Bosan.
Hanya itu yang saat ini dirasakan oleh Valerie. Dirinya masih belum terbiasa dengan masa cutinya sekarang, biasa dia banyak melakukan aktivitas sana-sini mendadak jadi tidak melakukan apa-apa.
Anya Sekolah dan tentu saja Andrea kerja. Walaupun nanti dirinya kembali ditemani oleh Anya, tapi itu masih ada beberapa jam lagi. Jam pulang Sekolah Anya itu jam 3, sementara sekarang masih jam 11 siang.
Anya tidak memiliki teman lain selain Andrea, kalaupun ada pasti akan sama memiliki kesibukan juga, bukan pengangguran macam dirinya sekarang ini.
Ya, Valerie mengecap dirinya sebagai pengangguran karena luntang-lantung tidak jelas, tidak memiliki kegiatan yang jelas. Hanya diam.
Ting
Tong
Suara bel membuat Valerie langsung mengalihkan matanya ke arah pintu. Awalnya Valerie enggan untuk beranjak dari Sofa, sampai bel bunyi kembali Valerie baru mau mengangkat pantatnya yang sempat terasa berat untuk di angkat.
Dirinya langsung bertanya-tanya saat membukakan pintu dan melihat Arya disana yang tersenyum ke arahnya masih dengan stelan kerja, hanya dasinya saja yang sudah menghilang ntah kemana.
"Ada apa Ya?" Tanya Valerie bingung.
"Gaada apa-apa.. saya ke sini mau jemput kamu" jawab Arya yang membuat Valerie semakin bingung.
"Saya tau kamu bosen sendirian di dalem, kamu juga pasti bingung mau kemana. Jadi ayo, makan siang sama saya" lanjut Arya lagi yang masih menunjukkan senyumannya.
"Oh.. kalau gitu sebentar saya siap-siap dulu. Kamu masuk dulu aja" ucap Valerie, setelah mempersilahkan Arya untuk masuk Valerie pun segera berlalu untuk bersiap diri.
--
"Kamu mau makan apa?" Tanya Arya saat mereka berdua sudah berada di mobil dan Arya menyetir dengan kecepatan biasa membelah jalanan.
"Gatau, saya ga kepikiran mau makan apa. Kamu sendiri? Mau makan apa?" Tanya balik Valerie.
"Sebenernya deket kantor saya tu ada chineese resto baru buka. Kamu suka chinese food?"
"Kebetulan saya Omnivora, jadi ya gapapa.. saya ikut aja" Arya langsung tertawa mendengar jawaban dari Valerie. Menurutnya balasan kata-kata dari mulut Valerie barusan cukup menghibur dirinya yang tengah merasakan penat akibat dari pekerjaan.
"Emangnya omongan saya se lucu ituya? Perasaan biasa aja deh" ucap Valerie, merasa bingung karena respon dari Arya cukup berlebihan menurutnya.
"Engga, tapi gatau kenapa kedengerannya lucu aja.. makasih loh ngomong-ngomong, saya jadi terhibur" bales Arya. Valerie hanya mendengus geli kemudian matanya kembali menatap jalanan yang cukup padat akan kendaraan.
"Valerie..." panggil Arya membuat Valerie langsung menolehkan kepalanya menatap Arya yang kini juga tengah menatapnya balik.
"Saya mau bilang makasih.."
"Makasih untuk?"
"Kamu bisa balikin senyumannya Anya, saya udah lama gapernah ngeliat Anya se sumringah itu. Apalagi kalau ketemu orang" ujar Arya, ekspresi wajahnya pun seketika langsung berubah. Valerie melihatnya sama seperti ekspresi Anya saat sedang curhat kepada Valerie.
"Jadi.. kamu tau kalau ada perubahan dari Anya?"
"Saya kakaknya Val, jadi saya juga bisa ngerasain itu. Kepekaan saya sama Anya tu tinggi" jawab Arya yang cukup masuk di akal bagi Valerie.
"Sebenernya ya saya ga berbuat banyak, saya cuman berusaha menempatkan diri saya sebaik mungkin supaya Anya ngerasa nyaman.. karena saya orang asing buat dia, harusnya saya yang berterima kasih karena Anya mau menerima saya sebagai teman kamu"
"Jadi kita teman?" Bales Arya, tiba-tiba melenceng.
"Maksudnya?"
"Iya... kamu tadi bilang kalau kamu itu temen saya, berarti kita temenan nih sekarang?"
