Chereads / It's A Secret Mission / Chapter 33 - Thirty Three

Chapter 33 - Thirty Three

Dalam hati Valerie bersyukur karena kasur Andrea memiliki ukuran King. Sehingga masih ada tempat untuk dirinya berbaring, mengingat Anya saat ini sudah tertidur pulas karena kelelahan menangis, namun cara tidur Anya benar-benar di luar dugaan Valerie.

Tapi Valerie tidak mempermasalahkannya, justru Valerie merasa lucu melihat cara Anya tertidur. Sudah seperti anak kecil yang kelelahan habis bermain.

Suara ketekukan mengalihkan pandangan Valerie dari Anya, dia sontak langsung tersenyum kemudian menganggukkan kepalanya. Dengan maksud memberikan kode kepada si pengetuk barusan untuk masuk.

"Saya ganggu?" Tanya Arya dengan suara yang pelan.

Valerie menggelengkan kepalanya seraya tersenyum, "engga ko.. ga ganggu sama sekali"

"Dia udah daritadi tidurnya?" Tanya Arya lagi sambil menunjuk Anya.

"Lumayan.. biarin aja Anya tidur disini, kalau kamu pindahin takutnya kebangun. Kasian.." ucap Valerie sembari terus mengusap lembut kepalanya Anya sedari tadi.

"Nanti kamu gimana?"

"Lahan tidur buat saya masih ada, lagipula saya disini tidurnya sendirian juga. Gamungkin sama Andrea kan..." jawab Valerie. Arya hanya tersenyum kemudian dia ikut menganggukkan kepalanya.

"Eum.. Arya" satu panggilan dari Valerie langsung masuk ke pendengarannya Arya. Dia menatap Valerie seraya menaikkan alisnya.

"Saya mau bilang sesuatu sama kamu..."

"Apa itu?"

"Mungkin kamu sebaiknya denger langsung dari Anya, tapi saya juga gatahan pengen bilang sama kamu. Tolong lebih perhatian sama Anya.. cuman kamu yang masih dia percaya" ucap Valerie yang tentu saja membuat Arya kebingungan dengan ucapannya.

"Saya keluar dulu" lanjut Valerie lagi kemudian dia beranjak dari posisinya. Meninggalkan Arya dan juga Anya berdua di kamar Andrea.

--

"Mas Arya sama Anya mana?" Tanya Andrea saat melihat Valerie datang seorang diri menghampirinya.

"Anya tidur, Arya di kamar ngeliat Anya kayanya" jawab Valerie kemudian mengambil posisi duduk di kursi bar. Tepat di hadapan Andrea yang tengah membuat sesuatu.

Valerie memperhatikan gerak-gerik Andrea, dan sedikit mengintip apa yang sedang dibuatnya. Sampai akhirnya Valerie baru sadar kalau Andrea tengah meracik minuman beralkohol. "Lo gila ya?" Ucap Valerie ketus.

"Apaan?"

"Ini... lo ngapain bikin ginian? Biar apa ha?"

Andrea baru mengerti maksud ucapan Valerie apa, dia langsung aja menganggukkan kepalanya mengerti kemudian menatap Valerie sambil tersenyum lembut. "Ini bukan buat gue Val.. ini buat mas Arya. Gue sempet cerita kalau dulu pernah jadi bartender, yaudah dia minta dibikinin minuman"

"Minumannya lo dapet dari mana?"

"Flat sebelah lah! Dia punya lemari khusus Val, banyak banget alkoholnya gila.. setaun gaji gue juga belum tentu bisa kebeli setengahnya"

"Gataulah gangerti" jawab Valerie sekenanya kemudian dia langsung menopang dagu sambil menatap shaker berwarna silver di tangannya Andrea.

"Lo udah nelfon om atau tante lo?"

"Nelfon engga, text iya"

"Aman di rumah?" Valerie hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

"Syukur deh kalo gitu..."

Setelahnya tidak ada suara lagi, baik dari mulut Andrea ataupun Valerie. Keduanya sama-sama sibuk dengan kegiatan masing-masing, Andrea meracik minuman sementara Valerie memandang Andrea.

Lebih tepatnya memandang Andrea tapi dengan tatapan yang kosong.

Tentu saja Andrea tahu ada yang menganggu pikiran Valerie saat ini, ekspresi wajah Valerie saat menutupi sesuatu itu sangat terlihat. Maka dari itu Andrea selalu bilang kalau Valerie itu manusia terlalu jujur.

"Mas Andrea" suara Arya berhasil mengalihkan Andrea dan juga membuyarkan pikiran Valerie. Keduanya menolehkan kepala kemudian sama-sama tersenyum kepada Arya.

