahnya Fito tertawa.
"Apasi lo! Ketok dulu ke kalo masuk" tegur Arya sambil mengusap-ngusap dadanya.
"Gila ya lo.. gue ganyangka ternyata seorang Nararya Adhi Julian yang gagah dan perkasa, punya sifat manja yang luar biasa kalo lagi sama bundanya" saut Fito masih tertawa, tidak menggubris ucapannya Arya barusan.
Arya hanya mendelik Fito sinis, lalu dirinya memilih untuk membuka kotak makanan tersebut.
"Yah ngambek.. gue becanda kali"
"Siapa juga yang ngambek?" Bales Arya dengan nada yang biasa, karena sudah dipastikan kalau Arya menjawab dengan nada yang ketus, Fito akan semakin mengejeknya.
"Iya deh iya.. btw Ya, gue tadi di lobby ketemu bapak lo, tapi dia langsung pergi lagi. Mau ngapain ya dia kira-kira?"
"Paling mau ngancem-ngancem gue lagi, atau nyuruh gue putus sama Valerie"
"Hah? Maksud lo?"
"Ngomong-ngomong, weekend lo mau nginep ga dirumah bapak gue? Lo pernah bilang kan dulu, pengen nyobain tidur di mansion mewah"