Dengan langkah yang cukup santai namun tidak melepaskan aura tegasnya, Arya berjalan memasuki rumah orang tuanya- maksudnya adalah rumah ayahnya.
Tepat saat dia melewati ruang tengah di rumah itu, dirinya berpapasan dengan seorang wanita yang dia panggil tante. Atau lebih tepatnya ibunya Anya.
"Loh, Arya? Tumben kamu.. ko ga bilang mau kesini?" Tanya beliau dengan nada lembut khas seorang ibu. Tapi bagi Arya terdengar sangat memuakkan.
"Alana dimana?" Tanya Arya menghiraukan ucapan ibunya Anya.
"Alana masih tidur kayanya.. kamu kesini-" belum sempat ibunya Anya menyelesaikan kalimatnya, Arya sudah berlalu meninggalkan beliau sendirian. Mengundang helaan nafas yang panjang dari mulutnya, ibunya Anya berani bertaruh. Kalau saja ayahnya dia melihat sikap Arya barusan, laki-laki itu sudah habis dimarahi.
Langkah kaki Arya membawanya ke suatu ruangan di lantai dua. Ruangan ini bersebelahan dengan kamarnya dulu, dan ini adalah kamar Alana. Dengan sangat tidak sabaran Arya menggedor-gedor pintunya, tidak peduli jika dirinya akan membuat kegaduhan di pagi hari.
Arya menggedor pintu tersebut sampai tiga kali, saat ia akan kembali menggedornya pintu kamar terbuka dan nampak Alana disana dengan mata yang masih mengantuk.
"Kayanya ini pintu ga dikunci, kamu bisa masuk kan? Ga perlu gedor-gedor kaya tadi" ucap Alana dengan nada jengkelnya tapi tidak di gubris oleh Arya.
"Saya perlu bicara sama kamu" saut Arya dingin.
"Kenapa Arya?"
"Saya tunggu di halaman belakang"
--
Cukup lama Arya menunggu Alana, kalau saja bukan karena ingin menyelesaikan masalah, Arya memilih untuk pergi dari rumah ini.
5 menit setelahnya, Alana muncul dengan keadaan yang lebih segar. Dalam hati Arya berpikir kalau sepertinya Alana mandi dulu, tapi Arya tidak masalah akan itu.
Alana mengambil posisi di hadapan Arya, dia melipat kedua tangannya di dada sambil menatap Arya lurus.
"Saya gaakan bertele-tele, apa yang udah kamu lakuin ke Valerie? Kamu bilang apa aja sama dia?" Tanya Arya dengan nada bicara yang cukup tajam walaupun ekspresinya terkesan tenang.
Tapi lain halnya dengan Alana, dia justru menunjukkan senyuman sinis sambil mendengus. "Kenapa? Dia ngadu sama kamu? Dasar tukang aduan"
"Gaada yang ngadu, saya tau sendiri. Jadi, apa yang udah kamu bilang sama dia?"
"Aku cuman bilang gapercaya dia temen kamu. That's it"
"Gamungkin, pasti kamu bilang sesuatu yang bikin dia tersinggung" cerca Arya, Alana langsung menghela nafasnya jengah kemudian dia berdiri sambil berkacak pinggang.
"Emang kenapasih? Se penting apa sih perempuan itu sampe kamu harus ngelabrak aku kaya gini? Arya, dia tu cuman orang asing. Dan belum tentu dia itu orang yang tulus, bisa aja dia cuman mau morotin kamu-"
"Jaga ya ucapan kamu!" Potong Arya diikuti dengan sentakan di mulutnya.
"Alasan kenapa saya sampai harus datang nyamperin kamu karena kamu emang harus saya kasih peringatan! Cukup kamu usik kehidupan saya Alana! Kamu ga pernah sadar apa kalau apa yang kamu lakukan itu cuman bisa menyakiti perasaan orang lain, bahkan Anya sekalipun! Harusnya kamu juga sadar apa yang membuat saya jadi benci sama kamu!" Ujar Arya dengan emosi yang tertahan. Dia ingin sekali meledak-ledak saat ini juga tetapi dia masih sadar akan tempat. Kalau ini di rumahnya sendiri mungkin lain cerita.
"Kayanya perempuan itu manipulatif banget ya, kamu di apain sih sama dia? Dia udah muasin kamu kaya gimana sampe-sampe kamu harus berlebihan kaya gini ha?!"
