Chereads / It's A Secret Mission / Chapter 27 - Twenty Seven

Chapter 27 - Twenty Seven

"Loh? Katanya Anya nginep sini. Anaknya mana?" Tanya Fito saat menyadari jika Apartement baru milik Arya kosong.

"Gue lagi mumet, jadi gue bawa Anya ke rumah aja dulu" jawab Arya sambil membuka botol minuman yang barusan dia titip ke Fito.

"Kenapa lagi sih? Ada apa? sumpah ya.. gue kangen banget sama Arya si penjahat kelamin" celetuk Fito terlampau jujur.

"Kayanya masalah di hidup gue gapernah ada abisnya ya To.. percuma duit gue banyak tapi gue ga ngerasa bahagia sama sekali"

"Oke, silahkan. Gue bakal pasang telinga gue baik-baik"

"Dimulai dari ibu gue yang tiba-tiba aja menghilang terus tiba-tiba dateng lagi tapi gue gatau ada dimana. Belum selesai soal itu, Alana pulang dan dia baru aja bikin masalah lagi... tapi jauh dari dua masalah ini kejadian. Gue harus dihadapin lagi sama satu fakta kalau ayah gue bakal nikah lagi" tepat di kalimat Arya yang terakhir, Fito hampir saja tersedak oleh minumannya.

"Sumpah lo? Deminya mau nikah lagi? Terus? Ibu lo- maksud gue istrinya tau ga? Anya gimana Ya?" Tanya Fito bertubi-tubi. Sepertinya di antara masalah Arya yang lain, hanya topik 'ayah menikah lagi' yang menjadi topik paling menarik untuk dibahas.

"Gue gapeduli kalau ayah gue mau nikah sampe ratusan kali sekalipun. Cuman yang gue bingung itu ya Anya, karena gue gamau kalau dia sampe tau masalah ini. Dia pasti bakal ngedown banget"

"Jadi, sejauh ini dia belum tau?" Arya menggelengkan kepalanya pelan, "lagipula gue gatau siapa ceweknya kali ini. Ayah gue cuman ngomong mau nikah doang dan si calonnya ini pengen ketemu sama gue. Cuman sampe sekarang gapernah ada kabar lagi soal itu"

"Dan lo mau ketemu sama calon bapak lo itu?"

"Menurut lo?" Fito hanya terkekeh saat mendengar ucapan dari Arya.

"Terus.. itu Alana kenapa lagi? Rasanya gue udah lama denger kabar dari dia"

"Itu dia. Hampir 7 taun gue gapernah ketemu lagi sama dia, dan itu bikin gue tenang banget. Tapi setelah dia tiba-tiba dateng ke sini, entah kenapa gue terus aja ngerasa was-was..."

"Pertanyaan gue belum lo jawab"

"Intermezo dulu kali. Ya pokonya tadi siang gue waktu mau balik ngambil baju, gue ngeliat ada Alana di rumah. Dan dia cekcok sama bi Yumi, gue gatau apa yang diributin cuman puncak keselnya gue itu waktu pas Alana ngatain bi Yumi. Tepat di depan muka gue To! Setelah itu dia ga merasa berdosa sama sekali, udahnya di balik terus yaudah.. berakhir gue harus terjebak di rumah ayah gue bareng sama orang-orang munafik"

"Anya juga dong?"

"Kecuali dia" lagi, Fito tertawa dibuatnya.

"Tapi Ya, kayanya dia harus dibawa ke psikiater sih.. itu udah sinting parah soalnya"

"Rumah sakit jiwa kayanya lebih cocok sih, karena ya itu namanya emang udah bener-bener gila. Dan dia masih ga sadar juga kalau rasa suka dia itu ga wajar"

"Yaudahlah Ya.. gue rasa lo gausah terlalu banyak mikirin Alana. Maksud gue ya, masalah lo sama dia itu gaakan pernah selesai. Lo cukup ignore dia aja. Karena ada yang jauh lebih penting dari dia.."

