Chereads / It's A Secret Mission / Chapter 26 - Twenty Six

Chapter 26 - Twenty Six

Setelah sentakan tersebut, Arya mendapat sentakan balik dari ayahnya. Dan Anya juga langsung menarik tangan Arya untuk kembali duduk, karena Anya memang sangat takut jika melihat Arya sedang marah. Dirinya pernah melihat Arya marah satu kali, dan dia tidak mau melihatnya lagi.

"Jangan kamu berani meninggalkan meja makan ini sebelum semuanya selesai" lanjut ayahnya lagi dengan nada bicara yang tajam. Arya memilih untuk diam dan kembali melanjutkan makannya, semantara Alana hanya tersenyum sinis melihat Arya sekarang.

--

Arya berjalan menyusuri lantai tiga rumah ayahnya, menghampiri satu-satunya ruangan yang memiliki pintu di lantai itu.

Arya mengetuk pintunya tiga kali, tak lama kemudian pintu kamar terbuka. Menampilkan Anya yang tengah memakai masker di wajahnya, perawatan malam.

Arya terkekeh melihat adik bungsunya itu, masker yang dipakai Anya berwarna hijau dan itu sangat terlihat seperti tokoh superhero yang berwarna hijau.

"Kamu ngapain sih?"

"Maskeran, perawatan kali ka.. Anya juga pengen cantik" jawab anak gadis berumur 18 tahun itu.

"Kakak boleh masuk ga?"

"Boleh, tapi jangan duduk di kasur ya! Baju kakak belum ganti dan banyak kuman. Nanti badan aku gatel-gatel" saut Anya yang memang sangat disiplin sekali soal kebersihan.

Sifat jahil Arya langsung keluar begitu saja, dia dengan sengaja masuk ke dalam kamarnya Anya lalu dirinya merebahkan badan tinggi besarnya itu ke kasur Anya. Sontak si pemilik kamar tersebut langsung histeris sambil memukul-mukul badannya Arya.

"Ih! Ka Arya bangun! Dibilangin jangan di kasur! Bangun ka bangun!"

Arya tak kuasa menahan tawanya melihay reaksi Anya, dirinya pun menyerah lalu beranjak dari kasurnya Anya. Tak lupa dia juga mengusak surai Anya sebelum berpindah ke sofa.

"Aku harus ganti sprei kan! Ka Arya nyebelin banget kenapasih!"

"Yaudah nanti kakak ganti. Atau... kamu mau ga nginep di apart kakak?"

"Jadi kakak beneran pindah? Gara-gara ka Alana? Emangnya kakak tu sama ka Alana ada apa sih? Dari dulu kalian tu gapernah banget yang namanya akur... pasti kakak sensi mulu sama ka Alana"

Arya tidak mungkin mengatakan yang sebenarnya kepada Anya. Walaupun usia Anya sudah cukup dewasa, tapi bagi Arya dia masih adik kecil untuknya. Dan Arya juga tidak mau mengecewakan Anya kalau pada kenyataannya keluarga yang selalu dia bangga banggakan itu tidak sesuai dengan apa yang dia ucapkan.

"Kakak gabisa bilang, pokonya kakak emang susah untuk bisa baikan sama Alana. Dan kamu gausah peduli sama itu, fokus aja sama sekolah kamu"

"Yaudah, kalo gitu ka Arya sekarang bantuin anya packing" saut Anya yang mengundang kerutan di dahinya Arya.

"Mau kemana kamu?"

"Ih! Kakak tu beneran udah tua ya kayanya"

"Enak aja kamu!"

"Ya buktinya, kakak langsung lupa. Padahal kan baru tadi kakak ngajakin Anya nginep, gimanasi?!"

"Oh.. hehe, iya maaf. Ayo sini kakak bantu"

--

Tepat saat Arya dan Anya sampai di lantai satu. Arya melihat Alana sedang bersama dengan ayah dan juga istrinya. Arya tidak menghiraukan keberadaan mereka dia hanya berjalan biasa sembari menenteng tas milik Anya yang berisikan baju dan perlengkapan pribadi lain miliknya.

Namun, langkah kaki Arya seketika berhenti saat dirinya mendengar suara Anya yang sangat riang itu. "Ayah, mami.. Anya diajak nginep di apartnya ka Arya malem ini. Jadi Anya pergi yah"

Reflek Arya langsung menepuk jidatnya, lupa memberitahukan sesuatu kepada Anya soal dirinya yang akan menginap. Tepat saat Arya membalikan badannya, matanya langsung melihat Alana yang kini sedang menatap Anya kesal. Atau cemburu mungkin.

"Bener kamu mau nginep? Gaakan ngerepotin emangnya?" Tanya istri ayahnya Arya, atau lebih tepatnya ibunya Anya.

"Mami nanya ke Anya atau ke ka Arya?"

