Chereads / It's A Secret Mission / Chapter 61 - Sixty One

Chapter 61 - Sixty One

"Maksud kamu ini apa Arya?!" Sentak pak Heri. Mata beliau pun kini memancarkan rasa amarahnya kepada Arya, namun Arya sendiri hanya menatap ayahnya datar.

Tidak sedikitpun Arya merasakan takut melihat ayahnya sekarang, dalam hati justru Arya bersorak karena sandiwara yang sedang dia jalani dengan Valerie berhasil.

"Emangnya apa? Arya perasaan ga ngapa-ngapain" jawabnya dengan tenang sambil mendudukkan dirinya di sofa ternyaman yang ada di ruangan kerja milik ayahnya.

"Jangan pura-pura bodoh! Kamu mau mancing ayah marah?!"

Arya mendengus geli melihat ayahnya saat ini, kemudian dirinya tersenyum sambil menatap ayahnya lurus. "Ayah kenapa sih? Arya emang punya salah apa? Arya berbuat apa? Kenapa ayah harus marah kaya gini?" Cerca Arya yang masih menjawabnya dengan tenang.

Kesal karena Arya terus saja membalas ucapannya, pak Heri menggebrak meja lalu dirinya menatap Arya tajam. "Kamu mau bikin malu keluarga ha?! Kamu sendiri tau kalau ayah akan menikah dengan ibunya Valerie! Maksud kamu apa malah berhubungan sama dia?! Mau taro dimana muka ayah nanti kalau hubungan kalian tersebar?!"

"Loh.. ko tanya Arya sih, ya itu urusan ayah lah. Lagipula Arya sama Val saling suka dan kita juga saling cinta"

"Jangan banyak tingkah kamu! Kalau kamu macam-macam ayah bakal tarik semua aset-aset ayah dari kantor kamu!" Ancam pak Heri, tapi tetap tidak membuat Arya merasakan takut akan ancaman tersebut walaupun omongan ayahnya memang tidak pernah main-main.

"Menurut ayah... yang inves di kantor Arya cuman ayah aja? Relasi Arya luas kalau ayah mau tau, bahkan lebih luas dari ayah"

"Ayah ga berguna marah-marah kaya gini, cuman buang-buang tenaga. Dan lagi harusnya ayah seneng bukan karena Arya bisa nemuin perempuan yang Arya suka? Anak ayah ini sekarang udah berubah, dia udah ga suka lagi sama adik perempuannya, dia udah nemuin perempuan yang dia suka. Jadi ayah jangan ganggu" ujar Arya kemudian dia beranjak dari duduknya hendak meninggalkan ruangan kerja ayahnya.

Tetapi, ucapan yang keluar dari mulut ayahnya menghentikan langkah kaki Arya. "Jadi kamu mau pake cara kasar? ayah bisa lakuin itu semua Arya"

Arya berbalik lalu menatap ayahnya tajam, "ayah pikir Arya bakal takut? Yang perlu ayah denger cuman satu, jangan pernah coba-coba nyentuh Valerie sedikitpun. Kalau Ayah berani nyentuh dia, entah sekecil apapun itu.. Arya bisa lakuin lebih dari apa yang ayah punya"

--

Sementara itu di ruang santai, Valerie saat ini tengah berkumpul dengan Anya dan juga mamanya. Tidak ada Alana disana, sudah dipastikan dia tidak mau berada di satu ruangan yang sama dengan Valerie. Dan dia cukup bersyukur akan itu, walaupun keberadaan mamanya Anya disini tetap membuat Valerie tidak nyaman.

Valerie bersyukur Anya sedaritadi terus mengoceh, mengajaknya ngobrol segala hal. Sehingga membuat Valerie teralihkan yang terganggu dengan tatapan mamanya Anya.

Ya, sedaritadi mamanya Anya terus menatap Valerie selidik. Seakan dirinya tengah mencari-cari sesuatu yang ada di dalam diri Valerie, dan tentu saja itu membuat Valerie tidak nyaman.

"Kalian berdua deket sejak kapan?" Tanya mamanya Anya tiba-tiba, otomatis omongan Anya jadi terhenti lalu Anya dan juga Valerie sama-sama menatap mamanya Anya bingung.

