Air muka Valerie yang sebelumnya terlihat menunjukkan rasa kelelahannya seketika berubah menjadi datar, sorot matanya pun menjadi dingin saat dia mengetahui siapa yang memencet bel rumahnya dan bertamu disaat waktunya beristirahat.
"Valerie, tolong ibu nak..."
Valerie masih tetap diam, dia sama sekali tidak bergeming meskipun wanita setengah paruh baya yang memanggil dirinya dengan sebutan ibu ini dalam keadaan yang cukup menyedihkan dan merintih meminta tolong.
"Valerie..." tubuh Valerie langsung terperanjat begitu tangan dingin milik ibunya memegang tangan Valerie yang sedang terkepal cukup kuat.
"Masuk" ucap Valerie dengan nada yang dingin sembari bergeser untuk memberikan jalan bagi ibunya masuk ke dalam rumah.
Setelah menutup pintu, Valerie mendekati ibunya yang kini tengah terduduk di sofa. Valerie melihat penampilan ibunya dari ujung kepala sampai ujung kaki.
"Kamar tamunya ada di sebelah ruang tv, dan pagi nanti ibu udah harus pergi dari rumah Val" ujar Valerie yang masih bertahan dengan aura dinginnya itu. Dia pun berlalu karena tidak ingin berlama-lama berada di satu ruangan yang sama dengan ibunya. Tapi saat Valerie berjalan melewati ibunya, langkah kaki Valerie tertahan karena ibunya menahan lengan Valerie. Valerie pun menolehkan kepalanya, menatap ibunya malas tanpa berniat untuk mengeluarkan satu patah kata sedikitpun.
"Terima kasih ya nak.." dirasa tidak ada lagi yang akan dikatakan, Valerie pun melepaskan genggaman tangan ibunya kemudian berlalu meninggalkan ibunya sendirian yang tiba-tiba saja menitikkan air matanya sembari menepuk-nepeuk dada.
--
Pagi pun menjelang, Valerie mulai terbangun karena dia mendengar suara yang cukup bising dari luar. Valerie yang masih dalam keadaan mengantuk mencoba untuk bangun dari posisi tidurnya kemudian dia turun dari kasur, hendak memeriksa suara apa yang berisik itu.
Tetapi, saat dia hendak memegang knop pintu, seketika kesadarannya pun langsung penuh. Rasa kantuk yang sempat melanda mendadak hilang saat dia teringat dengan kejadian semalam, sontak wajah mengantuk Valerie langsung berubah menjadi wajah kesal. Amat sangat kesal.
Valerie melangkahkan kakinya mencari sumber dari kebisingan itu. Sampai akhirnya suara tersebut terdengar dari arah dapur, Valerie pun segera berjalan menuju dapur yang memang sesuai dengan dugaan Valerie kalau ibunya berada di sana.
"Kan Val udah bilang, pagi-pagi ibu udah harus keluar dari rumah Val!" saut Valerie tiba-tiba dengan nada marahnya yang membuat ibunya terperanjat karena kaget.
"Oh, kamu udah bangun.. sikat gigi dulu sana, terus kita sarapan bareng-bareng, ini masakannya udah selesai" saut ibunya Valerie yang menghiraukan ucapannya Valerie barusan.
Mendengar itu, Valerie hanya mendengus sebal. Dia pun memilih untuk kembali menuju kamarnya dengan perasaan yang penuh akan kemarahan.
"Ibu mau tinggal di sini untuk sementara" langkah Valerie seketika terhenti begitu dia mendengar ucapan ibunya yang baru saja keluar dari mulutnya.
"Apa? Barusan ibu bilang apa?"
"Ibu mau tinggal di sini dulu" ucap ibunya dengan suara yang bergetar sembari menundukkan kepala.
"Engga, Val gamau-"
"Tolongin ibu Val, ibu mohon sama kamu.. ibu takut, tolongin ibu, ibu juga gatau harus kemana lagi" ujar ibunya sembari menangis.
"Kenapa ibu ga samperin aja laki-laki yang bakal ibu nikahin? Dia lebih bersedia buat nampung ibu"
"Ibu gabisa kerumah Heri, dia masih tinggal sama istri dan anaknya. Dan lagi suami ibu tau dimana rumah Heri, ibu gamau terjadi sesuatu sama dia"
Mendengar hal tersebut, Valerie sukses dibuat terkejut. Pikirannya pun mendadak kosong, dia merasa sangat dongkol mendengar ucapan ibunya barusan. Tidak ada pikiran apapun di benak Valerie soal ibunya yang masih menyandang status sebagai istri seseorang, begitupun dengan Pak Heri.