"Sekali lagi jaga ucapan kamu! Dia bukan perempuan yang rendah Alana!"
"Apa jangan-jangan, kamu emang bilang kalau dia wanita bayaran?" Lanjut Arya lagi.
"Kalau iya kenapa?! Kamu ga terima?!" Bales Alana mulai menunjukkan emosinya.
Arya menatap Alana tidak percaya, dia rasa Alana kini sudah keterlaluan.
"Gaada otak emang kamu itu!" Sentak Arya kemudian dia berlalu pergi meninggalkan Alana yang masih dalam keadaan emosi.
--
Meeting kali ini benar-benar kacau untuk Arya pribadi. Dirinya kehilangan fokus karena sikapnya Alana kepada Valerie yang mengganggu pikirannya. Dalam benak Arya saat ini hanya Valerie, dia merasa bersalah kepada Valerie saat tau apa yang Alana katakan kepada dirinya.
Beruntung Tere yang peka dengan keadaan Arya langsung memback-up Arya, Arya sendiri sempat meminta maaf karena dirinya yang tidak fokus.
Setelah rapat selesai, Arya sengaja mengunjungi kantor Andrea. Dia hanya ingin sekedar tau keadaan Valerie, karena dirinya pagi ini emang belum ketemu dengan perempuan itu.
"Tadi sih bilangnya dia mau main ke cafe, karena bosen.. terus dia mau ngajakin Anya ketemu sama Fanya." Ucap Andrea dengan santai.
"Fanya?" Tanya Arya bingung. "Oh.. Fanya itu sepupunya Valerie mas, kebetulan seumuran sama Anya. Jadi kayanya mau ngenalin gitu aja biar nambah temen" jelas Andrea dan Arya hanya menganggukkan kepalanya.
"Tapi dia baik-baik aja kan mas?"
"Baik ko, dia udah ga murung lagi.. tapi dia emang belum cerita apa-apa sama saya, dan saya pun gamau nanya karena takut bikin mood dia turun lagi. Biasa lah mas.. cewek" bales Andrea kemudian menyeruput segelas kopi miliknya.
"Tapi mas..." lanjut Andrea lagi, "kalau emang mas cuman mau nanyain Valerie, kenapa ga hubungin orangnya langsung deh? Daripada harus jauh-jauh kesini"
"Saya sekalian lewat aja sih mas.. terus juga kalau saya hubungin Valerie, saya takut gangguin dia.. makanya saya tanya ke mas Andrea aja" jawab Arya.
"kalau mas Arya khawatir sama Valerie, kurang-kurangin aja mas.. maksud saya tu kalau sama Valerie mas jangan khawatir berlebih, karena dia itu orangnya kuat banget. Dia mungkin emang bakal nunjukin banget kalau lagi banyak masalah, dan masalahnya tu emang selalu bikin orang lain jadi ikutan ngerasain gelisahnya gitu. Tapi dibalik itu Valerie orangnya cukup kuat, dia udah banyak ngelaluin masa-masa sulit.. jadi mas gausah terlalu mikirin dia" cicit Andrea sembari tersenyum simpul.
"Mas Andrea kayanya tau banget Valerie itu luar dalemnya ya.."
"Mas Arya juga tau lah kalau Valerie itu orangnya transparan.. se gampang itu nebak suasana hatinya dia, cuman emang anaknya gapernah cerita aja. Saya kenal Valerie itu baru sekitar dua taunan lebih, tapi saya bisa tau dia sampe ke dalem-dalemnya karena ke transparanannya dia itu mas. Kalau soal karena saya sahabatnya dia.. saya rasa, saya masih belum bisa jadi sahabat yang baik untuk dia"
"Tapi saya bersyukur mas Andrea bawa Valerie ke acara kantornya mas waktu itu. Karena.. saya rasa, Valerie juga orang yang baik dan enak untuk di ajak berteman. Saya suka..." ucap Arya yang dibales dengan senyuman oleh Andrea.
"Saya seneng kalau mas menganggap Valerie seperti itu, tapi saya juga mohon mas.. karena mas sama Valerie juga udah keitung deket, jangan tinggalin Valerie."
"Tinggalin? Maksudnya mas Andrea?"
"Valerie itu kesepian, dan dia cuman butuh kasih sayang dari orang terdekatnya mas.. jadi saya harap mas Arya bisa menjadi teman yang baik untuk Valerie"
"Kalau soal itu.. saya bisa menjamin"