"Anya sama ka Val? Kita deket pas-"

"Bukan kamu sayang.. tapi kakak kamu, Arya" potong mamanya Anya sambil tersenyum, tapi bukan senyuman yang bersahabat. Valerie bisa rasakan itu.

"Beberapa bulan ke belakang tante" jawab Valerie sambil tersenyum kikuk.

"Oya? Baru sebentar ya kalau begitu.. tapi kalian langsung jalin hubungan gitu aja? Tanpa pendekatan?" Lanjut mamanya Anya lagi.

"Buat saya pribadi, kalaupun emang saya sama Arya sama-sama merasa nyaman satu sama lainnya itu tidak jadi masalah. Selagi kami sama-sama mau menjalin hubungan yang serius, rentan waktu berapa lama kita pendekatan bukan jadi alasan yang penting" ucap Valerie kini lebih tenang ketimbang barusan.

"Tapi kan kalau begitu, kalian berarti belum tau gimana sifat masing-masing. Itu kan penting, pendekatan itu penting karena untuk memahami karakter masing-masing"

Sebuah helaan nafas terdengar, tapi bukan dari Valerie melainkan Anya. Mungkin saat ini Anya sudah satu pemikiran dengan Valerie, kalau mamanya saat ini terlalu ingin tau soal hubungan Valerie dan juga Arya.

"Seiring berjalannya waktu kita juga bisa saling memahami tante, lagipula saya sama Arya bukan anak kecil lagi. Kita berdua setidaknya bisa lebih paham dan berpikir secara dewasa"

"Tante tau, tapikan-"

"Mami" potong Anya dengan muka yang sudah masam. Raut wajah Anya saat ini benar-benar menunjukkan kalau dirinya sudah muak dengan ibunya yang terus saja mengusik kedua kakaknya. "Mami bisa stop ga? Mami terlalu berlebihan" sambung Anya dengan nada jengkel.

"Mami berlebihan apanya si nak? Mami kan cuman pengen tau aja, kakak kamu itu emang udah bener nemu perempuan yang pas atau belum.. gimanapun juga kan kakak kamu itu tetep anaknya mami, jadi mami harus peduli juga dong soal hubungannya. Apalagi kan ini pertama kalinya kakak kamu ngenalin perempuan" lagi, Anya menghela nafasnya lagi saat mendengar pembelaan diri dari ibunya.

"Sejak kapan emangnya mami peduli sama ka Arya?" Jawaban dari Anya sontak membuat mamanya terkejut, termasuk juga Valerie sendiri.

"Anya, kamu-"

"Mami.. mami tu udah keterlaluan tadi. Anya kesel dengernya, mami ga berhak ikut campur. Biar aja jadi urusannya ka Arya sama ka Valerie. Lagian Anya juga kenal deket sama ka Val, ka Valerie tu baik banget sama Anya. Dan Anya juga tau gimana ka Val sama ka Arya waktu dulu, jadi mami gausah banyak tanya yang seharusnya mami tu gaperlu tau" ucap Anya lalu setelahnya dia menarik tangan Valerie untuk meninggalkan ruang santai tersebut.

Mendengar pembelaan dari Anya barusan sejujurnya membuat hati Valerie sakit. Benar-benar sakit, dirinya bisa merasakan betapa tulusnya Anya menyayangi Valerie seperti kakanya sendiri.

Dirinya tidak bisa membayangkan jika Anya tau kalau ini semua adalah kebohongan untuk menghentikan pernikahan ayahnya dengan ibu Valerie.

Tiba-tiba saja Valerie membayangkan ekspresi kecewa Anya saat dirinya mengetahui kepalsuan ini, kecewa dan marahnya Anya kepada Valerie terbayang dengan sangat jelas dan itu membuat Valerie takut.

Sejujurnya Valerie juga sayang kepada Anya, apalagi setelah tau apa yang sudah terjadi kepada gadis itu membuat Valerie semakin menyayanginya. Maka dari itu Valerie benar-benar takut jika Anya kecewa kepada dirinya dan berujung menjauhinya, atau lebih parah benci kepada Valerie.

Itu yang Valerie takutkan.

Dalam hati Valerie terus saja berharap semoga kepalsuan yang dia jalani dengan Arya saat ini membuahkan hasil, sehingga kemungkinan buruk tersebut tidak akan pernah terjadi.