"Val, ibu takut.. ibu juga terus ngalamin KDRT. Cuman kamu yang bisa nolongin ibu" lanjut ibunya lagi yang semakin terisak seraya mendekati Valerie untuk meraih kedua tangannya.
"Ibu udah gila ya?!" Sentak Valerie sambil menepis tangan ibunya.
"Val udah muak sama kelakuan ibu! Val tu malu punya orang tua kaya ibu! Ibu tu bener-bener gatau malu! Apa ibu gapernah mikir gimana sakitnya Val dibully di sekolah dan dibilang anak pelakor?! Kerjaan ibu cuman kawin, kawin, kawin terus! Tanpa mikirin perasaan anaknya sendiri! Apa ibu gapernah sadar apa alesan Val pengen lepas dari ibu?!" Emosi Valerie pada akhirnya langsung meledak-ledak. Amarah, kekesalan, dan rasa sakit yang dia pendam selama bertahun-tahun pada akhirnya dia keluarkan semua di hadapan ibunya. Kalimat yang selalu ingin Valerie ucapkan sedari dulu kepada ibunya, tidak peduli dengan title anak durhaka yang mungkin akan melekat pada dirinya jika ucapannya barusan terdengar oleh para tetangga.
Valerie tidak peduli akan itu, karena mereka semua tidak tahu menau apa yang sebenarnya sudah terjadi.
"Sekarang Val mau ibu pergi, kalo ibu gaada uang, Val bakal kasih. Cari tempat tinggal buat sementara terserah ibu. Yang jelas Val gamau ibu ada disini"
"Ibu mohon Val, ibu mohon sama kamu Val. Di luar sana suami ibu lagi cari-cari keberadaan ibu. Ibu takut Val. Ibu minta maaf sama kamu atas apa yang udah ibu perbuat, ibu minta maaf sama kamu Val, dan ibu mohon kasih izin ibu untuk tinggal Val"
"Terserah" ujar Valerie kemudian dia berlalu meninggalkan ibunya yang masih menangis.
Valerie pergi menuju kamarnya dengan langkah yang tergesa-gesa, setelah itu Valerie mengambil koper untuk mengemasi baju-baju miliknya dan beberapa barang berharganua yang lain. Entah kenapa Valerie takut jika ibunya berniat untuk menjual barang-barangnya secara diam-diam.
Setelah selesai mengemasi semuanya, Valerie menggeret kopernya keluar. Tapi langkahnya kembali ditahan oleh ibunya. "Kamu mau kemana Val?"
"Val tau ibu gaakan pergi gitu aja, dan Val gamau ada disini satu atap sama ibu. Jadi terserah ibu mau ngapain disini terserah ibu, Val yang bakal pergi"
"Val, jangan gini.. oke kalau gitu, ibu yang bakal pergi. Ini rumah kamu, kamu emang berhak untuk ngusir ibu. Ibu yang bakal pergi, ibu nanti ngerasa gaenak kalau-"
"Valerie! Gue da-teng-nih." Pintu rumah Valerie terbuka tiba-tiba dan muncul Andrea disana yang mendadak terdiam saat melihat keberadaan Valerie yang auranya samgat tidak bersahabat. Dan di sebelahnya ada seorang wanita yang Andrea tidak ketahui siapa wanita tersebut.
Andrea bisa merasakan dengan jelas kalau diantara mereka berdua sedang terlibat sebuah pertengkaran.
"Val, gue-"
"Lo tunggu mobil aja. Nanti gue nyusul" titah Valerie yang langsung dibales dengan anggukkan kepala oleh Andrea.
Selepas Andrea pergi, Valerie menatap ibunya dingin. Melihat itu, ibunya Valerie hanya bisa menundukkan kepala. "Val kasih waktu 3 hari buat ibu untuk tinggal disini. Setelah 3 hari itu, Val bakal balik ke sini, tapi Val gamau ngeliat ada ibu dirumah Valerie lagi. Dan yang terakhir, tolong jaga sikap dan tau diri selama ada di rumah orang lain"