"Ini mas... kebetulan udah jadi" ujar Andrea sembari menuangkan minumannya Arya kedalam gelas yang memang sudah di sediakan di sana.

"Makasih banyak ya mas..." ucap Arya saat dirinya disuguhkan minuman tersebut.

"Ohiya mas ngomong-ngomong... mas Andrea mau tidur di tempat saya?" Tanya Arya kepada Andrea.

"Anya kan tidur di sini, jadi kamar yang di tempatin dia kosong. Daripada mas tidur di sofa juga" Lanjut Arya lagi.

Valerie mendengar itu hanya menganggukkan kepalanya saja, dia setuju dengan idenya Arya. Karena jika dipikir kembali, dia ga tega juga kalau harus membiarkan Andrea tidur di sofa atau di kasur lipat yang baru saja dibeli. Sesekali dia pasti butuh kasur yang empuk.

"Gapapa mas?"

"Ya gapapa lah.. masa iya saya protes, kan saya yang ngajak"

"Lo gue tinggal sendirian gapapa Val?" Lanjut Andrea lagi, tapi kali ini ditujukan untuk Valerie.

"Gapapa... gue ada Anya juga yang nemenin"

"Yaudah deh.. boleh mas boleh"

--

Andrea dan juga Arya sudah berlalu ke flat sebelah, miliknya Arya sejak satu jam yang lalu. Kini hanya menyisakan Valerie sendirian di unitnya Andrea, sementara Anya sudah tertidur sedari tadi.

Waktu sudah menunjukkan pukul 2 pagi tapi Valerie masih terjaga. Dirinya sama sekali tidak bisa memejamkan matanya, walaupun matanya kini memang sudah lelah.

Ditangannya Valerie sudah menggenggam susu hangat, dengan maksud membantunya untuk tidur.

Curhatan dari Anya masih saja mengusik pikiran Valerie, dirinya masih merasa terguncang karena mendengar cerita tersebut. Beberapa memori dalam ingatannya Valerie langsung muncul seketika, terutama saat dirinya juga mengalami apa yang dialami oleh Anya di Sekolah.

Valerie ingat betul masa-masa pahit tersebut, bagaimana dirinya dipandang rendah karena mempunyai ibu seperti itu, dan juga bagaimana orang-orang melabeli dirinya sebagai anak pelakor. Masih sangat jelas dalam ingatan Valerie, seakan luka lama yang sudah lama dia pendam kembali terbuka dan mencuat begitu saja.

Valerie menghembuskan nafasnya panjang sembari mengusap wajahnya menggunakan tangan. Lalu dia menggelengkan kepalanya berkali-kali, dengan maksud ingin menghilangankan kembali memori tersebut. Terlalu perih jika harus dia ingat.

"Kakak harap kamu kuat Nya.." gumam Valerie pada dirinya sendiri.

"Ka Val..." sebuah suara mengejutkan Valerie karena munculnya tiba-tiba. Namun saat dirinya melihat Anya berdiri di ambang pintu sembari mengucek kedua matanya, keterkejutan tersebut mereda.

"Kenapa Nya? Ko bangun..."

"Haus Ka" jawab Anya dengan suara yang serak.

"Kakak bikinin susu mau?"

"Boleh..."

Valerie tersenyum simpul kemudian dia berlalu menuju dapur sementara Anya mengekori dirinya. Selagi Valerie membuatkannya susu, Anya mengambil tempat di salah satu kursi bar.

"Ka Arya sama ka Andrea kemana ka?" Tanya Anya.

"Andrea tidur di unit kakak kamu, soalnya kamu tidur di sini kan.. jadi kamar kamu kosong" jawab Valerie tanpa mengalihkan pandangannya.

"Aku rasanya pengen terus sama ka Val aja deh. Boleh ga ka abis aku nginep di tempatnya ka Arya aku nginep di rumah kakak?" Celetuk Anya.

Valerie tersenyum mendengarnya, kemudian dia berbalik menatap Anya lembut. "Orang tua kamu gimana? Masa iya kamu ga pulang-pulang?" Ucap Valerie agak hati-hati. Mengingat Anya baru saja curhat tentang keluarganya.

"Anya kesepian ka kalau di rumah.. serasa bukan rumah tau gasih ka? Anya lebih enak tinggal di luar kayanya"

"Iya.. kakak ngerti ko, tapi kan kamu masih tanggung jawab orang tua kamu Nya.. jangan gitu ya. Kamu boleh kecewa sama orang tua kamu, tapi jangan sampe kamu benci sama mereka ya Nya"