"Kalian berdua"

"Gapapa tante, gaakan ngerepotin" jawab Arya langsung sambil tersenyum tipis. Arya juga sambil memberikan kode kepada Anya, dengan maksud untuk mengajaknya cepat pergi dari rumah ini. Namun sayangnya Anya bukan manusia yang peka akan kode sesuatu, Anya justru tidak menatap balik Arya.

"Ekhem! Arya.. ko yang di ajak cuman Anya? Adik kamu bukannya ada dua ya?" Tanya Alana dengan penuh penekanan. Dirinya pun kini sedang tersenyum, namun Arya tahu kalau senyuman yang kini ditunjukkan oleh Alana bukan senyuman tulus.

"Nya, ayo-"

"Arya.. Alana bener, kamu kenapa ga ajak dia juga? Dan lagi kamu kenapa se tega itu biarin Alana nginep di hotel?" Sebuah pertanyaan yang sudah Arya tunggu sejak mereka masih di meja makan.

Dalam hatinya dia ingin sekali menjawab pertanyaan dari ayahnya itu. Namun sekali lagi, kalau di sini ada Anya. Arya tidak mau mengatakan sesuatu hal yang buruk di depan Anya.

"Liat kan yah, Arya gabisa jawab. Diatu emang pilih kasih banget, gapernah peduli sama-"

"Cukup! Lo ikut gue sekarang-"

"Arya! Ini kedua kalinya kamu ngebentak Alana di depan ayah. Mana sopan santun kamu?!"

"Ayah gausah ikut campur. Lo, Alana. Ikut gue sekarang" ucap Arya sembari menarik tangan Alana cukup kasar. Kekesalan Arya sudah memuncak, dia sudah tidak sanggup lagi menahan kekesalan karena ulahnya Alana.

"Alana, mau lo itu apasih?!" Sentak Arya lagi seraya menghempaskan tangannya Alana kasar. Kesabarannya sudah benar-benar habis, kalau Alana bukan perempuan dan bukan adiknya, mungkin Alana sudah habis dipukul oleh Arya.

"Justru kamu Ya, aku gapaham sama kamu. Dari aku dateng kesini kamu udah keliatan gasuka, terus kamu ngusir aku dari rumah kamu, dan sekarang. Kamu lagi-lagi acuh sama aku, tapi kamu bisa bersikap baik di depan Anya"

"Omong kosong Alana! Gue tau ya kalau yang minta gue dateng ke sini itu lo, gue tau banget ayah itu gimana. Ayah gaakan pernah maksa gue untuk ikut makan malam keluarga yang bikin gue muak!"

"Kamutu kenapasih?! Akutu salah apa sama kamu? Sampe kamu harus se marah ini"

"Masih bisa lo so polos gini? Merasa suci banget lo sekarang. Lo pikir gue gatau apa yang udah lo lakuin ke bi Yumi ha?!" Kali ini sentakan yang keluar dari mulut Arya jauh lebih menakutkan. Bahkan Alana pun sampai terlonjak karena terkejut, dirinya pun sempat bungkam untuk beberap saat sampai dirinya langsung tertawa remeh. Merasa dongkol dengan alasan Arya marah kepada dirinya.

"Kamu serius? Hello~ Arya, please... dia tu cuman pembantu-"

"Jaga omongan lo! Dengan kelakuan lo yang ngerendahin bi Yumi gaakan pernah bikin lo jadi orang yang paling tinggi derajatnya. Justru orang yang rendahan itu lo Alana!" Ucap Arya dengan penuh penekanan. Bahkan dirinya pun tanpa sadar menunjuk-nunjuk muka Alana diikuti dengan tatapan tajamnya.

"Se penting apa sih pembantu kamu itu?! Apa peran dia-"

"yang jelas dengan keberadaannya dia, bisa bikin gue ngerasain kasih sayang seorang ibu" jawab Arya sinis. Alana tentu sangat tahu soal itu, maka dia merasa kalau dirinya kalah jika Arya membahas soal itu.

Tapi dirinya tetap tidak mau merasa terpojoki, "terus Anya? Dia gimana?" Ucap Alana yang menurut Arya sudah mulai tidak terarah.

"Maksud lo? Ngapain bawa-bawa Anya?" Tanya Arya heran.

"Jelas dia ada kaitannya! Kamu pikir aku bakal biasa aja kamu bisa se baik itu sama dia? Yang aku butuhin itu perhatian kamu Arya! Padahal Anya itu sama kaya aku! Tapi kenapa perlakuan kamu ke aku itu selalu beda?!"

Arya menghela nafas sambil memijat pelipisnya yang sudah mulai berdenyut. "See, semua perbuatan aneh lo sekarang ini emang masih dengan persoalan yang sama. Kalau lo gaterima cuman karena gue suruh lo tinggal di hotel, cukup marah sama gue Na, gausah bawa-bawa orang lain. Dan soal Anya... dia posisinya emang sama kaya lo, tapi asalkan lo tau. Anya itu sebuah kesalahan yang bisa gue maafkan. Sementara lo.. gabisa gue maafin sama sekali"