Chereads / It's A Secret Mission / Chapter 22 - Twenty Two

Chapter 22 - Twenty Two

Entah sudah keberapa kalinya aku menghela nafas panjang sembari memijit pelipis yang mendadak berdenyut. Perasaan malu dan juga rasa bersalah langsung menyelimuti diriku saat mendengar penuturan dari om Farhan, aku tidak habis pikir. Kenapa masih saja ada orang yang tega melakukan perbuatan jahat kepada keluarganya sendiri, terlebih lagi targetnya itu kakaknya sendiri.

"Om kenapa masih aja percaya kalau dari awal udah ngerasa curiga?" Tanyaku dengan nada frustasi.

"Ibumu itu adik om satu-satunya Val, bagaimanapun juga dia itu adik om. Keluarga om, orang lain aja masih bisa om tolong masa iya keluarga sendiri om biarin?" Aku bener-bener bingung sama om Farhan, hati dia ini terbuat dari apa? Harta beliau sudah habis dikuras sama perempuan tidak tahu malu itu, dan sekarang beliau masih membela dia. Bener-bener ga habis pikir aku.

"Om mau Valerie bantu apa? Mau Valerie laporin polisi? Val bisa ko nangkep dia secepat itu" ujarku yang malah dipelototi sama om Farhan.

"Kamu itu, masa kamu mau laporin ibumu sendiri?! Jangan begitu Valerie.. seburuk apapun dia, dia itu tetap ibumu"

"Om. Realistis aja, om udah abis berapa gara-gara perempuan-"

"Valerie!" Aku bungkam saat om Farhan mulai meninggikan suaranya, oke.. mungkin aku mulai keterlaluan.

"Valerie minta maaf om.. Valerie kelepasan"

"Om tau gimana sakit hatinya kamu sama ibumu, tapi ingat kata-kata om Valerie.. dia masih ibumu"

"Iya yaudah. Sekarang, Om butuh bantuan apa? Bilang aja sama Val, apapun itu Val pasti bantu. Mau uang atau apapun itu om bilang sama Val" sontak om Farhan menggelengkan kepalanya sembari menepuk-nepuk tanganku yang sedang menggenggam erat tangan beliau.

"Om datang ke sini karena om bingung harus cerita sama siapa, om cuman butuh orang yang bisa om ajak ngobrol..."

"Engga. Om jauh-jauh dateng ke sini datengin Valerie cuman buat ngobrol aja? Om pikir Val bakal iya-iya aja gitu? Engga ya om gaakan"

"Om gamau ngerepotin kamu-"

"Om.. dulu waktu Valerie dibuang sama ibu yang bantu Valerie siapa? Cuman om Farhan.. cafe ini bisa ada juga karena siapa kalau bukan karena om? Sekarang.. Valerie mau bantuin om, Valerie gaakan minta izin sama om karena ini kemauan Valerie"

"Val-"

"Om butuh apa sekarang? Fanya sama tante Sarah om bawa kesini juga?" Sebut aku tidak sopan, tapi memang sangat ingin membantu om Farhan. Walaupun istrinya tidak suka sama aku, tapi kebaikan om farhan cukup menutupi itu semua. Dan aku sendiri sama sekali tidak tersinggung akan hal itu, lagipula situasi sekarang ini agak kurang pantas jika harus mengungkit masalah itu.

"Om kesini sendirian Val..."

"Kalau gitu, Valerie mau om bawa keluarga om kesini. Valerie bakal cariin rumah buat tempat tinggal om sama yang lainnya. Dan Valerie mau om kerja sama Valerie disini.. Valerie butuh akuntan, om mau kan bantuin Val?"

"Valerie,-"

"Om ga lupa kan kalau uang om juga ada di cafe ini? Emang tawaran Valerie barusan agak kurang sopan, tapi Valerie serius. Valerie pun punya alesan tersendiri kenapa mau om sama keluarga pindah kesini, karena Valerie pengen deket sama keluarga.. Valerie udah gapunya siapa-siapa lagi om. Jadi Val mohon banget sama om.. turutin kemauan Val ya, ini permintaan Valerie yang terakhir"

"Kamu emang anak yang baik Valerie..."