"Iya.. lo bener. Prioritas gue mungkin sekarang Ibu gue sama Anya, cukup mereka aja yang harus gue perhatiin lebih"

"Good! Dan gue emang sekarang mau kasih info buat lo. Orang-orang gue udah nemu letak percis dimana ibu lo berada Ya"

--

Arya tiba di rumahnya pukul 2 dini hari. Dirinya bisa saja tidur di apartementnya, tapi dia juga ingat dengan keberadaan Anya di rumahnya. Tidak mungkin Arya meninggalkan Anya, padahal dirinya juga yang mengajak Anya untuk menginap.

Saat Arya hendak menaiki tangga, suara pintu terbuka langsung menarik perhatiannya. Arya mencari sumber suara tersebut yang ternyata berasal dari kamar tidurnya bi Yumi.

"Arya.. itu kamu?" Saut bi Yumi dengan nada lembut.

Arya pun berbalik untuk menghampiri bi Yumi yang terlihat sangat mengantuk. "Iya bi. Maaf Arya baru pulang. Bibi kenapa belum tidur? Apa kebangun?"

"Bibi kebangun.. haus pengen minum" jawab bi Yumi.

"Eum.. Anya udah tidur?" Tanya Arya hanya sekedar basa-basi. Dirinya sudah tau sebenarnya kalau Anya pasti sudah tidur, karena Anya bukan tipikal orang yang suka begadang.

"Udah daritadi, dia tidur di kamar kamu. Katanya suka sama wangi kamar kamu" ujar bi Yumi, Arya mendengus geli sembali tersenyum mendengar ucapan bi Yumi.

"Bi.."

"Kenapa?"

"Bibi gapapa?" tau kemana arah pembicaraannya, bi Yumi tersenyum lembut. Kedua tangannya terulur untuk mengusap surai lembutnya Arya, sementara tangan yang satunya lagi ditaruh di pundak kokohnya Arya.

"Bibi gapapa, lagipula bibi pernah dapet perlakuan yang lebih parah dari ibunya" ungkap bi Yumi. Mendengar itu tentu saja Arya terkejut, karena Arya baru mengetahui soal itu.

"Ko bisa?! Kapan bi?"

"Udah lama.. itu waktu kamu masih kecil. Dan posisinya ayah kamu baru aja nikahin ibunya Alana. Ibunya Alana marah banget tanpa sebab, bibi pun gatau kenapa. Yang kena semprotnya itu bibi sama bunda kamu, tapi itu kejadiannya udah lama sekali. Bibi juga gamau nginget-nginget soal kejadian itu"

"Arya paham sekarang, sikap bar-bar Alana itu turun dari siapa" celetuk Arya membuat bi Yumi tertawa dibuatnya.

"Tapi bi.. Arya beneran kesel waktu bibi dikatain sama Alana tadi. Bibi juga kenapa diem aja?"

"Apa yang harus bibi lawan? Lagipula ngeladenin orang yang kaya gitu gaakan ada habisnya Ya.. apalagi orang kaya Alana yang egois dan gamau tersaingi. Jadi yaudah... bibi terima aja semua makian yang keluar dari mulut dia barusan"

"Bi... bibi tau kan kalau Arya sayang banget sama bibi? Bibi juga taukan kalau Arya tu udah nganggep bibi tu kaya ibu Arya sendiri?"

"Iya Arya.. bibi tau, dan bibi juga sayang sama Arya.. kamu itu udah bibi asuh dari kamu kecil, dan gamungkin bibi ga sayang sama kamu. Kamu juga udah bibi anggap seperti anak bibi sendiri Ya..."

Dalam hati kini Arya sudah merasa sangat kesal. Dirinya masih tidak bisa menerima jika harus mendengar orang yang dia sayangi harus terluka atau tersakiti.

Arya sudah berjanji kepada dirinya sendiri kalau dirinya akan terus melindungi orang yang dia sayangi. Arya juga tidak akan memandang orang itu laki-laki atau perempuan, atau bahkam ayahnya sekalipun jika sudah melakukan tindakan yang bodoh. Arya tidak akan segan-segan untuk berhadapan dan melawan dengannya.

Karena dirinya tidak mau jika harus merasa kehilangan untuk kedua atau bahkan ketiga kalinya.

Arya tidak mau hal itu terjadi.