Chereads / It's A Secret Mission / Chapter 15 - Fifteen

Chapter 15 - Fifteen

Keesokan harinya, Valerie kembali menjalankan aktivitas seperti biasanya. Bekerja membantu anak-anak kesayangannya di cafe, entah itu di meja kasir atau di dapur. Posisi Valerie sangat fleksibel.

Mood Valerie di hari ini bisa dibilang cukup bagus, karena dirinya melakukan hal-hal yang menyenangkan bersama dengan Andrea semalaman. Melupakan sejenak semua masalah yang tengah menimpanya, membuang jauh-jauh semua kekesalan yang dia rasakan kemarin.

Aura ceria yang ditunjukkan oleh Valerie saat ini membuat Ayu yang sedang berada di station yang sama dengan Valerie ikut tersenyum juga. Mungkin cukup lama bagi Ayu tidak melihat Valerie tersenyum, mengingat beberapa hari kebelakang Valerie selalu terlihat seperti orang yang tengah tertimpa beban sangat besar.

Bahkan Valerie tersenyum pun masih bisa dihitung jadi oleh Ayu.

"Mba Val.." panggil Ayu.

"Kenapa Yu.."

"Lagi seneng yah?" Celetuk Ayu sambil mencondongkan badannya ke Valerie diikuti cengiran lebarnya yang membuat Valerie terkekeh.

"Kamu kenapasih? Perasaan saya biasa aja deh.."

"Engga tau mba, mba pagi ini keliatan beda. Vibenya tu banget gitu.. saya suka kalau mba udah kaya gini, berasa kaya dulu gitu.. mba selalu ceria" ujar Ayu yang masih tersenyum juga.

"Emang kemaren-kemaren saya kenapa hm? Sampe kamu bisa ngomong begitu"

"Mba tu murung terus tau. Bukan saya aja loh mba yang ngerasa, yang lainnya juga ngerasa begitu. Kita juga kan sedih mba ngeliatnya.."

"Gausah sedih... saya gapapa juga ko."

"Mulut sih bilangnya gitu mba, tapi sayangnya muka mba gabisa boong. Mba kan gabisa ngeboong, mba tu terlalu transparan... jadi ya kita juga pasti bisa ngeliat jelas kalau mba ada masalah... jangan sedih-sedih ya mba, pokonya kita disini selalu ada buat mba" ujar Ayu yang meraih kedua tangan Valerie untuk digenggamnya erat sama dia, diikuti ekspresi muka yang menunjukkan penuh keyakinan.

Melihat itu Valerie hanya tertawa saja melihat tingkah laku anaknya yang ajaib ini.

"Ohiya Mba, kemaren lusa mba nyuruh saya kerumah kan.. ngasihin laporan pembukuan yang bulan kemaren. Saya baru kerumah mba kemaren siang kan, terus saya kaget. Kirain mba ada di rumah gataunya ibu-ibu" ucap Ayu lagi dengan santainya kepada Valerie yang kembali melanjutkan aktivitasnya membuat Dolce Latte.

Mendengar ucapan Ayu, pergerakan Valerie terhenti sebentar lalu dia menatap Ayu dengan sorot mata yang menunjukkan rasa penasaran. "Terus?"

"Ya saya tanya aja kan, ini bener rumahnya bu Valerie? Ibu-ibunya jawab betul, tapi Valerienya gaada. Yaudah saya langsung pulang"

"Kamu gaada kasih sesuatu kan ke ibu-ibu itu?" Tanya Valerie yang dibales dengan gelengan kepala oleh Valerie.

Melihat respon Ayu, Valerie langsung menghela nafasnya lega sembari tersenyum. "Good ayu, bulan ini saya kasih bonus"

"Yuhu! Makasih banyak mba Val!" Bales ayu dengan nada bicara yang tertahan tapi tak bisa menyembunyikan ekspresi senangnya.

"Udah sana balik kerja lag-"

"Mba Val.." suara Rani mengintrupsi Valerie serta Ayu. Sontak mereka berdua menatap bingung Rani yang tengah terlihat amat sangat gugup.

"Kamu kenapa Ran?" Tanya Valerie.

