"Tunggu apa lagi? Ayo jalan!" Hanya dengan sekali sentakan, Andrea langsung bergerak untuk menancapkan gas mobilnya meninggalkan rumah Valerie.
Banyak sekali pertanyaan yang muncul dalam benak Andrea saat ini, dia bertanya-tanya siapa wanita barusan dan masalah apa yang terjadi di antara sahabatnya dan juga wanita tadi.
Namun semuanya dia tahan, karena Andrea mengerti dengan sangat kalau suasana hati sahabatnya sekarang ini sedang buruk dan dia memilih untuk diam membiarkan Valerie menenangkan hatinya.
"Ini bukannya jalan ke apart lo ya?" Tanya Valerie sembari menatap Andrea yang kini tengah menatapnya juga.
"Gue tau lo belum mandi, gue juga tau kalau lo harus selalu mandi pagi" hanya itu kalimat yang keluar dari mulut Andrea. Dan Valerie pun tidak berniat untuk membalas ucapannya.
--
"Lo tau gue gabisa masak. Jadi ini gue baru aja delivery, nih makan dulu mumpung masih anget" saut Andrea setelah melihat Valerie yang baru saja keluar dari kamarnya sembari mengeringkan rambutnya dengan handuk kecil.
"Thanks ya Ndre.. padahal gue bisa masak aja disini"
"Udah gapapa, santai aja. Udah sana makan dulu"
"Terus lo mau kemana?"
"Bikin kopi, lagi pengen kopi gue" jawab Andrea kemudian berlalu.
Sementara Valerie menuruti ucapannya Andrea, dia mulai menyantap beberapa hidangan yang sudah disediakan oleh Andrea. Valerie tidak mau munafik, dia sudah sangat lapar sebenarnya.
Beberapa menit setelahnya, Andrea kembali dengan dua gelas cangkir kopi untuk dirinya dan juga untuk Valerie, ditaruhnya gelas tersebut di sisi kanan Valerie kemudian dia mengambil posisi di sebrangnya.
"Lo tinggal di sini aja buat sementara" ucap Andrea tiba-tiba, sampai-sampai Valerie pun menghentikan kunyahannya dan menatap Andrea bingung.
"Lo udah bawa koper segede gaban kaya begitu gamungkin mau mancing kan? Apalagi muncak gunung" lanjut Andrea lagi seakan mengerti dengan tatapan Valerie saat ini.
"Terus lo balik kerumah ibu lo? Kan gamungkin... gue tau ya rumah ibu lo itu jauh banget jaraknya sama kantor lo"
"Gapapa, daripada lo harus ngeluarin duit buat nginep di hotel? Sayang duitnya.. mending dipake buat nyewa om-om"
"Sembarangan lo" bales Valerie diikuti sebuah tawa yang keluar dari mulutnya. Melihat itu Andrea pun ikut tertawa juga sembari menghela nafasnya lega, karena dia bisa kembali melihat wajah ceria dari Valerie.
"Nah gini dong.. gue e tau ngeliat lo cemberut kaya tadi. Serem tauga"
"Iyaaa maaf.."
"Eum, Ndre.. ini gajadi spa-nya?" Lanjut Valerie lagi yang dibales dengan gelengan kepala oleh Andrea.
"Kenapa?"
"Gue tau ko, kalau suasana hati lo lagi buruk kaya sekarang, lo suka males ngapa ngapain"
seketika Valerie langsung tersenyum simpul sembari menganggukkan kepalanya. Dalam hatinya saat ini dia merasa bersyukur memiliki seorang sahabat yang pengertian seperti Andrea.
"Lo ga kepo gitu? Apa yang terjadi sama gue.."
"Ya kepo sih... tapi gue gaakan maksa, kalau lo gamau cerita gajadi masalah. Ada saat dimana lo gabisa ceritain masalah lo ke orang lain Val"
"Lo gamau nanya, siapa orang yang ada di rumah gue tadi?"
"Yaudah, dia siapa?"
"Ibu gue.." Andrea hanya menganggukkan kepalanya kemudian dia beranjak dari kursi amakan.
"Abisin makanannya, gue tunggu di ruang tv ok?"
--
Selesai sarapan, Valerie menghampiri Andrea yang tengah membaca majalah bisnis. Valerie mengambil tempat di samping Andrea lalu menyandarkan kepalanya ke lengan sofa.