--

"Emang ya lo. Jahat banget jadi orang, gue lagi sakit malah disuruh nyetir. Makanya belajar nyetir kenapasi?! Punya mobil nganggur di rumah gapernah dipake, mau pamer doang lo?" Omel Andrea saat dirinya baru saja sampai di rumahku. Ya, Andrea memang sedang sakit tapi aku memaksa dirinya datang kerumah untuk mengantarku mencari rumah.

"Lo dapet pahala kalau mau bantuin gue dengan ikhlas Ndre"

"Emang kenapasih?" Tanyanya yang masih dengan nada ketus.

"Nanti gue cerita di jalan" ucap gue sembari mengmbil kunci mobil lalu mendorong Andrea keluar rumah.

Di perjalanan aku menceritakan kepada Andrea, walaupun tidak semua yang aku ceritakan sama dia karena ada beberapa hal yang menurutku tidak seharusnya ku ceritakan.

"jadi.. masih mau ngomel?" Tanyaku kepada Andrea sambil menahan tawa karena ekspresinya saat ini.

"Jangan gitu dong Val, gue jadi gaenak nih. Berasa dosa gue"

"Makanya.. jangan dulu ngomel, tau dulu kejadian sebenernya gimana"

"Ya maaf, namanya juga netizen. Selalu membuat spekulasinya sendiri, terus om lo sekarang ada dimana?"

"kayanya sih udah jalan balik.. soalnya semalem tu gue udah nawarin buat nginep dirumah tapi gamau. Yaudah akhirnya gue pesenin hotel aja, dan bilangnya hari ini mau balik ke rumahnya"

"tapi Val.. sorry yah, gue gaada maksud apa-apa. Tapi... apa tante lo gamasalah soal ini? Ya.. dari apa yang lo pernah ceritain sama gue aja kan. Tante lo kaya gimana" aku tersenyum mendengar ucapannya Andrea, tanganku pun terulur untuk menepuk-nepuk pundaknya.

"Yang gue liat sekarang itu om gue Ndre.. om gue tu udah berkorban banyak buat gue. Dan sekarang udah waktunya gue kasih sesuatu yang lebih untuk ngebales kebaikan beliau" jawabku sambil tersenyum.

"Hadeuh... pelik banget si masalah keluarga lo"

"Udah ah, gausah ngurusin gue. Sekarang ini cari aja rumah yang dijual atau dikontrakin daerah mana?"

"Ya mana gue tau kampret! Lo kira gue sales perumahan apa"

--

Jam 8 malam aku baru sampai rumah. Seharian aku dan Andrea mencari-cari rumah dan ternyata pilihan jatuh ke areal perumahanku, jaraknya hanya dua blok dari rumahku berada. Jangan tanya bagaimana reaksi Andrea, tentu saja dia marah-marah karena tenaganya terbuang sia-sia.

Aku sebagai sahabat yang baik tentu saja memberikan dia reward, yaitu kopi gratis selama satu minggu. Dan saat aku sogok begitu, dia langsung kembali lagi seperti biasa.

Cih, murahan sekali diatu memang.

Seharian kelamaan duduk memang membuat pantatku sedikit kebas, ingin rasanya aku langsung tidur tapi otakku terus menolak. Meminta aku berjalan-jalan untuk mengurangi rasa kebas itu.

Alhasil aku memutuskan untuk membuat sesuatu saja di dapur. Sepertinya membuat cookies bukan hal yang buruk, akan ku bagikan cookiesnya untuk anak-anak ayam.

Ting

Tong

Baru saja aku hendak mengambil tepung dari lemari, bel rumah berbunyi. Segera aku menuju pintu, takutnya yang datang itu ibu RT. Karena kebetulan hari ini itu ada acara di balai RT, namun aku tidak datang karena harus mencari rumah.

"iya, cari siapa ya- ngapain kalian kesini?" Nada bicaraku langsung ketus begitu saja saat melihat dua orang yang sangat tidak ingin aku lihat sampai kapanpun itu. Kalau perlu sampai seumur hidupku.

"Valerie-"

"Pergi sebelum saya panggil keamanan" potongku sembari menutup pintu, namun langsung saja ditahan. Karena tenagaku yang memang tidak sebesar tenaga dia, otomatis pintu tersebut kembali terbuka.

"kamu jangan kurang aja ya Valerie!"

"Maaf, anda siapa ya kalau boleh tahu? Hubungan anda sama saya itu apa? Berani-beraninya anda-"