"Saya gangerti maksud kamu apa, tapiya.. kalau bukan temen, terus apa? Kamu mau nganggep saya 'kenalan' terus?"
Arya langsung terkekeh kemudian menggelengkan kepalanya menjawab ucapan Valerie, "engga lah.. saya tadi cuman menghibur diri aja Valerie, mas Andrea juga walaupun emang cuman sekedar partner kerja tapi saya anggap hubungan kami udah sebagai teman".
"Kamu tau? Dengan kamu bilang kaya barusan saya kenapa jadi sedih ya? Relasi kamu banyak, di mana-mana. Tapi orang yang bisa kamu anggap sebagai teman ternyata sedikit"
"Itulah hidup..."
--
Setelah agenda makan siang bersama tersebut, Valerie dan juga Arya kembali melanjutkan agenda mereka yang secara spontan juga diusulkan oleh Arya. Mereka berpindah menuju cafe untuk sekedar ngopi-ngopi cantik sambil berbincang ringan.
"Terus? Kenapa kamu gamau buka cabang?"
"Ngurus satu aja udah cape banget, apalagi kalau harus buka cabang. Sebenernya saya udah banyak banget tawaran kerja sama sana-sini, pokonya kalau urusan uang tu udah bukan jadi masalah lagi. Tapi saya gamau ambil resiko, tanggung jawabnya terlalu besar dan saya ga yakin mampu"
"Ngomong-ngomong.. kamu ga balik ngantor?" Lanjut Valerie lagi saat dirinya baru tersadar kalau jam makan siang sudah lewat sejak satu jam yang lalu.
Dengan tenang Arya menggelengkan kepalanya seraya menyeruput kopi miliknya. "Saya udah janji mau jemput Anya. Kalau saya balik lagi ke kantor takutnya bablas, mumpung lagi di luar jadi sekalian aja nunggu... kamu mau kan ikut saya jemput Anya?"
"Boleh.. lagipula kamu kan yang nyulik saya, jadiya saya ngikutin kamu aja. Asalkan pulangin saya lagi ke tempat asal"
"Siap nyonya..."
--
Valerie menginjakkan kakinya di dekat sebuah gerbang tinggi berwarna hitam. Dirinya sengaja menunggu Anya di dekat gerbang agar memudahkan Anya, padahal Arya sudah menyuruh Valerie untuk tetap menunggu di dalam mobil karena di luar cuacanya cukup panas.
Mata Valerie terus melihat ke anak-anak yang sedang berjalan melewati dirinya, sekalian mencari keberadaan Anya. Hingga beberapa menit setelahnya Valerie baru bisa melihat Anya, dirinya langsung saja melambaikan tangan tinggi-tinggi. Tentu saja Anya melihat itu, senyuman langsung tercetak dengan jelas di wajah Anya saat melihat Valerie, segera Anya berlari menghampiri Valerie lalu memeluknya dengan erat.
Valerie hanya tersenyum sambil membalas pelukannya Anya, dalam hati Valerie sudah seperti menjemput anaknya pulang Sekolah.
"Ko ka Val yang jemput.. katanya ka Arya yang bakal jemput" ucap Anya saat pelukannya sudah terlepas.
"Kakak kamu-"
"Tuh-tuh liat.. siapa lagi tu kira-kira? Kakak lain ibu lagi? Istri yang ke berapa coba?"
"Bukan kakaknya kali.. simpenan bapaknya itumah.."
"Ohiya lupa, kan bapaknya tukang kawin"
Valerie dengan sangat jelas mendengar gunjingan dari 3 anak perempuan yang barusan melewati dirinya dan juga Anya. Tentu saja mereka sambil memperhatikan keduanya dengan tatapan yang remeh.
Perhatian Valerie juga tidak lepas dari Anya, selama anak perempuan tadi berkata yang tidak-tidak, Valerie terus menatap Anya khawatir. Tapi saat dia melihat Anya yang tersenyum membuat Valerie kesal setengah mati.
Valerie gapercaya kalau mereka bisa se santai itu bergunjing di hadapan orangnya langsung tanpa merasa bersalah, bahkan berbisik pun tidak. Valerie sendiri sempat merasa tersinggung saat mereka menyebutkan kalau dirinya adalah wanita simpanan. Se murahan itukah penampilannya sekarang? Jika begini caranya, Valerie lebih memilih untuk diomongin di belakang saja.