"Eum.. anu mba.. saya udah coba buat ngusir, udah segala macem saya kasih tau. Tapi bapaknya bersikeras pengen ketemu sama mba, bahkan saya hampir aja di dorong sama bapaknya"

Tanpa Valerie bertanya lebih jauh lagi, dia sudah tau siapa orang yang dimaksud Rani barusan. Air mukanya pun saat ini mendadak berubah jadi lebih datar, Rani yang melihat itu semakin gugup. Karena salah satu hal yang dia takuti adalah ekspresi dingin, datar dan emosi milik Valerie yang menurutnua terlihat sangat menyeramkan.

Rusak sudah mood Valerie saat ini.

"Yaudah gapapa, kamu balik kerja aja ya Ran"

"I-iya mba"

--

"Kalau bapak bersikap seperti tadi lagi kepada karyawan saya, saya tidak akan segan-segan melaporkan bapak ke polisi" ucap Valerie tiba-tiba saat menghampiri orang yang tengah mencarinya saat ini.

Ekspresi muka Valerie saat ini sudah jauh dari kata ramah, memang sudah sifatnya seperti itu. Dia tidak akan segan-segan menunjukkan rasa ketidaksukaannya kepada orang-orang yang tidak disukainya. Tanpa memandang mereka orang yang lebih tua sedikitpun.

Namun berbanding terbalik dengan orang yang ada di hadapan Valerie saat ini, justru dia memperlihatkan senyuman ramah yang pernah dia perlihatkan juga ketika bertemu dengan Valerie untuk pertama kalinya.

"Ayo duduk" ucapnya yang tidak digubris oleh Valerie.

"Ada yang ingin saya bicarakan dengan kamu Valerie" lanjutnya lagi, tetapi Valerie masih enggan untuk berpindah dari posisinya sekarang.

"Saya juga yakin kalau kamu tidak ingin membuat pelanggan di cafe kamu ini merasa tidak nyaman" pada akhirnya Valerie pun mengambil posisi untuk duduk, karena ucapan beliau memang ada benarnya.

"Saya sibuk, jadi saya harap bapak bisa langsung ke intinya saja"

"Baik, kalau itu mau kamu. Saya ingin bertanya sama kamu, kenapa kamu tidak mau tinggal bersama ibu kamu? Ibu kamu telfon-"

"Kalau memang bapak ingin menikahi ibu saya, kenapa bapak tidak membiarkan ibu saya tinggal di rumah bapak? Atau bapak kasih ibu saya tempat tinggal" potong Valerie diikuti emosi yang tertahan.

"Saya memang bisa saja memberikan ibu kamu tempat tinggal yang sangat layak. Tapi ibu kamu terus menolak karena suami-"

"Jadi bapak tau kalau ibu saya masih berstatus sebagai istri orang? saya dengar juga bapak masih dalam keadaan menikah, kenapa bapak tega meninggalkan istri dan anak bapak hanya untuk menikahi ibu saya? Oh... saya tahu, mungkin bapak juga punya kesamaan dengan ibu saya, kalian sama-sama haus akan belaian-"

"Jaga omongan kamu Valerie. Jangan lancang kamu sama saya!"

"Permisi, yang lancang di sini saya atau bapak? Saya pikir bapak sudah tahu seperti apa hubungan saya dengan ibu saya, tetapi bapak malah datang menemui saya dan berlagak seakan-akan hubungan saya dengan ibu saya itu baik-baik saja. Maaf pak, bapak yang lancang sama saya. Bapak hanya orang asing yang tiba-tiba datang untuk sekedar ikut campur dengan urusan orang"

"Yang perlu bapak tahu, saya memang tidak akan melarang bapak untuk menikahi ibu saya. Terlepas dari status kalian berdua, saya benar-benar tidak peduli dengan itu. Karena.. saya memang sudah tidak ada kaitan apapun dengan ibu saya. Dan tolong, bapak jangan pernah datang lagi ke cafe saya hanya untuk menemui saya, saya minta juga kepada bapak untuk tidak mengganggu saya lagi"

Ucap Valerie dengan penuh penekanan di setiap katanya. Belum lagi dia juga memberikan tatapan yang amat mengintimidasi, menunjukkan bahwa dia saat ini memang tengah menahan emosinya untuk tidak meledak-ledak, dan juga dia memang tidak suka untuk membahas mengenai hubungan keluarganya.

Setelah mengatakan hal tersebut, Valerie segera beranjak dari duduknya. Namun saat beberapa langkah, Valerie sempat menghentikan langkahnya kemudian berbalik, "tolong bawa calon istri bapak dari rumah saya. Rumah saya bukan tempat penampungan"