Melihat itu Andrea langsung menutup majalahnya kemudian menaruhnya sembarang, "kalau emang lo lagi gusar begitu, mending tidur aja gih. Siapa tau pas lo bangun mendadak amnesia ntar"
"Ada lima hal di dunia ini yang belum pernah gue coba selama gue hidup" Ucap Valerie tiba-tiba tanpa mengalihkan pandangannya.
"Apa tu?"
"Sex, narkoba, mabok, dugem, ciuman" seketika sorot mata Andrea menjadi tajam begitu Valerie mengucapkan kata-kata barusan.
"Dan gue pengen nyoba-"
"Ga! Lo apa-apaansi?! Lo aneh banget tauga, tiba-tiba jadi ngelantur kaya gitu"
"Gue serius Ndre.."
"Gue juga serius Valerie. Gue gaakan pernah ya ngebiarin lo ngelakuin itu semua. Se frustasi apasih lo sekarang? Lo udah pernah ngelewatin ini semua kan? Bahkan yang lebih buruk pun udah. Come on Val..."
"Sorry.. gue cuman mendadak pusing aja pas tau ibu gue dateng seenak jidatnya dia"
"Itu kenapa gue mau lo tinggal di sini dulu. Gue mau lo tenangin diri lo sendiri, jangan sampe mikirnya kemana-mana"
"Emang keliatan se frustasi itu ya gue?" Tanya Valerie yang dibales dengan gidikan bahu oleh Andrea.
"Gue gabisa jawab karena ekspresi lo suka berubah-berubah. Tapi kalau dari yang gue liat sekarang, lo itu cuman lagi penat aja... ga se frustasi itu ko"
"Eh.. Val, gue pengen nanya sesuatu boleh?" Tanya Andrea yang dibales dengan anggukkan kepala oleh Valerie.
"Lo kan pernah bilang sama gue, kalau yang tau dimana lo tinggal sekarang itu cuman gue sama anak-anak di cafe doang. Terus, itu emak lo bisa nyasar kerumah lo gitu gimana ceritanya?"
"Yang jelas, pas kemaren gue sampe rumah. Galama setelahnya ibu gue dateng. Malah seharusnya papasan sama lo deh"
"Gatau, yang jelas gue gangeliat ada orang sama sekali"
"Yaudah, lupain aja. Nah yaa gitu, ibu gue tiba-tiba entah dateng dari mana langsung ada di depan rumah dalam keadaan yang bisa dibilang tidak baik-baik saja. Sambil nangis-nangis juga"
"Terus?"
"Terus yaa.. gue awalnya gamau nerima dong, males banget kan. Tapi karena tetangga gue tu rumpi abis, jadi kepaksa gue nyuruh ibu gue masuk ke dalem rumah"
"Gila sih.. lo jahat banget kalo sampe ngebiarin emak lo di luar, atau lebih parah ngusir. Di jam segitu pula"
"Ya buktinya engga kan? Gue nyuruh ibu pergi dari rumah pagi tu pagi-pagi. Gataunya wakwaw... pas gue bangun malah ada di dapur"
"Ya bagus dong! Berarti ibu lo masih sadar akan kewajibannya sebagai ibu yang menyiapkan makanan untuk keluarganya-"
"Tapi kalau seorang ibu udah nelantarin anaknya, apa itu disebut sadar sama kewajibannya untuk ngurusin anak? Kan engga Andrea"
"Jangan samain ibu gue sama ibu lo, udah jelas-jelas ibu lo tu bener bener sosok orang tua idaman. Gakaya ibu gue"
"Iyaa Val, gue ngerti. Tapiya gimanapun juga... se benci apapun lo sama ibu lo sendiri, jangan pernah sampe lupa kalau beliau juga yang ngelahirin lo. Walaupun keinginan lo tu sama sekali ga di harapkan, gue tau lo punya hati layak bidadari Val.. lo tu baik banget, jadi seengganya lo masih mengerti dan sadar kalau ibu lo juga punya peran besar dan berarti di kehidupan lo sekarang ini"
Mendadak Valerie tersenyum mendengar penuturan yang cukup panjang dari Andrea. Jaranh-jarang dia bisa mendengar Andrea berbicara seperti itu.
"Nape lo senyam senyum?" Saut Andrea lagi sembari menepuk pipinya Valerie pelan.
"Ga... gue cuman suka aja kalau lo udah nasehatin gue kaya begitu. Lo tinggal sini ajalah, temenin gue"
"Ogah, nanti yang ada lo perkosa gue"
"Sialan lo Ndre"